Pernahkah Sedulur mendengar tentang istilah pengendalian sosial atau social control? Ya, istilah tersebut memang acap kali muncul pada diskusi yang berkaitan dengan dunia keilmuan sosial. Secara singkat, social control merupakan sebuah konsep dalam keilmuan sosial dimana ia merujuk pada seperangkat aturan atau standar tertentu yang mengikat masyarakat pada kehidupan sehari-hari mereka.

Pada artikel ini, Sedulur akan diajak untuk mengulas lebih dalam mengenai seluk beluk pengertian pengendalian beserta jenis dan fungsinya.

BACA JUGA: 20 Pertanyaan untuk Pasangan Agar Tidak Membosankan

Pengertian pengendalian sosial

pengendalian sosial
Media Indonesia

Manusia termasuk ke dalam golongan makhluk sosial, dimana ia sejatinya tidak bisa hidup sendiri. Fakta tersebut pada akhirnya menyebabkan kita hidup berkelompok dalam suatu tatanan masyarakat. Salah satu unsur yang menjaga kestabilan dalam kehidupan bermasyarakat adalah pengendalian sosial.

Pengendalian sosial, atau yang dalam bahasa Inggris biasa disebut dengan social control, merupakan sebuah mekanisme yang digunakan untuk mengarahkan anggota masyarakat yang ada di dalam sebuah lingkungan untuk melaksanakan nilai serta norma sosial yang berlaku di dalamnya.

Adanya social control akan secara tidak langsung mengendalikan dan mengatur berbagai perilaku masyarakat. Penyimpangan nilai dan norma sosial yang dapat berisiko untuk merugikan berbagai pihak pun dapat diminimalisir, contohnya adalah perampokan, tawuran, dan lain sebagainya.

Social control merupakan salah satu konsep yang sering didiskusikan dalam dunia keilmuan sosial, terlebih lagi dalam bidang sosiologi. Secara garis besar, para sosiolog sepakat bahwa yang dimaksud dengan social control adalah cara bagaimana norma, aturan, hukum, dan struktur masyarakat mengatur perilaku manusia, baik itu secara individu maupun kelompok.

Social control sendiri merupakan salah satu struktur penting yang membangun tatanan sosial. Hal itu disebabkan oleh tidak dapat bertahannya sebuah kelompok masyarakat apabila mereka tidak dapat diatur dan dikendalikan.

Pengendalian sosial menurut para ahli

Social control adalah sebuah mekanisme yang digunakan untuk mengarahkan anggota masyarakat yang ada di dalam sebuah lingkungan untuk melaksanakan nilai serta norma sosial yang berlaku di dalamnya.

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, diskusi tentang social control menjadi lazim dalam ranah keilmuan sosiologi. Beberapa tokoh dan akademisi ilmu sosiologi terkenal pun mengungkapkan beberapa definisi pengendalian sosial menurut sudut pandang mereka masing-masing.

Di bawah ini terdapat lima penjelasan pengertian pengendalian sosial menurut para ahli, mulai dari Karel J. Veeger, Peter L. Berger, Richard T. Schaefer, Joseph S. Roucek, dan Soerjono Soekanto.

BACA JUGA: Pengertian Slow Living Beserta Cara Penerapan dan Manfaatnya

1. Karel J. Veeger

Karel J. Veeger dalam bukunya yang berjudul Pengantar Sosiologi: Buku Panduan Mahasiswa, mengungkapkan bahwa pengertian dari social control merupakan sebuah mekanisme tertentu yang bersangkutan dengan hubungan atau sosialisasi. 

Hubungan dan sosialisasi tersebut dilakukan dengan menggunakan metode atau cara tertentu, dimana tujuan utamanya adalah untuk menyelaraskan kehendak kelompok masyarakat. Apabila masyarakat berperilaku dan bersikap sesuai dengan norma sosial, maka harapan dan taraf hidup akan meningkat.

2. Peter L. Berger

Peter L. Berger merupakan pencetus dari Teori Konstruksi Sosial. Dalam tulisannya, The Social Construction of Reality, Peter L. Berger menerangkan bahwa  social control adalah salah satu upaya untuk menertibkan tiap-tiap individu dan kelompok masyarakat, yang tadinya berbuat menyimpang menjadi tidak menyimpang.

3. Richard T. Schaefer

Richard T. Schaefer adalah penulis dari buku Sociology. Menurutnya, pengertian dari social control adalah serangkaian aturan yang bisa mengatur siapa saja tanpa terkecuali. Semua level masyarakat butuh sebuah social control. Dengan aspek dan cakupan yang luas, social control dapat terjadi dalam lingkungan keluarga dan lingkungan sosial lainnya.

4. Joseph S. Roucek

Salah satu akademisi dalam ilmu sosiologi, Joseph S. Roucek, mengungkapkan dalam bukunya yang berjudul Pengendalian Sosial, bahwa istilah tersebut mengacu pada segala proses, pandangan, dan juga ajakan terhadap masyarakat untuk tunduk pada nilai-nilai sosial yang berlaku.

5. Soerjono Soekanto

Soerjono Soekanto pernah menjelaskan definisi dari social control dalam bukunya yang berjudul Sosiologi: Suatu Pengantar. Menurutnya, pengendalian sosial adalah terjadinya proses yang bertujuan untuk mengajak, memaksa, sekaligus membimbing individu dan kelompok masyarakat untuk menaati aturan, nilai, serta norma yang berlaku. Mereka dapat menaatinya dengan direncanakan ataupun tidak direncanakan.

Tujuan pengendalian sosial

pengendalian sosial
Masagipedia

Sebagai salah satu unsur signifikan dalam pembangunan tatanan sosial di masyarakat, social control tentunya memiliki beberapa tujuan utama yang penting. Berikut ini merupakan pembahasan singkat dari enam tujuan pengendalian sosial.

  • Memupuk kedamaian dan ketenteraman masyarakat – Kedamaian dan ketenteraman di tengah masyarakat merupakan salah satu indikator tidak adanya tindak kejahatan atau penyimpangan nilai dan norma sosial.
  • Menegakkan hukum – Hukum-hukum dalam negara kita banyak yang mengambil dari aturan, nilai, serta norma yang berlaku di tengah masyarakat. Maka dari itu, dengan menerapkan social control, maka individu atau kelompok masyarakat tersebut juga sekaligus menegakkan hukum.
  • Melahirkan budaya malu – Budaya malu merupakan salah satu budaya yang membantu dalam menggalakkan pengendalian sosial. Atas dasar rasa malu, seseorang atau suatu kelompok biasanya akan mengurungkan untuk berperilaku dengan cara tertentu.
  • Mengurangi frekuensi terjadinya pelanggaran nilai dan norma sosialSocial control dapat menjadi salah satu upaya untuk meminimalisir terjadinya berbagai pelanggaran nilai dan norma sosial di tengah masyarakat.
  • Menciptakan ketertiban – Salah satu tujuan utama dari sebuah social control adalah untuk menertibkan masyarakat. Dengan begitu, keberlangsungan hidup dan sosial masyarakat dapat terjamin.
  • Refleksi diriSocial control dapat membuat seseorang untuk menyadari kesalahan yang telah diperbuat, menumbuhkan keinginan untuk memperbaiki diri demi hubungannya terhadap orang lain, dan meningkatkan kepatuhan terhadap aturan, nilai, dan norma yang telah ada.

BACA JUGA: Angin Duduk: Gejala, Penyebab, Pencegahan & Pengobatan

Ciri-ciri dan karakteristik pengendalian sosial

Sebelumnya telah kita bahas bersama-sama tentang tujuan-tujuan utama dari sebuah social control. Pengendalian sosial bertujuan untuk memupuk kedamaian dan ketentraman masyarakat, menegakkan hukum, melahirkan budaya malu, mengurangi frekuensi terjadinya pelanggaran nilai dan norma sosial, menciptakan ketertiban, dan sebagai refleksi diri.

Pada pembahasan ini, kita akan melanjutkan ke ulasan tentang ciri-ciri dan karakteristik dari social control. Kira-kira apa saja ya, ciri-cirinya?

  • Ciri dan karakteristik yang pertama dari social control adalah memiliki sebuah metode atau teknik tertentu yang dapat dimanfaatkan dan digunakan untuk mengontrol perilaku masyarakat serta lingkungan sekitar.
  • Ciri dan karakteristik yang kedua dari social control adalah memiliki salah satu tujuan utama untuk mencapai keseimbangan antara stabilitas dan perubahan yang secara simultan sedang terjadi di dalam lingkungan tersebut.
  • Ciri dan karakteristik yang ketiga dari social control adalah biasanya dilakukan oleh suatu kelompok masyarakat terhadap individu kelompok masyarakat lain.
  • Ciri dan karakteristik yang keempat dari social control adalah memiliki arah komunikasi dua arah, pun seringnya tidak disadari oleh tiap-tiap pihak yang terlibat dalam proses pengendalian sosial ini..

Jenis-jenis pengendalian sosial

Bengkulutoday

Pengendalian sosial adalah salah satu upaya untuk menertibkan tiap-tiap individu dan kelompok masyarakat, yang tadinya berbuat menyimpang menjadi tidak menyimpang. Tujuan utama dari sebuah social control itu sendiri adalah untuk menertibkan masyarakat. Ketika masyarakat tertib, maka keberlangsungan hidup dan sosial masyarakat dapat terjamin.

Sebagai salah satu upaya penertiban, social control dapat dibedakan menjadi beberapa jenis. Terdapat enam jenis social control yang biasanya digunakan di tengah masyarakat, yaitu preventif, represif, kuratif, partisipatif, formal, dan informal.

1. Pengendalian sosial preventif

Social control yang bersifat preventif biasanya terjadi di dalam lingkungan masyarakat sebelum adanya atau terjadinya sebuah perilaku yang menyimpang. Jenis pengendalian ini lazim dilakukan oleh seseorang dengan menggunakan metode sosialisasi norma-norma yang ada, mendidik masyarakat sekitar, serta melakukan penyuluhan dan nasehat agar penyimpangan sosial ini tidak terjadi.

2. Pengendalian sosial represif

Social control yang bersifat represif biasanya terjadi di dalam lingkungan masyarakat setelah adanya atau terjadinya sebuah perilaku yang menyimpang. Pengendalian jenis ini sendiri lazim berwujud dalam sebuah usaha untuk memberikan konsekuensi bagi yang melanggar, hukuman yang sepadan, nasehat, ataupun penyuluhan. Kesemuanya dilakukan agar nantinya tidak ada lagi pelanggaran dan perilaku menyimpang.

3. Pengendalian sosial kuratif

Social control kuratif biasanya dilakukan dengan pembinaan dan penyembuhan kepada pelaku penyimpangan sosial. Tujuan utamanya adalah untuk mengubah nilai dan norma yang ada pada dirinya. 

Pengendalian sosial contoh ini adalah rehabilitasi yang diberikan kepada para mereka yang menyalahgunakan obat-obatan terlarang dan juga kecanduan minuman beralkohol.

4. Pengendalian sosial partisipatif

Social control partisipatif biasanya dilakukan dengan mengajak atau mengikutsertakan pelaku penyimpangan sosial. Tujuan utamanya adalah untuk merubah dirinya sendiri dan membantu memperbaiki nilai serta norma pelaku penyimpangan sosial lain.

Pengendalian sosial contoh ini adalah pengangkatan mereka yang pernah terjebak dalam penyalahgunaan obat-obatan terlarang menjadi duta anti narkoba.

5. Pengendalian formal

Pengendalian formal biasanya dilaksanakan oleh lembaga-lembaga resmi yang ditunjuk untuk menjadi pengawas terhadap peraturan, nilai, dan norma secara resmi di dalam sebuah tatanan masyarakat. 

Peraturan, nilai, dan norma tersebut lazim dibuat secara tertulis. Contohnya dapat kita lihat bersama pada lingkungan perusahaan, perkumpulan serikat pekerja, maupun lembaga peradilan yang ada.

6. Pegendalian informal

Pengendalian formal biasanya dilaksanakan oleh kelompok masyarakat yang tidak bersifat resmi, baik itu secara peraturan ataupun nilai-nilainya. Contoh pengendalian informal lazimnya dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari, seperti pada saat sedang berkumpul dengan keluarga ataupun bersama teman. 

Nasehat, pesan-pesan, serta informasi lain yang disampaikan pada saat sesi berkumpul tersebut adalah salah satu bentuk dari pengendalian sosial.

BACA JUGA: 100 Tebak Tebakan Romantis untuk Pasangan yang Bikin Baper

Fungsi pengendalian sosial

Sebelumnya telah kita bahas mengenai jenis-jenis pengendalian sosial atau social control. Social control sendiri merupakan sebuah proses yang bertujuan untuk mengajak, memaksa, sekaligus membimbing individu dan kelompok masyarakat untuk menaati aturan, nilai, serta norma yang berlaku. Mereka dapat menaatinya dengan direncanakan ataupun tidak direncanakan.

Setidaknya terdapat enam jenis social control, meliputi social control preventif, represif, kuratif, partisipatif, formal, dan informal. Kesemuanya dilakukan untuk mencapai satu tujuan utama, yaitu menertibkan kehidupan bermasyarakat.

Lantas, apa sebenarnya fungsi dari social control tersebut? Berikut merupakan ulasan lengkapnya.

  • Menguatkan keyakinan akan nilai dan norma sosial

Fungsi yang pertama dari sebuah social control adalah untuk menguatkan keyakinan masyarakat tentang nilai dan norma sosial yang berlaku. Penanaman dan penguatan keyakinan ini diharapkan dapat memberikan pengaruh secara langsung terhadap tatanan masyarakat yang ada. 

Penguatan keyakinan akan nilai dan norma sosial dapat dilakukan melalui berbagai lembaga yang memiliki kedekatan dengan masyarakat, seperti sekolah, keluarga, atau melalui sugesti-sugesti dari sekitar lingkungan.

  • Memberikan imbalan terhadap mereka yang taat akan nilai dan norma sosial

Fungsi yang kedua dari sebuah social control adalah untuk memberikan imbalan terhadap mereka yang taat akan nilai dan norma sosial yang berlaku di lingkungan masyarakat. 

Imbalan di sini memiliki maksud memberikan pujian, penghormatan, serta memberikan hadiah penghargaan terhadap anggota masyarakat tersebut. Pemberian imbalan memiliki tujuan tidak lain agar semua elemen masyarakat tetap konsisten menjalankan nilai dan norma yang ada, pun memberikan contoh kepada orang lain untuk menjadi lebih baik lagi.

  • Menumbuhkan rasa malu

Fungsi yang ketiga dari sebuah social control adalah untuk mengembangkan rasa malu pada masing-masing diri individu. Rasa malu yang dimaksud di sini adalah konsekuensi ketika seseorang melakukan penyimpangan sosial, ia kemudian akan sadar terhadap kesalahannya. Setelah itu dia akan merasa malu untuk mengakui, lalu  harga dirinya menjadi turun. 

Konsekuensi lain yang kemungkinan didapat oleh seseorang ketika melakukan penyimpangan sosial adalah celaan dan komentar negatif yang datang dari sekitarnya. Konsekuensi-konsekuensi tadi akan membuat orang tersebut merasa malu dan jera. Dengan begitu, ia tidak akan mengulangi perbuatannya lagi.

  • Menumbuhkan rasa takut

Fungsi yang keempat dari sebuah social control adalah untuk mengembangkan rasa takut dalam diri kita sendiri. Rasa takut untuk berperilaku macam-macam yang akan menimbulkan resiko mendapatkan konsekuensi, secara tidak langsung akan membuat kita tersadar untuk menghindari perilaku tersebut bagaimanapun caranya. Pun rasa takut itu akan membuat kita untuk berusaha melakukan hal baik untuk mengalihkan pikiran dan juga  menghindari hal-hal yang dapat merugikan diri kita sendiri serta orang lain.

  • Menciptakan sebuah sistem hukum dalam lingkungan masyarakat

Fungsi yang kelima dari sebuah social control adalah untuk menciptakan sebuah mekanisme hukum bagi masyarakat. Peraturan, nilai, dan norma dalam social control diperlukan untuk mencapai suatu tujuan atau kesepakatan bersama dalam tatanan masyarakat.

Dengan adanya mekanisme hukum tersebut, dimana aturan dan konsekuensi pelanggaran dijelaskan secara gamblang serta dapat diterima oleh setiap elemen masyarakat, maka kesadaran untuk tidak melakukan pelanggaran pun akan meningkat.

Macam-macam bentuk pengendalian sosial

Tempo.co

Setidaknya ada lima bentuk social control yang biasa dilakukan dalam keseharian tatanan masyarakat. Apa-apa saja bentuk dari social control tersebut?

1. Agama

Agama merupakan bentuk pengendalian yang pertama. Dalam agama, tentunya kita diajarkan berbagai macam tuntunan untuk saling menjaga hubungan baik antara satu sama lain, bagaimana sebaiknya bersosialisasi, dan juga menjaga kualitas hubungan kita dengan Yang Maha Kuasa.

Lebih lanjut lagi, terdapat bermacam-macam larangan dan juga perintah untuk menjauhi segala perkara buruk yang dapat menjadi penyimpangan sosial untuk menghindari sanksi, baik itu dalam agama maupun dalam masyarakat.

2. Pendidikan

Pendidikan merupakan bentuk pengendalian yang kedua. Semakin tinggi pendidikan yang individu tersebut miliki, maka semakin baik juga pemahaman mengenai nilai dan norma yang ada dalam masyarakat. Pun ia dapat mempraktikkan nilai dan norma itu dalam kehidupan sehari-hari dan membantu membawa perubahan terhadap sekitarnya.

3. Sanksi

Sanksi menjadi bentuk pengendalian ketiga yang diberikan kepada masyarakat. Sanksi atau hukuman dapat diberikan pada mereka yang melakukan pelanggaran terhadap norma dan nilai sosial. Pengendalian sosial contoh ini adalah ketika kita sekolah dan seseorang ditegur karena menyontek saat ujian, kemudian ia akan dibawa ke ruangan guru konseling untuk diberi sanksi sesuai peraturan sekolah yang berlaku. 

Dengan langkah tersebut, siswa yang menyontek menjadi memiliki kesadaran untuk tidak melakukan hal tersebut di lain kesempatan. Kemudian, sanksi atau hukuman ini memiliki dua manfaat lain, yaitu membuat seseorang sadar terhadap kesalahan yang telah dirinya lakukan atas pelanggaran norma dan nilai sosial tertentu, serta dapat menjadi pengingat bagi yang lain untuk tidak melakukan pelanggaran yang sama.

4. Teguran

Teguran menjadi bentuk pengendalian yang keempat. Teguran dalam hal ini dapat  dilakukan oleh seseorang maupun sebuah kelompok tertentu kepada pelaku pelanggaran norma sosial. Tentunya, pelanggaran yang dilakukan ini sudah sampai ke taraf yang dapat mengganggu keharmonisan lingkungan masyarakat tersebut. 

Dengan melakukan teguran, seseorang dapat sekaligus memberikan kritik secara langsung serta terbuka. Alhasil, pelaku pelanggaran norma sosial tersebut perlahan-lahan sadar akan tindakan yang telah diperbuatnya.

5. Gosip

Bentuk pengendalian yang terakhir adalah gosip. Gosip sering disebut juga dengan desas-desus, dimana ia merupakan obrolan atau cerita negatif tentang seseorang. Walaupun bersifat negatif, tetapi gosip terbukti efektif untuk mengendalikan seseorang yang melanggar aturan atau norma sosial, karena secara tidak langsung ia akan merasa malu dan tidak nyaman dengan beredarnya obrolan tersebut.

BACA JUGA: Fakta Rumput Paragis yang Bisa Sembuhkan Berbagai Penyakit

Proses pengendalian sosial

Setelah kita membahas panjang lebar mengenai pengertian, tujuan, ciri-ciri, jenis, fungsi, serta bentuk social control, tibalah kita di penghujung diskusi yang akan mengangkat bagaimana cara dan proses social control berlangsung. 

Berikut ini merupakan empat cara yang lazim digunakan dalam social control di tengah tatanan masyarakat yang berlaku.

1. Persuasif

Cara pertama yang digunakan pada adalah cara pengendalian sosial persuasif. Ketika cara persuasif digunakan, biasanya tidak terdapat kekerasan yang akan diterima pelaku penyimpangan sosial. Cara persuasif umumnya meliputi pemberian nasihat, pemberian himbauan, serta pemberian bimbingan agar di masa depan orang tersebut tidak melakukan pelanggaran lagi. 

Cara persuasif lazim digunakan dalam lingkungan masyarakat dengan wujud lisan, atau bisa juga dengan wujud simbolik yang berbentuk spanduk, poster, iklan layanan masyarakat, dan lain sebagainya yang disebarkan secara luas.

2. Koersif

Cara kedua yang digunakan adalah cara pengendalian sosial koersif. Ketika cara persuasif ini digunakan, biasanya terjadi sebuah paksaan atau kekerasan terhadap pelaku pelanggaran nilai dan norma sosial. Kekerasan tersebut dapat berupa fisik maupun psikis. Cara koersif acap kali dilakukan oleh pihak yang berwenang apabila mereka sudah tidak memiliki cara lain untuk menyadarkan pelaku tersebut bahwa tindakan yang telah ia lakukan adalah salah.

Namun, cara koersif ini juga dapat menimbulkan konsekuensi lebih lanjut, seperti reaksi negatif dari pihak-pihak lain yang merasa dirugikan. Contoh umum yang dapat kita amati adalah pengusiran dan penertiban pedagang kaki lima atau PKL yang berjualan di jalan raya.

Penertiban tersebut perlu untuk dilakukan, karena memang pada kenyataannya lapak para PKL ini membuat jalanan menjadi sempit dan menimbulkan kemacetan yang panjang. Maka dari itu, seringkali polisi dan pihak berwenang lain memperingati mereka untuk berpindah, namun terkadang tidak digubris hingga akhirnya menggunakan cara koersif dan pecah keributan.

3. Sosialisasi

Cara ketiga yang digunakan adalah menggunakan cara sosialisasi. ketika menggunakan cara ini, elemen-elemen masyarakat diarahkan untuk menciptakan sebuah kebiasaan serta menanamkan nilai dan norma yang berlaku. 

Sosialisasi dapat dilakukan terhadap masyarakat sekitar. Dengan melakukan pengenalan mengenai norma dan nilai yang berlaku, diharapkan terdapat peningkatan atas pengaplikasiannya dalam sikap dan tingkah laku masyarakat.

4. Penekanan sosial

Cara terakhir dapat dilakukan melalui penekanan sosial. Tujuan dari penekanan sosial ini adalah untuk mengendalikan tingkah laku setiap individu dan kelompok masyarakat. 

Penekanan sosial yang terjadi pada sebuah lingkungan masyarakat dapat menanamkan dalam nilai, aturan, serta norma yang berlaku. Dengan begitu, kehidupan masyarakat akan terjamin.

Nah Sedulur, itu dia ulasan lengkap mengenai pengertian pengendalian sosial dan juga fungsi, jenis, dan aspek-aspek penting lain dari kegiatan tersebut. Semoga artikel ini dapat menambah wawasan serta pengetahuan umum Sedulur, ya!

Mau belanja bulanan nggak pakai ribet? Aplikasi Super solusinya! Mulai dari sembako hingga kebutuhan rumah tangga tersedia lengkap. Selain harganya murah, Sedulur juga bisa merasakan kemudahan belanja lewat handphone. Nggak perlu keluar rumah, belanjaan pun langsung diantar.

Bagi Sedulur yang punya toko kelontong atau warung, bisa juga lho belanja grosir atau kulakan lewat Aplikasi Super. Harga dijamin lebih murah dan bikin untung makin melimpah.