macam-macam pola asuh

Pola asuh orang tua tentunya akan memiliki dampak besar bagi perkembangan si buah hati. Baik itu perkembangan fisik, emosi hingga finansial. Untuk itu, para orang tua harus memiliki pola asuh yang baik dan benar untuk anaknya. Terdapat  macam-macam pola asuh anak yang dapat Sedulur terapkan. 

Pola asuh anak biasanya menampilkan dua karakteristik yang akan berfokus pada tuntutan terhadap anak dan respons orang tua terhadap anak. Nah, agar lebih memahami tentang macam-macam pola asuh orang tua, yuk simak informasi lengkapnya di bawah ini!

BACA JUGA : Mengenal 9 Bahasa Bayi dari Tangisan Hingga Sentuhan

1. Pola asuh permisif

macam-macam pola asuh
Freepik

Macam-macam pola asuh yang pertama adalah tipe permisif. Tipe pengasuhan permisif merupakan pola asuh yang mana orang tua memberikan dorongan agar anak mandiri, dengan memberikan anak kebebasan dan otoritas sepenuhnya, tanpa adanya aturan, kontrol dan bahkan hukuman. Orang tua dengan pengasuhan ini akan melakukan konfrontasi terhadap perilaku yang dilakukan sang anak.

Memberikan kebebasan kepada anak tanpa adanya aturan, kontrol maupun hukuman dapat memberikan dampak buruk dalam tumbuh kembang mereka. Menurut literature review dilakukan Becona dkk. (2011) diketahui bahwa pola asuh ini cenderung akan membawa dampak seperti meningkatkan risiko adanya gangguan penyalahgunaan obat, ketergantungan  rokok dan juga minuman beralkohol. Meskipun demikian, gangguan tersebut tidak sepenuhnya terjadi karena penerapan pola asuh permisif saja. Akan tetapi juga dapat diperkuat oleh latar belakang lingkungan yang memungkinkan individu untuk mengkonsumsi rokok hingga menyalahgunakan obat dan alkohol.

2. Pola asuh otoritatif

macam-macam pola asuh
Freepik

Pola asuh selanjutnya adalah pola asuh otoritatif. Secara sederhana, authoritative parenting atau tipe pola asuh otoritatif merupakan tipe pengasuhan yang mengkombinasikan kontrol dan dukungan emosional orang tua terhadap anak dengan seimbang (Estlein, 2016). Komunikasi yang terjalin antara orang tua dan anak juga terbilang baik karena menerapkan komunikasi dua arah yang suportif dan memungkinkan anak untuk melakukan diskusi dengan orang tuanya.

Penerapan pola asuh ini akan memberikan kesempatan anak untuk bisa mengasah kemandiriannya secara bertanggung jawab sehingga bermnafaat agar terhindar dari separation anxiety disorder. Dengan adanya kesempatan untuk matang sesuai usianya, anak dengan tipe pola asuh otoritatif ini akan cenderung mempunyai karakter yang mandiri, periang, berorientasi pada pencapaian atau achievement-oriented hingga mempunyai kontrol diri yang sangat baik (Santrock, 2014).

Penelitian yang dilakukan oleh Lavrič dan Naterer (2020) menyebutkan bahwa anak pada keluarga yang menerapkan tipe pola asuh otoritatif atau demokratis memberikan dampak positif di masa depan. Dampak positif tersebut berupa adanya kepuasan hidup yang baik ketika anak dengan pola asuh otoritatif ini beranjak dewasa. Masih berdasarkan penelitian tersebut, tipe pengasuhan otoritatif juga dapat dikombinasikan dengan pola asuh permisif maupun otoriter untuk mengurangi dampak negatif yang dapat muncul dari kedua pola asuh tersebut.

BACA JUGA : Cara Meningkatkan Literasi Digital Anak Sejak Dini!

3. Pola asuh otoriter

Freepik

Tipe pengasuhan otoriter atau authoritarian merupakan sebuah pola asuh anak yang mana orang tua melihat keluarga sebagai sebuah hirarki dan melihat diri mereka sebagai sosok yang berada di puncak hirarki tersebut. Orang tua juga memberikan aturan-aturan sebagai bentuk pengontrolan dan pembatasan dengan harapan anak akan patuh dan tidak melanggar aturan yang ada.

Pada praktiknya, jika anak tidak mengikuti aturan yang sudah diberikan, orang tua malah cenderung akan memberikan hukuman. Tidak hanya itu, hubungan antara keduanya nantinya juga tidak terjalin dengan baik karena adanya batasan komunikasi verbal. Hal ini salah satunya dikarenakan orang tua dengan tipe pola asuh otoriter cenderung tidak bisa menerima perbedaan atau pertentangan, yang berujung pada sedikitnya penggunaan kalimat yang mendukung anak serta cenderung memberikan respon yang justru mengecilkan hati sang buah hati. 

Penelitian yang dilakukan oleh Lavrič & Naterer (2020) menunjukkan bahwa penerapan tipe pengasuhan otoriter saja tanpa dikombinasikan dengan tipe pengasuhan otoritatif akan memberikan dampak negatif bagi anak dan akan terbawa hingga mereka dewasa. Hal ini dibuktikan dengan rendahnya kepuasan hidup (Lavrič & Naterer, 2020), harga diri yang rendah dan psychological maladjustment atau ketidaksesuaian psikologis yang buruk (Perez-Gramaje dkk., 2019).

4. Pola asuh indulgent

Freepik

Indulgent parenting yaitu tipe pengasuhan yang dikembangkan oleh Maccoby dan Martin dari pola asuh permisif yang dicetuskan Baumrind. Orang tua yang menggunakan pola asuh ini mempunyai karakteristik demandingness yang rendah, akan tetapi memiliki aspek responsiveness yang cukup tinggi (Estlein, 2016). Secara umum, orang tua beranggapan bahwa dengan memberikan kebebasan melalui pola asuh ini, anak dapat tumbuh dengan baik karena anak tidak merasa terkekang.

Meskipun terlihat membawa dampak positif bagi perkembangan anak, pola asuh indulgent dalam jangka panjang ternyata dapat memberikan efek yang tidak diharapkan. Beberapa efek yang muncul pada perilaku anak yaitu jarang belajar untuk menghargai orang lain, kontrol diri yang buruk, suka mendominasi, kesulitan dalam relasi dengan teman sebaya, dan lain sebagainya (Santrock, 2014). Tak hanya itu, orang dewasa yang diasuh tipe indulgent di masa anak-anak dan remajanya cenderung lebih banyak mengembangkan gejala depresi dan kecemasan serta memiliki kemampuan regulasi emosi yang buruk (Cui dkk., 2019).

BACA JUGA : 12 Rekomendasi Keju untuk MPASI Terbaik, Aman & Bergizi

5. Pola asuh neglectful

Freepik

Apabila pada pola asuh indulgent orang tua masih terlibat dalam pengasuhan, maka akan berbeda dengan tipe pola asuh neglectful atau mengabaikan. Tipe pola asuh neglectful ini serupa dengan artinya, dimana aspek demandingness maupun responsiveness pada orang tua pada anak cukup rendah (Estlein, 2016).

Estlein (2016) menggambarkan bahwa orang tua yang menerapkan pola asuh neglectful cenderung memiliki keyakinan bahwa peran mereka sebagai orang tua hanya sebatas untuk pemenuhan kebutuhan dasar. Kondisi tersebut nentinya akan berakibat pada kurangnya perhatian orang tua pada aspek non material, seperti perkembangan emosi, sosial, dan emosional yang juga membutuhkan peran orang tua agar kondisi anak dapat berkembang dengan baik.

Tumbuh dengan tipe pola asuh ini akan memberikan dampak buruk yang cukup besar bagi seorang anak. Penelitian yang dilakukan Perez-Gramaje dkk. (2019) menunjukkan bahwa anak yang diasuh dengan tipe pola asuh ini memiliki harga diri yang rendah serta ketidaksesuaian psikologis yang paling parah, sama seperti anak yang diasuh secara otoriter.

Dari segi akademis, pola asuh neglectful memberikan dampak paling buruk jika dibandingkan tipe pola asuh yang lain (Yang & Zhao, 2020). Kondisi ini sangat mungkin terjadi karena kurangnnya komunikasi dan sumber belajar menjadikan anak sulit untuk mengembangkan perilaku belajar yang baik.

6. Pola asuh demokratis

Freepil

Pada pola asuh anak jenis ini, orang tua berperan besar dalam membuat pedoman dan aturan di dalam keluarga. Orang tua selalu bersikap responsif saat anak bertanya atau menyampaikan pendapatnya. Orang tua tidak otoriter, namun tetap mengarahkan anak untuk berbuat yang benar, selalu mendukung, mudah memaafkan, tidak terlalu membatasi, dan tidak menyalahkan anak saat melakukan kesalahan.

7. Pola asuh narsistik

Freepik

Ini adalah tipe pola asuh anak yang paling banyak diterapkan oleh sebagian besar orang tua. Terdapat sisi positif dalam pola asuh narsistik, yakni orang tua mendukung penuh minat sang anak. Akan tetapi, dukungan yang diberikan terlalu berlebihan sehingga dapat membuat anak memiliki sifat yang sambong. Pola asuh ini boleh saja diterapkan, tapi harus diseimbangkan dengan nasihat agar anak tetap menjadi pribadi yang rendah hati dan ramah terhadap lingkungan di sekitarnya.

8. Pola asuh holistic

macam-macam pola asuh
Freepik

Melalui pola asuh holistik, orang tua dapat memberikan contoh yang baik dari dirinya sendiri. Di samping itu, orang tua juga menghargai adanya perbedaan kepribadian dengan sang anak serta memberikan kebebasan pada anak untuk mengembangkan potensi dan keyakinan yang anak miliki. Dengan begitu, anak akan lebih menghargai lingkungan sekelilingnya dan memiliki kesadaran batin.

Demikianlah penjelasan tentang macam-macam pola asuh orang tua yang dapat diterapkan kepada anak. Pastikan Sedulur menerapkan pola asuh terbaik untuk anak demi mendukung tumbuh kembangnya serta membentuk kepribadian yang baik. Jika dirasa dibutuhkan, Sedulur dapat berkonsultas kepada psikolog mengenai pola asuh yang akan diterapkan pada anak.