pengertian sastra

Sedulur tentu tidak asing dengan karya sastra seperti novel, cerita pendek, ataupun puisi. Sejumlah nama sastrawan pun dikenal luas lewat karya-karya yang mereka hasilkan. Tak berhenti sampai di situ, sejumlah perguruan tinggi di Indonesia juga memiliki jurusan khusus untuk mempelajari tentang sastra Indonesia. Namun, apakah Sedulur sudah tahu apa pengertian sastra?

Secara sederhana, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring menjelaskan pengertian sastra sebagai bahasa, kata-kata, atau gaya bahasa yang dipakai dalam kitab-kitab. Selain itu, sastra juga diartikan sebagai tulisan dan huruf. Ingin tahu lebih jauh tentang sastra? Berikut ini Super telah merangkum berbagai informasi mengenai sastra, termasuk pengertian, jenis, struktur, hingga fungsinya.

BACA JUGA: Prosa adalah: Pengertian, Ciri-Ciri, Jenis dan Contohnya

Pengertian sastra

pengertian sastra
Freepik

Telah disinggung sebelumnya, pengertian sastra menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring adalah bahasa, kata-kata, atau gaya bahasa yang dipakai dalam kitab-kitab. Selain itu, arti kata sastra juga diuraikan sebagai berikut.

  • kesusastraan
  • kitab suci Hindu, kitab ilmu pengetahuan.
  • pustaka, primbon tentang ramalan, hitungan, dan sebagainya
  • tulisan, huruf

Kata “sastra” juga disebut berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu śāstra yang memiliki arti ilmu pengetahuan, saran, aturan, atau ajaran. Dalam sumber yang lain dinyatakan bahwa sastra berasal dari kata shaastra yang berarti teks yang mengandung instruksi atau pedoman.

Sementara, mengutip dari laman Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemdikbud, pengertian sastra adalah hasil karya yang mengisahkan kehidupan dan disampaikan menggunakan bahasa. Adapun karya sastra dijelaskan sebagai sesuatu yang dapat menyatukan manusia, dapat mengetuk hati pembacanya, memberikan pengetahuan hingga harapan, serta menjadi media untuk menuangkan isi hati dan aspirasi penulisnya.

Di sisi yang lain, dikenal pula istilah sastra Indonesia. Apa itu?

Mengutip dari KBBI, pengertian sastra Indonesia adalah sastra yang aslinya ditulis dalam bahasa Indonesia. Sedangkan dalam literatur lain dinyatakan bahwa sastra Indonesia adalah karya sastra yang berasal dari wilayah Indonesia dan menggunakan bahasa Indonesia yang berakar pada bahasa Melayu.

Pengertian sastra menurut para ahli

Freepik

Sejumlah ahli di bidang sastra juga mengemukakan pendapatnya tentang pengertian sastra. Berikut adalah pengertian sastra dari beberapa ahli yang dapat Sedulur simak untuk lebih memahami tentang apa itu sastra.

1. Plato

Plato menjelaskan pengertian sastra dengan teori mimesis, yaitu sebagai tiruan perilaku atau peristiwa. Maksudnya adalah, apa yang ada di dalam sebuah karya sastra dianggap sebagai tiruan dari dunia nyata. Dengan kata lain, sastra adalah hasil tiruan dari kenyataan kehidupan manusia. 

2. Sapardi Djoko Damono

Menurut Sapardi Djoko Damono, sastra adalah sebuah lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai medium penyampaiannya. Selain itu, sastra juga merupakan gambaran tentang kehidupan manusia yang merupakan suatu kenyataan sosial.

3. Rene Wellek dan Austin Warren

Kritikus sastra Rene Wellek dan Austin Warren mendefinisikan sastra sebagai suatu kegiatan kreatif sebuah karya seni. Selain itu sastra juga dijelaskan sebagai karya imajinatif.

4. Mursal Esten

Menurut Mursal Esten, sastra adalah pengungkapan fakta artistik dan imajinatif sebagai bentuk perwujudan atau manifestasi dari kehidupan manusia dan masyarakat. Pengungkapan fakta dalam sastra menggunakan bahasa dan memberikan dampak positif bagi kehidupan manusia.

5. Sumardjo dan Saini

Sumardjo dan Saini mengemukakan pengertian sastra sebagai ungkapan pribadi manusia dalam bentuk gambaran konkret dengan alat bahasa. Ungkapan pribadi ini dapat meliputi pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, atau keyakinan akan sesuatu.

BACA JUGA: Profil & Kumpulan Puisi Chairil Anwar, Pelopor Puisi Indonesia

Jenis-jenis sastra

pengertian sastra
Freepik

Terdapat beberapa pendapat tentang pembagian jenis-jenis sastra. Pertama, sastra terbagi menjadi sastra lisan dan sastra tulisan yang didasarkan pada media dan cara penyebarannya. Umumnya sastra lisan diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi.

Di sisi lain, sastra terutama sastra Indonesia juga dibagi menjadi sastra lama dan sastra baru. Sesuai dengan namanya, pembagian sastra lama dan sastra baru ini didasarkan pada zaman atau periode pembuatan sebuah karya sastra. Selain itu, karya sastra lama dan sastra baru juga memiliki perbedaan pada segi isi dan bentuknya. Berikut penjelasannya.

1. Karya sastra lama

Karya sastra lama umumnya berisi tentang nasihat, ajaran agama, hingga ajaran moral. Sehingga bisa dipahami bahwa sastra lama lebih banyak ditujukan untuk kepentingan pendidikan dan berdasarkan adat istiadat masyarakat di mana karya sastra tersebut muncul. Adapun sastra lama biasanya bersifat anonim atau tidak diketahui siapa penciptanya karena disebarkan secara turun-temurun. Sastra lama contohnya adalah pantun, gurindam, dongeng, mitos, dan legenda.

2. Karya sastra baru

Jika sastra lama dipengaruhi oleh adat istiadat masyarakat setempat, sastra baru umumnya mendapat pengaruh oleh karya sastra asing seperti karya sastra Eropa. Hal ini menyebabkan munculnya berbagai genre sastra, di antaranya adalah novel dan roman.

Di sisi yang lain, Sumardjo dan Saini juga mengemukakan pendapatnya tentang jenis-jenis sastra. Dijelaskan bahwa sastra secara umum dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu sastra non imajinatif dan sastra imajinatif.

BACA JUGA: Apa itu Puisi: Pengertian, Jenis, Ciri Ciri & Cara Membuatnya

Struktur sastra

Freepik

Secara umum, struktur dalam sastra atau karya sastra dapat dibagi menjadi dua, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. 

1. Unsur intrinsik

Unsur intrinsik artinya adalah unsur yang terkandung di dalam sebuah karya sastra. Unsur-unsur ini memiliki peran untuk membangun inti cerita dari suatu karya sastra. Adapun unsur intrinsik sastra secara umum meliputi tema, tokoh dan penokohan, latar, alur, sudut pandang, serta amanat atau pesan yang ingin disampaikan oleh penulis melalui karya sastra tersebut.

2. Unsur ekstrinsik

Sementara, unsur ekstrinsik adalah unsur yang berasal dari luar struktur inti sebuah karya sastra. Umumnya unsur ekstrinsik bersifat subjektif karena berkaitan dengan latar belakang seorang penulis. Misalnya adalah pengalaman hidup dan keyakinan yang dianut sehingga mempengaruhi cara berpikir seorang penulis dalam menyusun karyanya. 

Sejarah kemunculan sastra

pengertian sastra
Freepik

Bab berikutnya yang juga perlu untuk Sedulur simak adalah mengenai sejarah kemunculan sastra. Dihimpun dari berbagai sumber, sastra disebut telah ada sejak ribuan tahun lalu.

Kemunculan sastra salah satunya ditunjukkan dengan buku Poetica yang ditulis oleh seorang filsuf Yunani, Aristoteles. Buku tersebut memuat drama tragedi dan teori literatur. Adapun Poetica sendiri memiliki arti puisi, penulis, atau pembuat.

Selanjutnya muncul istilah literature yang disebut berasal dari bahasa latin literatura. Kata dalam bahasa latin itu memiliki arti belajar, menulis, atau tata bahasa. 

BACA JUGA: Metafora adalah: Pengertian, Fungsi dan Contohnya

Periodisasi sastra Indonesia

Freepik

Selain sejarah sastra secara umum, Sedulur juga perlu mengenal periodisasi sastra Indonesia. Mengutip dari laman Ensiklopedia Sastra Indonesia Kemdikbud, periodisasi sastra adalah pembabakan atau pembagian sejarah perkembangan sastra berdasarkan urutan waktu atau periode tertentu.

Sejumlah tokoh sastra diketahui telah mengemukakan pandangannya tentang periodisasi sastra Indonesia. Secara umum, periodisasi menurut para tokoh ini memiliki garis besar yang sama. Adapun berikut adalah periodisasi sastra menurut beberapa tokoh, antara lain HB Jassin, Nugroho Notosusanto, Ajip Rosidi, Zuber Usman, Rachmat Djoko Pradopo.

Periodisasi sastra menurut HB Jassin

  1. Sastra melayu lama
  2. Sastra Indonesia modern
  • Angkatan 20
  • Angkatan 33 atau Pujangga Baru
  • Angkatan 45
  • Angkatan 66

Periodisasi sastra menurut Nugroho Notosusanto

1. Sastra melayu lama

2. Sastra Indonesia modern

3. Masa kebangkitan

  • Periode ’20
  • Periode ’30
  • Periode ’42

4. Masa perkembangan

  • Periode ’45
  • Periode ’50

Periodisasi sastra menurut Ajip Rosidi

  1. Masa kelahiran dan masa penjadian
  • Periode awal hingga 1933
  • Periode 1933 – 1942
  • Periode 1942 – 1945
  1. Masa perkembangan
  • Periode 1945 – 1953
  • Periode 1953 – 1961
  • Periode 1961 – 1969

Periodisasi sastra menurut Zuber Usman

  • Zaman Balai Pustaka (1908)
  • Zaman Pujangga Baru (1933) 
  • Zaman Jepang (1942) 
  • Zaman Angkatan 45 (1945)

Periodisasi sastra menurut Rachmat Djoko Pradopo

  • Periode Balai Pustaka (1920 – 1940)
  • Periode Pujangga Baru (1930 – 1945)
  • Periode Angkatan 45 (1940 – 1955)
  • Periode Angkatan 1950 (1950 – 1970)
  • Periode Angkatan 1970 (1970 -1986)

Sementara itu, dalam berbagai kajian tentang sejarah sastra Indonesia, dijelaskan bahwa periodisasi sastra Indonesia secara umum meliputi 8 periode berikut.

1. Angkatan Pujangga Lama

Angkatan Pujangga Lama adalah klasifikasi karya sastra Indonesia yang dihasilkan sebelum abad ke-20. Pada masa ini, karya sastra didominasi oleh syair, pantun, gurindam, dan hikayat.

2. Angkatan Balai Pustaka

Kompas

Angkatan Balai Pustaka merujuk pada karya sastra maupun penulis yang menghasilkan karya dan diterbitkan melalui Penerbit Balai Pustaka. Beberapa karya sastra yang terkenal dari Angkatan Balai Pustaka adalah Sitti Nurbaya (1922) serta Azab dan Sengsara (1920).

3. Angkatan Pujangga Baru

Jika Angkatan Balai Pustaka merujuk pada nama penerbit Balai Pustaka, Angkatan Pujangga Baru merujuk pada majalah Pujangga Baru (Poedjangga Baroe) yang pertama kali terbit pada 1933. Penerbitan majalah tersebut dipelopori oleh Sutan Takdir Alisjahbana (STA), Amir Hamzah, dan Armijn Pane.

4. Angkatan ’45 atau Angkatan Kemerdekaan

CNN Indonesia

Sebutan Angkatan ’45 pertama kali disebutkan oleh Rosihan Anwar dalam Majalah Siasat. Beberapa tokoh yang turut menandai Angkatan ’45 adalah Chairil Anwar, Asrul Sani, Usmar Ismail, Idrus, serta Pramoedya Ananta Toer.

5. Angkatan ’50-an

Periode sastra Indonesia Angkatan 50 ditandai dengan terbitnya majalah sastra bertajuk Kisah Asuhan yang dipelopori oleh HB Jassin. Adapun beberapa tokoh sastrawan Angkatan ’50 yang cukup terkenal adalah Sapardi Djoko Damono, NH Dini, Taufik Ismail, Umar Kayam, Ajip Rosidi, dan WS Rendra.

6. Angkatan ’66

TribunJateng

Nama periode sastra Angkatan ’66 disebut memiliki kaitan dengan peristiwa politik yang terjadi pada 1966 silam. Istilah ini sendiri dicetuskan oleh HB Jassin dalam Majalah Horison. Namun penamaan ini sebenarnya diwarnai oleh kontroversi berupa penolakan dari sejumlah tokoh. Mereka beranggapan bahwa angkatan tersebut lebih tepat disebut Angkatan Manifes Kebudayaan. Di sisi lain, Rachmat Djoko Pradopo menyatakan bahwa penamaan angkatan sastra seharusnya didasarkan pada karya sastra itu sendiri dan bukan karena masalah sosial-politik.

7. Angkatan ’80-an

Periode sastra Indonesia Angkatan ’80 ditandai dengan banyaknya karya roman percintaan. Sementara salah satu tokoh sastra yang cukup menonjol adalah Marga T. Selain itu, muncul pula karya sastra beraliran pop bertajuk Lupus karya Hilman Hariwijaya.

8. Angkatan Reformasi

Freepik

Sesuai namanya, periode sastra Angkatan Reformasi ditandai dengan karya sastra, baik berupa cerita pendek, novel, maupun puisi, yang mengusung tema sosial politik terutama reformasi. Angkatan ini juga dianggap sebagai angkatan sastra yang mempunyai kebebasan dari pembatasan rezim Orde Baru. 

Beberapa karya sastra contoh Angkatan Reformasi adalah Saman karya Ayu Utami serta Supernova: Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh karya Dewi Lestari.

BACA JUGA: Cerita Fiksi: Pengertian, Jenis, Ciri-Ciri, Struktur dan Contohnya

Fungsi sastra

Freepik

Secara umum, fungsi sastra dijelaskan oleh Horatius (65 SM – 8 SM) dengan istilah dulce et utile yang berasal dari bahasa Latin. Dulce memiliki makna sweet atau mewakili sesuatu yang menyenangkan. Sedangkan utile adalah useful atau bersifat mendidik. Sehingga dapat dipahami bahwa fungsi sastra adalah sebagai media hiburan sekaligus pendidikan. Lebih jauh, fungsi sastra dapat diuraikan menjadi lima poin sebagaimana dijelaskan oleh Kosasih (2012).

1. Fungsi rekreatif

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, karya sastra memiliki fungsi sebagai hiburan. Sehingga karya sastra dianggap dapat memberikan rasa senang bagi pembacanya. 

2. Fungsi didaktif

Selain memiliki fungsi menghibur, karya sastra juga menjadi media pendidikan baik berupa pendidikan moral maupun pengetahuan baru akan sesuatu hal. Hal ini biasanya diperoleh melalui amanat atau pesan yang disampaikan oleh penulis melalui karya sastra yang dibuatnya.

3. Fungsi estetika

Karya sastra umumnya dibuat dengan bahasa yang berbeda dengan bahasa sehari-hari. Hal ini dikarenakan, banyak penulis yang menggunakan gaya bahasa tertentu sehingga karya tulisan yang dihasilkannya tampak indah ketika dibaca.

4. Fungsi moralitas

Salah satu struktur dari karya sastra adalah amanat. Biasanya amanat yang disampaikan oleh penulis atau sastrawan berupa nilai moral yang bermanfaat sebagai bahan pembelajaran untuk pembacanya. Adapun fungsi moralitas dalam sebuah karya sastra umumnya tidak disampaikan secara gamblang oleh penulis, melainkan secara tersirat melalui narasi cerita ataupun dialog antar tokoh.

5. Fungsi religiusitas

Tak hanya mengandung nilai moral, banyak karya sastra yang juga memuat nilai religius atau pesan-pesan keagamaan. Hal ini biasanya dipengaruhi oleh unsur ekstrinsik yaitu latar belakang penulis.

Demikian tadi pembahasan mengenai pengertian sastra beserta jenis-jenis dan fungsinya. Selain itu telah dipaparkan juga periodisasi sastra di Indonesia beserta nama sastrawan dan hasil karyanya yang terkenal dari setiap angkatan. Semoga informasi ini dapat memberikan manfaat untuk Sedulur, ya!

Mau belanja bulanan nggak pakai ribet? Aplikasi Super solusinya! Mulai dari sembako hingga kebutuhan rumah tangga tersedia lengkap. Selain harganya murah, Sedulur juga bisa merasakan kemudahan belanja lewat handphone. Nggak perlu keluar rumah, belanjaan pun langsung diantar.

Bagi Sedulur yang punya toko kelontong atau warung, bisa juga lho belanja grosir atau kulakan lewat Aplikasi Super. Harga dijamin lebih murah dan bikin untung makin melimpah.