Ittiba adalah cara meneladani dan mencontoh setiap tuntunan dari Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam. Hal ini penting dilakukan agar setiap tindakan dan perilaku seseorang bisa mencerminkan sifat kaum Muslimin seperti Rasulullah.
Dalam memahami ittiba, ada beberapa hal yang penting untuk dipahami dan mengerti. Pertama adalah keyakinan bahwa ajaran agama Islam yang dibawa oleh Rasulullah bukan berdasarkan atas akal atau pendapat manusia melainkan wahyu dari Sang Pencipta.
Selain itu, seorang Muslim juga wajib mencari tahu hukum syar’I dari sebuah perbuatan sebelum mengamalkannya. Dua hal di atas inilah yang menjadi poin penting ittiba. Namun, ada beberapa hal lain yang wajib Sedulur ketahui tentang perbuatan ini. Yuk simak ulasannya di bawah ini.
BACA JUGA: Apa Arti Istidraj Dalam Islam, Ini Ciri dan Tandanya dalam Al Qur’an
Pengertian ittiba
Untuk bisa mencapai tujuan akhirat seperti surga yang telah dijanjikan oleh Allah SWT, maka seorang Muslim harus berittiba. Hal ini tak lepas dari tujuan dari ittiba yang membuat niat seorang manusia untuk mengejar duniawi berubah menjadi tujuan rohani.
Ittiba sendiri bisa dilakukan dengan melakukan segala perbuatan yang telah diminta oleh Allah SWT dan dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW. Tindakan perbuatan ini bertujuan untuk menciptakan seorang Muslim yang baik dan berhati bersih.
Dalam Islam sendiri, ittiba adalah hal yang wajib. Dalil ittiba’ sudah dijelaskan dalam Al Quran surat Ali Imran ayat 31 berikut ini:
قُلْ اَطِيْعُوا اللّٰهَ وَالرَّسُوْلَ ۚ فَاِنْ تَوَلَّوْا فَاِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْكٰفِرِيْنَ
Artinya: “Katakanlah (Muhammad), ‘Taatilah Allah dan Rasul. Jika kamu berpaling, ketahuilah bahwa Allah tidak menyukai orang-orang kafir.’”
Menurut Dr. Nurhayati, dkk dalam buku Fiqh dan Ushul Fiqh, keberadaan ittiba adalah hal yang sangat penting dalam Islam. Prinsip ini tak lepas dari ittiba yang menjadi dasar diterimanya setiap amalan di dunia. Selain itu, ittiba juga menjadi bukti kebesaran dan kebenaran cinta seorang manusia kepada Allah SWT dan Rasul-Nya.
Contoh ittiba
Berdasarkan sejumlah dalil dan penjelasan dari para ahli agama, contoh ittiba’ dibagi menjadi dua. Dimana ada ittiba kepada Allah SWT dan ittiba kepada Nabi Muhammad SAW.
1. Ittiba kepada Allah SWT
Allah SWT mewajibkan semua umat Islam agar selal mentaati dan mengikuti semua kewajiban serta menghindari seluruh larangan yang telah ditetapkan. Hal ini sendiri sudah difirmankan oleh Allah SWT di surat Al Imran ayat 174 yang memiliki arti sebegai berikut ini:
“Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keridhaan Allah. Allah mempunyai karunia yang besar”.
Contoh dari ittiba kepada Allah SWT adalah selalu menghindari segala perbuatan yang telah dilarang dalam Al Quran seperti menjauhi zina atau berghibah. Dua hal itu telah ditetapkan Allah SWT sebagai perbuatan keji dan harus dijauhi.
Sebagai seorang Muslim, maka wajib hukumnya untuk melakukan ittiba dengan menghindari dan tidak melakukan zina dimanapun berada.
2. Ittiba kepada Nabi Muhammad SAW
Untuk contoh ittiba’ kepada Rasulullah ada satu surat yang menjadi pedoman, yaitu surat Al Maidah ayat 92 yang memiliki arti sebagai berikut:
“Dan taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada Rasul(Nya) serta berhati-hatilah. Jika kamu berpaling maka ketahuilah bahwa kewajiban Rasul Kami hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan terang”.
Dari surat tersebut sudah bisa dipastikan ittiba kepada Nabi Muhammad SAW adalah hal yang wajib dilaksanakan oleh umat Muslim. Contoh nyata ittiba kepada Rasulullah adalah dengan meniru dan mengikuti semua ajaran beliau secara benar dan tidak menambah atau mengurangi sedikitpun.
Hal ini biasanya ada dalam sunnah Rasulullah yang sudah diajarkan dan diturunkan dari para sahabat Rasulullah. Contoh ittiba’ kepada Nabi Muhammad SAW seperti berbuka puasa dengan air putih, menjalankan shalat tahajud di malam bulan Ramadhan, sampai menyantap makan dengan tiga jari.
Dari beberapa contoh di atas sudah jelas bahwa ittiba’ adalah mengikuti sunnah Nabi Muhammad SAW dan melaksanakan semua aturan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT dalam Al Quran.
Bagi seorang Muslim tentu contoh di atas sangat dianjurkan untuk dilakukan agar bisa memiliki jiwa sebagai seorang umat Islam yang baik.
BACA JUGA: Pengertian Qada & Qadar dan Hikmah Mengimaninya Dalam Islam
Kaidah ittiba
Setelah membahas tentang pengertian ittiba’ dan contohnya, ada beberapa kaidah atau hukum yang pasti dalam menjalankan ittiba. Menurut Habib Ali Al- Jufri dalam bukunya Terapi Ruhani untuk Semua, iaidah ini dibagi dalam beberapa tingkatan seperti berikut ini:
- Ittiba dimulai dengan meninggalkan semua larangan Allah SWT dan mengerjakan semua perintah-Nya.
- Selalu menjaha hal-hal sunnah dan meninggalkan hal-hal yang makruh hukumnya.
- Menerapkan adab dan niat mengikuti sunnah Rasulullah dalam hal-hal mubah.
Berdasarkan beberapa kaidah di atas, maka seorang Muslim wajib mencari tahu tentang hukum syar’I dan memastikannya terlebih dahulu sebelum menerapkannya. Dalam situasi ini, maka seorang Muslim akan disebut sebagai muttabi.
Muttabi sendiri cukup berbeda dengan mutjahid. Mereka tidak pernu memenuhi syarat tertentu untuk melaksanakan ittiba. Namun, ketika sebuah masalah tentang kehidupan dan agama tidak bisa diselesaikan maka seorang muttabi wajib bertanya kepada mutjahid sebagai orang yang lebih paham dengan ajaran Islam.
Kaidah ittiba ini sendiri bisa meliputi berbagai macam aspek kehidupan baik dari ibadah, muamalah, segi politik, ekonomi, sosial, dan sebagainya. Hal sendiri juga sudah dijelaskan dalam Al Quran.
Hal ini juga ada dalam Al Quran surat Yasin ayat 20-21 yang berbunyi seperti berikut ini.
“Ikutilah olehmu para Rasul itu, ikutilah orang yang tidak minta balasan darimu; dan mereka adalah orang-orang yang dapat petunjuk”.
BACA JUGA: 5 Rukun Khutbah Jumat yang Sah Sesuai Syariat & Sunnah Nabi
Tujuan ittiba
Ittiba merupakan salah satu hal yang utama bagi seorang Muslim, jadi tidak heran bila ini menjadi sesuatu yang wajib hukumnya untuk dilakukan.
Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Al Quran surat Al-Hasyr ayat 7 yang memiliki arti sebagai berikut ini:
“Dan apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah”.
Dari surat tersebut, kita bisa mengetahui bahwa ittiba memiliki tujuan yang sangat baik bagi umat Islam. Setidaknya ada 8 tujuan melakukan ittiba.
- Mendapatkan hidayah selama di dunia
- Memperoleh keberuntungan hidup
- Teguh di atas Kebenaran
- Niscahya mendapatkan perlindungan dan pertolongan dari Allah SWT
- Mendapatkan keluarga yang sama-sama mengikuti di jalan ittiba
- Terhindar dari perasaan ragu, takut, sedih dan kecewa
- Memperoleh pintu taubah dan ampunan dari Allah SWT
Ittiba yang dilarang
Melakukan ittiba bisa berawal dari banyak niat. Niat ini harus dilakukan murni untuk mencapai kebaikan dan mendapatkan ridho Allah SWT.
Namun, ada beberapa orang yang melakukan ittiba tetapi dengan niatan yang tidak baik. Hal ini membuat ittiba menjadi dilarang dan bisa menimbulkan dosa. Berikut ini beberapa ittiba yang dilarang oleh Allah SWT:
- Ittiba kepada hawa nafsu
- Ittiba kepada iblis
- Ittiba kepada prasangka
- Ittiba kepada jalan orang yang berbuat kerusakan
- Ittiba kepada raja yang zalim
- Ittiba kepada para kafir
Bila seseorang melakukan ittiba kepada hal-hal di atas maka sudah dipastikan niatan dalam melaksanakan ittiba tidak sesuai dengan ketentuan dari Allah SWT.
Perbuatan ittaba selain kepada Allah SWT dan Rasulullah hanya akan membawa seorang manusia kepada jalan kegelapan. Hal ini juga akan memunculkan amarah dan azab dari Allah di akhirat kelak.
Demikian penjelasan tentang ittiba. Berdasarkan ulasan di atas Sedulur tentu bisa mengetahui bahwa ittiba adalah hal yang wajib dan bisa memberikan ketentraman selama hidup.
Ittiba rumaysho juga penting untuk membuat kehidupan kita semakin baik dan terarah. Semoga penjelasan di atas bisa memberikan manfaat dan kebaikan untuk Sedulur semua.