rupiah terpuruk

Dampak penyebaran dari varian baru Omicron

kompas

Selain kenaikan proyeksi suku bunga dan kebijakan dari bank sentral Amerika Serikat yang semakin agresif, penyebaran varian baru dari corona yaitu Omicron juga menjadi salah satu penyebab merosotnya nilai tukar mata uang rupiah. Omicron adalah salah satu varian virus corona yang terbaru dan terdeteksi pertama kali di Afrika pada 24 november 2021 lalu. Selain menyebarkan dan menularkan virus lebih cepat dari sebelumnya, varian ini juga mampu melemahkan nilai tukar rupiah. Ada sekitar 38 negara yang sudah dimasuki oleh Omicron, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO). Selain itu, harga komoditas seperti minyak mentah akan memicu penurunan. 

Ada kemungkinan varian terbaru ini untuk kebal terhadap vaksin dan dalam tiga sampai enam bulan kedepan akan menjadi “penguasa” dunia menggantikan varian sebelumnya yaitu delta. Seperti yang sudah dikatakan oleh Leong Hoe Nam, seorang dokter spesialis penyakit menular dari rumah sakit Mount Elizabeth Novena yaitu:

“Varian terbaru corona yaitu Omicron akan mendominasi dunia dalam tiga sampai enam bulan ke depan,” tuturnya dalam sebuah acara dan dilansir dari CNBC International (1/12).

Dikhawatirkan, perekonomian dunia akan terjadi keterpurukan seperti sebelumnya lagi, karena dampak dari varian tersebut. Hal tersebut dapat dibuktikan dari bursa saham global yang mengalami anjlok dalam minggu ini. Imbasnya, rupiah yang merupakan aset negara dalam berbagai market akan dijauhi oleh pelaku pasar.  Tak hanya itu, trader dan investor akan mengambil tindakan menarik dana atau menjual sahamnya dari bursa saham untuk menghindari risiko.

Sementara itu, direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi menuturkan bahwa varian Omicron ini menyebabkan pelemahan yang dialami oleh rupiah dan ada kemungkinan pelaku pasar keuangan juga melemah.

“Pasar diguncang oleh berita bahwa omicron bisa lebih menular daripada varian sebelumnya,” ujarnya yang juga mengkhawatirkan akan terjadi lockdown seperti sebelumnya dan berdampak besar bagi perekonomian.

Antisipasi yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia terhadap penyebaran varian baru dari COVID-19 ini adalah dengan menghapus libur pada natal dan tahun baru ini. Hal ini dikarenakan untuk membatasi pergerakan orang yang lebih banyak pada setiap libur hari besar. Dengan adanya kebijakan baru tersebut, diharapkan juga pergerakan mata uang akan bergerak hingga penutupannya pada kisaran Rp 14.380-14.440 per dolar AS.