Literasi digital adalah terma yang sering banget digaungkan beberapa tahun belakangan. Banyak yang menganggapnya sesederhana tahu bagaimana cara mengoperasikan gawai, padahal sebenarnya lebih kompleks dari itu. 

Apa sih makna, contoh perilaku, dan tantangan yang menyelimutinya? Ini ulasan lengkap tentang apa itu literasi digital. Langsung gulir untuk baca lebih lanjut. 

BACA JUGA: Peluang Bisnis Top Up Game Modal Kecil, Kerja dari Rumah!

1. Apa yang dimaksud dengan literasi digital?

literasi digital
unsplash

Melansir Western Sydney University, pengertian literasi digital berarti memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk tinggal, belajar, dan bekerja di tatanan masyarakat yang menggunakan teknologi digital dalam proses komunikasi dan akses informasinya. Teknologi digital yang dimaksud adalah platform-platform internet, media sosial, dan gawai. 

-->

2. Jenis literasi digital 

unsplash

Untuk menguasainya dibutuhkan tiga keterampilan penting, yaitu. 

  • Kemampuan berpikir kritis, yaitu kemampuan untuk memilah dan menyaring informasi yang melimpah dan tak terbatas di jagat maya. Seseorang diharapkan mampu mencari sumber yang terpercaya dan mengevaluasi, mengaplikasikan, serta memproduksi informasi baru. Tidak hanya sekadar tahu dan percaya apa pun yang terpampang di internet, tetapi juga mampu menyaring mana yang benar dan hanya omong kosong belaka. 
  • Komunikasi adalah keterampilan kunci dalam literasi digital. Komunikasi di ranah virtual berbeda dengan komunikasi di dunia nyata. Kamu diharapkan juga bisa mengekspresikan maksud dengan baik, menanyakan hal yang relevan, serta tetap menghargai kaidah-kaidah atau tata krama. 
  • Keterampilan praktikal berkaitan erat dengan kemampuan untuk mengakses dan memproduksi informasi yang etis. Keterampilan ini termasuk mengoperasikan media sosial, aplikasi, serta memanfaatkan fitur-fitur yang disediakan, atau bahkan lebih jauh menciptakannya. 

3. Contoh literasi digital

literasi digital
unsplash

Contoh paling mudah dari literasi digital antara lain. 

  • Tahu bagaimana melakukan riset secara independen dan akurat. Penting untuk mampu membedakan mana kenyataan dan mana yang hanya bersifat hoaks. Mampu menyaring sumber yang terpercaya dan yang masih bisa dipertanyakan. Intinya seseorang harus mampu berpikir kritis ketika menerima informasi dengan melakukan kroscek terlebih dahulu, tidak serta merta mempercayainya. 
  • Meski berada di balik layar ponsel atau komputer, seseorang tetap harus memiliki etika. Paling dasar adalah etika mengirim pesan singkat dan surat elektronik yang juga harus dimulai dengan kalimat pengantar yang sopan dan jelas. 
  • Mampu mengoperasikan aplikasi-aplikasi esensial dan memanfaatkan fitur-fiturnya untuk kebutuhan sehari-hari. Ini juga diiringi dengan kemauan untuk belajar hal-hal baru, termasuk platform dan gawai baru. 
  • Tetap bisa berkolaborasi meskipun terpisah jarak. Literasi digital memang menciptakan ekosistem yang terkesan individual, tetapi sebenarnya ini adalah celah untuk merengkuh lebih banyak kolaborator dan mitra kerja. 

BACA JUGA: Segini Gaji Pilot di Maskapai Indonesia dan Luar Negeri, Tertarik?

4. Dampak digitalisasi dalam kehidupan 

literasi digital
unsplash

Teknologi digital membuat perubahan dalam banyak hal dan kita harus mampu beradaptasi dengannya. Terutama dalam ranah profesional ada beberapa hal yang terjadi. Apa saja itu? 

  • Fokusnya lebih jangka pendek karena informasi dan tren selalu berubah.
  • Banyak perusahaan atau rekruter yang fokus pada hasil dan kurang menghargai proses.
  • Lokasi kerja bisa dari mana saja, tetapi kadang menjadikan batas antara kepentingan pribadi dan profesional menjadi samar.
  • Mendorong orang untuk lebih self-driven dan independen. Pekerja di era digital diharapkan tahu cara manajemen waktunya sendiri serta punya inisiatif yang bagus, serta aktif mencari tahu dan memperjuangkan haknya. 
  • Kebanyakan pekerjaan menjadi project-based, yaitu pekerjaan-pekerjaan inisiatif jangka pendek atau menengah yang timnya juga bisa berubah-ubah atau fleksibel. Ini kemudian mendorong kemunculan gig economy, yaitu pekerjaan yang bersifat jangka pendek dan tidak mengikat. 
  • Automasi dalam bidang data dan kalkulasi yang bisa mengurangi tingkat penyerapan tenaga kerja.
  • Keterampilan teknikal seperti coding menjadi sesuatu yang makin awam dikuasai orang, tetapi permintaannya tinggi. Bahkan di masa depan, semua orang mungkin dianggap sudah bisa melakukannya selancar kita mengoperasikan aplikasi pengolah kata. 

Di sinilah tujuan literasi digital hendaknya dikuasai generasi muda sedini mungkin. Guna menghadapi perubahan yang terus berproses dan teknologi yang terus berkembang. 

5. Pentingnya literasi digital 

unsplash

Materi literasi digital penting diajarkan sejak dini karena anak-anak sekarang lahir dengan gawai yang sudah ada di sekitar mereka sejak lahir. Dengan keterampilan ini, anak akan lebih mudah menjalani hidupnya dan mengikuti pembelajaran di sekolah. Tentunya tetap dengan pengawasan dan bantuan dari orangtua sebagai sosok dewasa yang lebih berpengalaman dan mengerti. Gawai boleh dikenalkan sejak dini, tetapi penggunaannya untuk anak-anak tetap perlu diberi batasan-batasan tertentu, seperti situs apa saja yang bisa mereka akses serta durasi screen time yang wajar. 

Literasi digital juga penting dimiliki kalangan profesional. Dengan begitu kita bisa mengikuti perkembangan zaman dan permintaan pasar dengan baik. Apalagi di masa pandemi seperti ini, jarak jadi hal biasa dan teknologi berperan penting dalam membantu alur produksi barang maupun jasa. 

BACA JUGA: 4 Standar Kompetensi Guru Di Era Digital yang Harus Dimiliki

6. Literasi digital Indonesia

unsplash

Ini penting dimiliki Indonesia yang memiliki demografi padat. Akan lebih baik bila jumlah penduduk yang banyak juga punya kualitas yang tinggi pula. Dengan begitu mereka bisa mengisi pos-pos strategis dalam peradaban dunia. Hal ini sudah mulai dilakukan India yang mengirim banyak ahlinya di berbagai negara terutama di bidang industri teknologi. 

Indonesia di sisi lain masih berada di level rata-rata atau cukup seperti penelitian yang dirilis Katadata. Kita masih berjuang melawan hoaks dan informasi salah yang tersebar di internet. Belum lagi etika berkomunikasi di dunia maya yang juga masih rendah. 

Memang seperti yang sudah disinggung sebelumnya, seharusnya sebelum internet masuk warga idealnya sudah memiliki bekal kemampuan berpikir kritis. Hal ini sayangnya terlewat dan belum banyak diaplikasikan di sekolah. 

Cara melatih berpikir kritis bisa dilakukan dengan cara berikut. 

  • Baca lebih banyak sumber terpercaya, disarankan buku dan jurnal karena sudah melalui proses editorial yang ketat.
  • Belajar meragukan asumsi yang tidak berdasar, sehingga kamu terpicu untuk mencari bukti ilmiahnya.
  • Jawab sesuatu dengan logika, bukan hanya perasaan dan intuisi.
  • Cari tahu hal-hal yang di luar zona nyaman atau apa yang sudah kamu tahu.

Apa itu literasi digital dan contohnya sudah dijelaskan. Semoga bisa membuka wawasan Sedulur semua.