Asal Mula toko kelontong

Istilah toko kelontong sudah sangat familiar di telinga masyarakat Indonesia. Apalagi toko ini menjadi salah satu penggerak ekonomi tanah air sejak zaman dahulu. Namun, sudahkan Sedulur tahu tentang asal mula toko kelontong di Indonesia?

Toko kelontong ternyata memiliki catatan sejarah yang cukup panjang. Sebelum menjadi pondasi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) seperti sekarang ini, toko kelontong hanyalah istilah untuk menyebut seorang pedagang kecil. Lantas seperti apa kisah sejarah toko kelontong? Simak berikut ini.

BACA JUGA: Cerita Toko Salis, dari Tak Punya Relasi hingga Raup Omzet Jutaan Rupiah

Awal munculnya toko kelontong

asal mula toko kelontong
Stamford Advocate

Membahas tentang toko kelontong, pasti akan langsung terbesit tentang berbagai macam kebutuhan sehari-hari yang dijual dalam satu tempat. Bisa dari sembako seperti beras, minyak goreng, hingga telur.

-->

Namun, kapankah awal mula toko kelontong muncul dan berkembang? Menurut VOC Asia, toko kelontong sudah muncul sejak zaman manusia pertama mengenal transaksi jual beli pertama kali pada 6000 Sebelum Masehi.

Pada waktu itu, masyarakat menerapkan sistem barter untuk saling bertukar kebutuhan sehari-hari karena belum adanya penggunaan sistem uang seperti sekarang ini.

Sedangkan kemunculan toko kelontong pertama kali di Indonesia diperkirakan terjadi pada abad ke-5 Masehi. Dimana ada seorang pedagang asal Tionghoa yang tiba di Indonesia karena salah melakukan jalur perdagangan ketika hendak ke Gujarat, India.

Tapi kesalahan rute ini malah berbuah manis, karena sistem perdagangan di Indonesia mulai muncul dan menjadi salah satu pekerjaan yang membuat masyarakat mulai bisa berkembang.

Menjual perabotan sebelum kebutuhan pokok

Toko kelontong
Aplikasi Super

Awalnya para pedagang Tionghoa hanya menjual perabotan rumah seperti sapu, piring, tembikar, sampai gelas tanah liat. Komoditas perdagangan mulai berkembang usai era kolonialisme masuk di Indonesia.

Banyaknya pedagang asal Tionghoa dan juga pihak colonial dari Inggris, Belanda, dan Portugis membuat banyak barang di Indonesia menjadi lebih berharga baik dari rempah-rempah sampai hasil alam lainnya.

Para pedagang ini pun mulai melihat potensi dengan menjual kebutuhan pokok seperti beras, hasil panen, dan perabotan rumah kepada masyarakat. Mereka melakukannya dengan cara berkeliling dengan membawa sebuah tas besar yang disunggi depan dan belakang.

BACA JUGA: 12 Barang yang Laris di Toko Kelontong

Menarik perhatian dengan memukul perabot

Toko kelontong
Aplikasi Super

 

Kondisi masyarakat di zaman dahulu tidak seramai sekarang ini, untuk itu para pedagang kelontong perlu mencari perhatian para pembelinya dengan cara memukul perabot.

Biasanya perabot yang sering dipukul adalah ember besi atau wajan yang memiliki suara berisik. Hasil perabotan yang dipukul-pukul ini biasanya memunculkan suara ‘Kelontang… kelontang..’ yang akhirnya menjadi julukan untuk pedagang kelontong.

Makin berkembangnya sistem ekonomi di Indonesia, membuat para pedagang akhirnya memilih menetap di daerah tertentu dan mulai mendirikan bangunan permanen untuk berdagang. Dimana barang yang dijual tetap sama, tapi dengan konsep atau pendekatan kepada pembeli yang berbeda.

Era ini biasanya disebut sebagai era toko kelontong yang diperkirakan muncul pada abad ke-19. Situasi ini juga didukung dengan semakin terbukanya pasar internasional di Indonesia.

Pondasi UMKM

UMKM
Aplikasi Super

Dilansir dari Tirto.id, keberadaan toko kelontong tanah air menjadi salah satu penopang kebangkitan ekonomi Indonesia saat dilanda krisis pada medio tahun 1998 sampai 2000.

Menteri Keuangan, Sri Mulyani mengatakan hampir 99,9 persen dari total pedagang dan pengusaha toko kelontong ikut serta dalam menjaga agar ekonomi Indonesia tidak hancur. Apalagi saat itu, masyarakat juga diterpa badai PHK massal akibat berakhirnya rezim Presiden Soeharto.

“UMKM jadi penahan saat guncangan (krisis) ekonomi dan menyerap tenaga kerja,” ucap Sri Mulyani.

Menurut data yang dihimpun dari Liputan6, sampai saat ini sudah ada 3,6 juta pengusaha toko kelontong di Indonesia. Mereka memberikan dampak positif pada sumbangan Pendapatan Domestik Bruto atau PDB sebesar Rp 8 ribu triliun.

Dengan besarnya prospek usaha toko kelontong, pemerintah pun berusaha untuk menjaga ekosistem bisnis ini agar bisa terus bisa bertahan lama dan tetap menjadi solusi terbaik bagi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya.

Demikian tadi ulasan lengkap tentang asal mula toko kelontong hingga akhirnya menjadi pondasi utama ekonomi Indonesia. Semoga informasi di atas bisa membangkitkan semangat Sedulur semua yang ingin memulai usaha sendiri di rumah dengan berjualan sembako.

Mau belanja bulanan nggak pakai ribet? Aplikasi Super solusinya! Mulai dari sembako hingga kebutuhan rumah tangga tersedia lengkap. Selain harganya murah, Sedulur juga bisa merasakan kemudahan belanja lewat handphone.
 
Bagi Sedulur yang punya toko kelontong atau warung, bisa juga lho belanja grosir atau kulakan lewat Aplikasi Super. Harga dijamin lebih murah dan bikin untung makin melimpah.