vaksin astrazeneca

Kembali naiknya angka kasus COVID-19 di Indonesia yang disebabkan oleh varian Omicron membuat pemerintah bergegas mengambil tindakan pencegahan agar tidak terjadi gelombang selanjutnya. Salah satunya adalah dengan menyutikan booster atau vaksin dosis ketiga bagi setiap warga. Salah satun vaksin yang bisa dijadikan booster adalah vaksin AstraZeneca.

Vaksin diberikan ke masyarakat agar penyebaran virus ini bisa terkendali sekaligus untuk menekan risiko kematian. Pemerintah Indonesia sendiri menggunakan beberapa varian vaksin dan hingga saat ini masih mengusahakan untuk bisa memberikan dosis ketiga secara merata dan memanfaatkan Astra Zeneca.

Penasaran dengan informasi lebih detail tentang vaksin AstraZeneca? Berikut seluk-beluk tentang vaksin yang dikembangkan oleh salah satu perusahan biofarmasi asal Inggris yang bekerja sama dengan peneliti yang berasal dari Universitas Oxford.

BACA JUGA: Sertifikat Vaksin Tidak Muncul di Pedulilindungi, Ini Cara dari Kemenkes

-->
astrazeneca vaksin
cnbcindonesia

Vaksin ini biasa dikenal dengan nama vaksin Oxford dan dikembangkan oleh perusahaan biofarmasi asal Inggris. Perusahaan ini bekerja sama dengan peneliti dari Universitas Oxford.

Vaksin ini dianggap sebagai penyempurna vaksin lainnya seperti Sinovac yang dibuat oleh Tiongkok. Jika Sinovac memanfaatkan virus Corona nonaktif sebagai pemicu antibodi, untuk AstraZeneca justru sebaliknya. Vaksin AstraZeneca memanfaatkan virus hasil modifikasi untuk membentuk antibodi.

Penggunaanya juga harus sesuai dengan prosedur yang sudah ditentikan. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menjelaskan jika AstraZeneca disuntikan ke dalam otot sebanyak dua kali dalam jangka waktu sekitar 8-12 minggu.

Setelah berhasil dikembangkan, vaksin ini mulai diproduksi secara massal. Ada beberapa negara yang mendapatkan layanan vaksin ini. Salah satunya adalah Indonesia. Di Indonesia, vaksin ini mulai disuntikan ke masyarakat yang berusia 18 tahun ke atas.

Sebelum disuntikan, Badan Pengawas Obat dan Makanan atau BPOM telah mengeluarkan izin penggunaan darurat sejak 22 Februari 2021. Kemudian, disusul oleh  Majelis Ulama Indoneia (MUI) yang mengeluarkan Fatwa Nomor 14 Tahun  2021 yang isinya adalah mengizinkan secara darurat penggunaan vaksin AstraZeneca.

Dikutip dari laman Kompas.com, vaksin AstraZeneca telah didaftarkan ke BPOM melalui dua jalur. Jalur pertama bilateral oleh PT Astra Zeneca Indonesia dan jalur multilateral. Jalur multilateral yaitu melalui mekanisme Covax Facility yang didaftarakan oleh PT Bio Farma.

Evaluasi keamanan. Menurut hasil uji klinis yang telah dilakukan, pemberian Astra Zeneca hanya berjumlah 2 dosis dengan interval waktu selama 4-12 minggu pada total 23.745 subjek yang dinyatakan aman dan bisa ditoleransi.

Efikasi vaksin. Umumnya, efikasi vaksin dengan 2 dosis standar yang mulai dihitung sejak 15 hari pemberian dosis kedua. Hingga proses pemantauan sekitar 2 bulan, bisa menunjukan efikasi sebesar 62.10%.

Aspek mutu. Badan POM juga melakukan evaluasi secara menyeluruh dari dokumen mutu yang selanjutnya disampaikan dengan hasil bahwa vaksin asal vaksin AstraZeneca yakni Inggris sudah memenuhi syarat.

2. Siapa yang berhak mendapat vaksin AstraZeneca?

perbedaan vaksin sinovac dan astrazeneca
detik

Pada awalnya, pihak yang bisa mendapatkan suntikan vaksin ini adalah daerah Eropa, khususnya Inggris dan negara besar lainnya. Lambat laun, vaksin ini mulai disebarluaskan di Asia seperti India, Malaysia, Filipina, Taiwan, Korea Selatan, Vietnam, dan Indonesia.

Di Indonesia sendiri, pendistribusian vaksin ini sempat mengalami penyetopan. Pasalnya, CTMAV547 masih dipakai untuk pengujian toksisitas dan sterilitas oleh BPOM untuk mengetahui efek samping yang ditimbulkan oleh vaksin tersebut.

Meski demikian, vaksin AstraZeneca terbukti efektik mampu mengurangi gejala penderita COVID-16. Hal ini dibuktikan setelah puluhan negara di Asia sudah menggunakannya secara massal. Tidak hanya itu, di Indonesia belum ada data yang menyangkut Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (KIPI) yang dilaporkan oleh Komisi Nasional (Komnas KIPI).

Setelah mengetahui penjelasan mengenai perbedaan vaksin Sinovac dan AstraZeneca, informasi penting selanjutnya yang wajib dibahas adalah efikasi. Pasalnya, setiap jenis vaksin memiliki efikasinya masing-masing meski sama-sama berformat vaksin

BACA JUGA: Download Sertifikat Vaksin di Aplikasi PeduliLindungi? Begini Cara Lengkapnya

3. Efikasi vaksin AstraZeneca

efikasi
bisnis

Setiap jenis vaksin memiliki tingkat efektivitasnya masing-masing. Efektivitas dalam hal ini adalah kemanjuran dalam mengurangi maupun meredakan gejala COVID-19. Badan Kesehatan Dunia atay WHO menyebut bahwa efikasi terbaik vaksin asal Inggris tersebut mencapai 63.09% yang efeknya mulai terasa setelah memasuki dosis kedua setelah interval 12 minggu dari dosis pertama.

Diketahui pula jika Astra Zeneca terbukti bisa mengurangi gejala COVID-19 yang biasanya sering muncul pada orang yang terinfeksi. Di Indonesia, vaksin ini mulai disuntukkan pada masyarakat umum yang berusia 18 tahun ke atas. Setelah hampir semua orang yang bisa divaksin mendapatkan dua dosis, saat ini Astra Zeneca diharapkan bisa dijadikan booster sebagai penguat dan bisa tahan dari serangan varian Omicron.

4. Efek samping Efek samping

republika

Meski terkenal karena efikasinyaa yang cukup tinggi, pada nyatanya vaksin ini tetap memiliki  efek samping bagi sebagian besar orang yang mendapatkan suntikan pada dosis pertama dan kedua. Biasanya, banyak orang yang mengalami gejala mulai dari demam, pilek, hingga batuk beberapa saat setelah mendapatkan suntukan vaksin. Fenomena ini dinamakan Kejadian Pasca Imunisasi atau KIPI.

Efek samping yang ditimbulkan ini bisa berlangsung selama 2-3 hari. Di kasus lain, ada pula yang tidak lagi merasakan KIPI setelah jeda 1-2 setelah disuntik. Kejadian ini adalah hal yang wajar dan kondisi perlahan bisa membaiks eiring berjalannya waktu lama.

Untuk mereka yang memiliki riwayat penyakit kronis, pasti akan merasakan efek yang kurang menyenangkan.  Ada beberapa kondisi seperti mengalami alergi terhadap vaksin atau komponen vaksin. Ada juga riwayat alergi berat seperti anafilaksis sebagai akibat dari pemberian dosis pertama pemberian vaksin asal Inggris ini.

KIPI atau Kejadian Pasca Imunisasi  adalah hal yang sangat umum terjadi di atas (10%). Biasanya, ada yang bersifat ringan seperti merasakan pusing, mengalami mual, mengalami nyeri otot, mengalami nyeri sendi, hingga nyeri di tempat suntikan.  Tidak hanya masalah dengan reaksi ini. Seseorang yang baru saja mendapat suntikan vaksin khusus Astra Zeneca akan merasakann kelelahan, malaisme, dan demam tinggi.

Saat mengalami gejala seperti keluhan di atas dan terus berlanjut selama beberapa hari, maka peserta vaksinasi disarankan untuk segera menghubungi petugas kesehatan. Sedulur juga bisa datang langsung ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk segera ditangani. Hal ini perlu dilakukan supaya masalah yang dirasakan bisa ditangani dengan baik dan tidak terlambat sehingga kondisimu bisa membaik serta kembali sehat seperti sedia kala.

Demikian ulasan singkat dan lengkap mengenai vaksin AstraZeneca. Mulai dari asal pengembang dan peneliti yang berkontribusi, efikasi, hingga dampak yang ditimbulkan setelah mendapatkan suntikan vaksin ini.

Untuk mendukung pemerintah supaya warga Indonesia bisa lebih kebal dengan COVID-19, kamu bisa mendapat suntikan vaksin apa saja yang sudah disesuaikan dengan dosis 1 dan 2 sebelumnya. Jangan lupa untuk terus mempertahankan dan mempraktikkan protokol kesehatan di mana pun kamu berada. Tetap jaga kesehatan dan hindari kerumunan sebisa mungkin ya, Sedulur.