tingkatan bahasa jawa

Bahasa Jawa merupakan bahasa yang banyak digunakan dalam percakapan sehari-hari oleh penduduk bersuku Jawa, terutama di wilayah bagian tengah dan timur pulau Jawa. Sebagai salah satu bahasa Austronesia, bahasa Jawa memiliki keunikan berupa adanya tingkatan dalam berbahasa. Secara umum, masyarakat mengenal empat tingkatan bahasa Jawa, yaitu bahasa Jawa ngoko lugu, ngoko alus, krama lugu, dan krama alus.

Lantas, apa perbedaan dari keempat tingkatan bahasa Jawa tersebut? Untuk mengetahui jawabannya, yuk, simak informasi lengkap yang sudah Super rangkum berikut ini!

BACA JUGA: 7 Bacaan Kalimat Ijab Kabul Berbagai Bahasa dan Tata Caranya

Mengenal bahasa Jawa

tingkatan bahasa jawa
Tribun

Sebelum mencari tahu tentang tingkatan bahasa Jawa, tak ada salahnya Sedulur memahami terlebih dahulu mengenai ragam bahasa satu ini.

Dijelaskan sebelumnya, bahasa Jawa termasuk dalam bahasa Austronesia, yaitu rumpun bahasa yang sangat luas penyebarannya di dunia. Dilansir Kompas.com, penyebaran rumpun bahasa Austronesia mencakup Taiwan, Hawaii, Selandia Baru, Madagaskar, hingga Pulau Paskah di Chile.

Sementara itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI menyebutkan bahwa bahasa Jawa adalah bahasa yang tanah asalnya berada di Pulau Jawa. Umumnya, bahasa Jawa dituturkan oleh masyarakat Jawa yang tinggal di Provinsi Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Jawa Timur, Jawa Barat, dan Banten. Selain itu bahasa Jawa juga banyak digunakan oleh masyarakat di luar Pulau Jawa hingga luar Indonesia.

Secara umum, bahasa Jawa yang dituturkan di Provinsi Jawa Tengah terbagi menjadi beberapa dialek. Di antaranya adalah dialek Solo-Yogya, dialek Pekalongan, dialek Wonosobo, dialek Banyumas, dan dialek Tegal.

Selain memiliki perbedaan dialek di beberapa daerah, bahasa Jawa juga memiliki keunikan berupa adanya tingkatan dalam berbahasa atau biasa disebut unggah-ungguh atau tingkat tutur. Pembahasan mengenai tingkatan bahasa Jawa akan diuraikan pada poin berikutnya.

BACA JUGA: Penggunaan Kata di yang Benar Sesuai Bahasa Indonesia

4 tingkatan bahasa Jawa

tingkatan bahasa jawa
Kompas

Telah disinggung sebelumnya bahwa dalam bahasa Jawa dikenal unggah-ungguh atau tingkat tutur. Menurut Sasangka (2004) dan Indrayanto (2015) sebagaimana dikutip dari Tingkat Tutur Bahasa Jawa karya Purwa Lalita Nurjayanti, prinsip unggah-ungguh bahasa Jawa terbagi menjadi dua, yaitu ngoko dan krama yang kemudian memiliki beberapa variasi.

Adapun perbedaan antara bahasa Jawa ngoko dan krama umumnya dapat dilihat dari leksikon yang digunakan dalam kalimat atau tuturan. Bahasa Jawa ngoko sendiri biasanya digunakan oleh penutur yang memiliki kedekatan dengan mitra tutur. Ragam bahasa ini kemudian dibagi menjadi dua kategori, yaitu ngoko lugu dan ngoko alus. Sementara, bahasa Jawa krama digunakan untuk menunjukkan penghormatan antara penutur dan mitra tutur. Bahasa Jawa krama juga terbagi menjadi dua jenis, yaitu krama lugu dan krama alus.

Berikut penjelasan untuk masing-masing tingkatan bahasa Jawa beserta contohnya, seperti yang telah dirangkum dari berbagai sumber.

1. Bahasa Jawa ngoko lugu

STKIP PGRI Ponorogo

Tingkatan bahasa Jawa yang pertama adalah ngoko lugu. Bahasa Jawa ngoko lugu memiliki ciri berupa semua kosakata yang digunakan berbentuk ngoko dan netral. 

Ragam bahasa ini biasa digunakan untuk berbicara dengan teman sebaya atau teman yang memiliki hubungan dekat. Selain itu, bahasa Jawa ngoko lugu juga umum digunakan oleh orang yang derajatnya lebih tinggi kepada orang yang derajatnya lebih rendah.

Perlu menjadi catatan bahwa ragam bahasa Jawa ini umumnya tidak digunakan dalam situasi formal atau resmi, kecuali dibutuhkan sebagai contoh seperti pada pembahasan tingkat tutur bahasa Jawa. Selain itu, menggunakan bahasa Jawa ngoko lugu kepada orang yang lebih tua ataupun orang yang lebih tinggi derajatnya dapat dianggap tidak sopan.

Adapun contoh bahasa Jawa ngoko lugu adalah sebagai berikut.

  • Yen mung kaya ngunu wae, aku mesthi ya iso.
  • Dhuwite mau digawa apa durung ya karo mas Budi?

2. Bahasa Jawa ngoko alus

Freepik

Ragam yang kedua adalah bahasa Jawa ngoko alus. Berbeda dengan ngoko lugu, ragam bahasa ini tidak hanya menggunakan kosakata atau leksikon ngoko dan netral. Melainkan juga digunakan leksikon krama inggil baik dalam bentuk kata kerja, kata benda, maupun pronomina yang dimaksudkan untuk menghormati mitra tutur.

Tingkatan bahasa Jawa ngoko alus biasanya digunakan untuk berkomunikasi dengan mitra tutur yang sudah akrab namun masih saling menghormati. Misalnya antara rekan kerja di kantor, istri kepada suami, orang tua atau orang yang dengan derajat yang lebih tinggi kepada orang yang lebih muda atau lebih rendah derajatnya namun masih ada penghormatan.

Berikut contoh bahasa Jawa ngoko alus.

  • Aku nyuwun pirsa, daleme mas Budi kuwi, neng endi?
  • Mentri pendhidhikan sing anyar iki asmane sapa?

BACA JUGA: Belajar Penulisan Bahasa Arab Angka 1-100 dengan Mudah

3. Bahasa Jawa krama lugu

The Jakarta Post

Ragam bahasa Jawa yang berikutnya adalah krama lugu atau juga biasa disebut krama madya. Secara umum, ragam bahasa Jawa krama digunakan oleh seseorang ketika berbicara kepada lawan bicara atau mitra tutur yang lebih tinggi derajatnya atau lebih tua sebagai bentuk penghormatan.

Meski begitu, krama lugu masih menyelipkan kosakata ngoko. Sehingga secara semantik, ragam krama lugu dianggap memiliki kadar kehalusan rendah meskipun lebih tinggi daripada ngoko alus. Untuk lebih jelasnya, Sedulur bisa menyimak contoh berikut.

  • Sing dipilih Sigit niku jurusan jurnalistik utawi perhotelan.
  • Sampun jam sedasa budhe dereng tilem.

4. Bahasa Jawa krama alus

Phinemo

Tingkatan bahasa Jawa yang terakhir adalah krama alus. Seperti halnya bahasa Jawa krama lugu, ragam bahasa krama alus juga digunakan untuk berkomunikasi dengan mitra tutur yang lebih tinggi derajatnya. Ragam bahasa ini juga biasa digunakan untuk berbicara dengan orang yang tidak dikenal atau tidak akrab.

Jika melihat dari pilihan katanya, ragam bahasa ini hanya menggunakan kosakata atau leksikon krama inggil atau krama andhap. Sementara, leksikon ngoko tidak digunakan karena ditujukan untuk menghormati lawan bicara.

Berikut contoh kalimat dalam bahasa Jawa krama alus.

  • Budhe tindhak dhateng Wonosobo nitih bis kaliyan pakdhe.
  • Mangke sonten, manawi siyos, dalem badhé késah dhateng Surabaya.

Demikian tadi pembahasan mengenai tingkatan dalam bahasa Jawa. Dapat dipahami bahwa dalam bahasa Jawa dikenal empat tingkatan, yaitu ngoko lugu, ngoko alus, krama lugu, dan krama inggil. Perbedaan antara keempat tingkatan itu dapat dilihat dari kosakata atau leksikon yang digunakan, baik dalam bentuk kata kerja, kata benda, ataupun pronomina. Tingkatan bahasa Jawa ini juga menunjukkan penghormatan kepada lawan bicara sehingga perlu diperhatikan penggunaannya.

Mau belanja bulanan nggak pakai ribet? Aplikasi Super solusinya! Mulai dari sembako hingga kebutuhan rumah tangga tersedia lengkap. Selain harganya murah, Sedulur juga bisa merasakan kemudahan belanja lewat handphone. Nggak perlu keluar rumah, belanjaan pun langsung diantar.

Bagi Sedulur yang punya toko kelontong atau warung, bisa juga lho belanja grosir atau kulakan lewat Aplikasi Super. Harga dijamin lebih murah dan bikin untung makin melimpah.