Kamu sadar nggak sih kalau sekarang banyak perusahaan yang sudah merekrut talents-nya tanpa memandang latar belakang umur? Tren recruitment di dunia kerja saat ini sudah perlahan bergeser. Para Gen Z mulai mendominasi industri kerja dengan ide-ide cemerlang dan segar khas anak muda. Usia senior Gen X juga masih dipertimbangkan untuk berada di perusahaan karena pengalaman kerja bertahun-tahun yang mereka miliki.

Anggapan soal umur yang terlalu muda berarti tidak punya bekal profesional yang cukup, atau umur yang terlalu tua tidak cocok lagi untuk berada di industri kerja itu sudah nggak relevan banget, lho!

Nah, sebagai leading commerce terbesar di Indonesia, Aplikasi Super juga menyadari betapa pentingnya keberagaman usia untuk memberikan yang terbaik bagi konsumen. Melalui salah satu Super Culture, ‘Tumbuh dan Menang Bersama’, Aplikasi Super memotivasi para talents-nya untuk terus berkarya dan mendukung satu sama lain tanpa memandang perbedaan usia.

Beda generasi bukan berarti nggak bisa berkolaborasi

Seperti yang diungkapkan oleh Jodik Soesanto, Haris Ghorib Lahji, dan Jessie Jassmine Azzahra, perbedaan usia bukanlah suatu alasan buat nggak bisa berkolaborasi antara satu sama lain. Walaupun ketiganya berasal dari generasi yang berbeda-beda, tetapi Jodik, Haris, dan Jessie tetap mampu untuk ‘Delivering Super Result’ dalam pekerjaan sehari-hari di Aplikasi Super.

Yuk, intip kayak gimana serunya berkarier di lingkungan kerja lintas generasi menurut Jodik, Haris, dan Jessie!

Jodik Soesanto: Menjadi team leader dengan pendekatan dari hati

Sebagai seorang Gen X, Jodik Soesanto sadar betul kalau sikap leadership yang baik bakal membawa banyak manfaat bagi orang-orang sekitar. Jodik harus siap untuk memimpin tim dan berinteraksi dengan individu dari berbagai latar belakang usia karena perannya sebagai Area Sales Manager di Aplikasi Super.

Tuntutan pekerjaan yang mengharuskan Jodik berada di lapangan juga membuat dirinya bertemu banyak orang baru. Menurutnya, memahami setiap kepribadian individu yang ditemui menjadi salah satu kunci  untuk bertahan di dunia kerja. Hal itu juga bisa diterapkan ke dalam lingkungan kantor yang terdiri dari kawan-kawan lintas generasi.

Kira-kira, gimana ya tanggapan Jodik terkait fenomena lingkungan kerja yang diisi banyak talents dari usia beragam? Apa komentar Jodik tentang keberadaan Gen X di industri kerja era sekarang?

1. Banyak anggapan di luaran sana jika Gen X lebih cocok berkarier di bidang atau industri yang lebih settled. Tapi kenapa justru memutuskan untuk bergabung ke Aplikasi Super?

Berbicara mengenai kenapa saya bergabung ke Aplikasi Super yang notabene adalah startup  social commerce dan tidak memilih buat berkarier di perusahaan konvensional, ya. Sebenarnya kalau saya lihat, perusahaan konvensional tetap ada perubahan bertahap, cuman nggak secepat perkembangan di perusahaan social commerce seperti Aplikasi Super.

Justru dari situ, saya ingin membuka diri terhadap setiap perubahan yang terjadi. Saya nggak mau ketinggalan perkembangan zaman, makanya saya bergabung ke Aplikasi Super.

2. Seberapa penting Generasi X memiliki kemauan untuk terus beradaptasi dengan perubahan dalam dunia kerja?

Menurut saya sebagai seorang Gen X, beradaptasi terhadap setiap perubahan itu perlu sekali. Kita nggak bisa kaku dalam menghadapi perkembangan zaman sekarang. Gen X mungkin memang menang dari segi pengalaman, tetapi kan sekarang media kita berbeda dengan 10 tahun yang lalu, kita sekarang lebih sering menggunakan teknologi.

Untuk itu, saya dan Gen X lainnya harus bisa lebih menerima generasi-generasi yang lebih muda ini yang jauh lebih pandai dalam mengolah berbagai teknologi. Pengalaman kita mungkin memang masih berguna untuk diterapkan sekarang, tetapi akan lebih baik kalau diimbangi dengan teori dan keilmuan yang dipunyai generasi sekarang.

3. Sebagai seorang Gen X sekaligus Area Sales Manager, apa ada strategi khusus dalam memimpin dan juga memotivasi anggota tim yang notabene lebih muda?

Sebagai seorang Area Sales Manager, saya selalu memimpin tim menggunakan hati. Saya harus menggali setiap kebutuhan dan keinginan anggota tim. Dari situ, saya bisa men-develop mereka berdasarkan apa tujuan mereka untuk meraih hasil kerja yang terbaik.

Maklumlah, generasi muda ini kan sedang bersemangat-semangatnya. Mungkin mereka hanya butuh untuk diarahkan saja, mereka tidak bisa dikekang. Generasi muda hanya perlu role model, biarkan mereka berkreasi di lapangan. Kita yang lebih senior cukup memantau, mengarahkan, dan meluruskan mereka kalau seandainya terjadi kesalahan.

Kalau kita menggurui mereka, justru para generasi muda ini malah akan berpikir kalau Gen X adalah generasi yang kaku dan ketinggalan zaman dari mereka. Cukup diarahkan saja dengan metode pendekatan yang paling tepat.

4. Setelah satu tahun lebih bersama Aplikasi Super, hal-hal apa saja yang bisa dipelajari dari bekerja dengan teman-teman Millennials dan Gen Z?

Selama bekerja bersama teman-teman Millenials dan Gen Z, banyak sekali pelajaran yang saya dapat. Saya benar-benar ngerasa happy dan bersemangat. Banyak banget kemudahan yang saya peroleh. 

Mungkin di pengalaman kerja saya dulu, saya perlu melewati sistem birokrasi internal yang cukup ribet. Tetapi setelah bergabung dengan Aplikasi Super, setiap pekerjaan selalu ‘Sat Set, Nggak Ribet’ sesuai dengan kultur perusahaan kita. Enak banget bekerja dengan orang-orang yang lebih muda. Saya juga merasa menjadi lebih muda lagi bersama mereka.

Haris Ghorib Lahji: Mengembangkan sikap open-minded ketika berada di lingkungan kerja multigenerasi

Haris Ghorib Lahji mewakili sekian banyak kaum Millennials yang berada di Aplikasi Super. Dirinya sudah bergabung dengan Aplikasi Super sebagai Employer Branding & Culture Specialist sejak April tahun lalu.

Haris berperan besar dalam membangun identitas, citra, serta nilai positif Aplikasi Super bagi pihak internal dan eksternal. Pengalaman dan keahlian yang Haris miliki di bidang kreatif membuatnya mampu untuk mengkomunikasikan identitas dan citra perusahaan dari segi visual.

Berangkat dari pengalaman-pengalaman serupa sebelumnya di beberapa startup Jakarta, Haris mengaku sudah nggak kaget lagi dengan dinamika perkembangan perusahaan startup yang cepat. Begitu pula dengan kondisi lingkungan kerja multigenerasi seperti di Aplikasi Super. Haris pun sempat ngobrol sedikit terkait pengalamannya bekerja bersama teman-teman yang berbeda usia.

1. Millennials menjadi generasi yang ada di tengah-tengah Gen X dan Gen Z. Seperti apa sih rasanya bekerja sama dengan kedua generasi tersebut?

Rasanya bekerja di tengah-tengah Gen X dan Gen Z ini sangat seru sih, pastinya. Sebagai seorang Millennial, aku bisa menerapkan dan mengajarkan ilmu-ilmu yang aku punya ke generasi di bawahku, sekaligus belajar dari Gen X. Posisi yang di tengah ini juga membuat aku bersikap lebih open-minded, terbuka dengan segala masukan dan mengeksplorasi diri di kantor.

Sehingga dengan berkolaborasi bareng teman-teman di kantor dari berbagai usia, menurutku tetap bisa mencapai hasil kerja yang impactful, kok.

2. Selama berkarya di Aplikasi Super hal-hal apa yang bisa dipelajari dari bekerja dengan teman-teman Gen X dan Gen Z?

Banyak pastinya. Pelajaran pertama itu ya saling menghormati antara employees dan terus berkolaborasi dengan function-function yang lain. Selama aku berada di Aplikasi Super, banyak juga pengalaman menarik yang bisa aku dapetin. Menurutku sebagai leading social commerce untuk Indonesia bagian Timur,  Aplikasi Super memiliki kesempatan yang besar untuk menjadi top startup di Indonesia.

Jessie Jassmine Azzahra: Siap membawa perubahan yang bermanfaat bagi perusahaan

Kamu yang sudah akrab dengan akun Instagram Aplikasi Super pasti nggak asing dengan karakter Bu Sumi. Bu Sumi memang sering banget menghiasi berbagai konten dan media promosional Aplikasi Super. Ia adalah karakter yang diperankan Jessie Jassmine Azzahra, Content Officer di Aplikasi Super.

Sebagai seorang Content Officer, Jessie mestinya bukan seorang awam di dunia internet. Mengikuti berbagai tren yang sedang nge-hype di media sosial seperti Instagram dan TikTok merupakan salah satu kerjaan Jessie.

Berbicara mengenai perbedaan usia yang ada di kantor, Jessie sendiri termasuk yang paling muda. Dirinya dituntut untuk mampu bekerja sama dengan senior-senior sekaligus memahami berbagai arahan dari mereka. 

Di sela-sela kesibukan Jessie mengelola Instagram dan TikTok Aplikasi Super, ia sempat sedikit curhat tentang fenomena age gap yang ada di Aplikasi Super.

1. Sebagai seorang Gen Z, pernah nggak merasa minder dengan senior-senior di kantor?

Oh, jelas pasti sih itu. Ketemu dengan mereka yang punya pengalaman kerja lebih banyak bikin aku secara nggak langsung agak minder. Buat cara mengatasinya sebenarnya simple, cukup membaur aja sama senior-senior di kantor. Yang penting mengetahui batasan-batasannya aja.

2. Kira-kira perubahan apa yang bisa diharapkan dari Gen Z sebagai seorang profesional di industri kerja?

Karena aku dan teman-teman Gen Z lainnya itu merupakan generasi yang lebih aware dengan tren-tren baru di internet, kita punya potensi besar untuk menciptakan tren lainnya sekaligus mengembangkan tren yang ada. Dari situ, ide-ide baru dan segar pastinya bakal muncul, kemudian bisa membawa manfaat untuk perusahaan dalam jangka panjang.

3. Hal apa saja yang bisa dipelajari dari bekerja bersama dengan senior-senior di Aplikasi Super?

To be honest, senior-senior di Aplikasi Super tuh semuanya pada humble. Aku nggak merasa ada perbedaan umur sama sekali ketika sama senior-senior di kantor. Mereka nggak pernah memaksa aku sebagai juniornya untuk harus A, harus B, atau harus C. Mereka tetap nganggep aku sebagai teman. Jadi, aku bisa lebih leluasa belajar ilmu-ilmu baru dari seniorku, sekaligus mereka bisa memahami karakter aku  sebagai Gen Z.

Kendala dan tantangan selama berada di lingkungan kerja multigenerasi

Selain bercerita tentang pengalaman mereka selama berkolaborasi bareng kawan-kawan dari berbagai macam latar belakang umur, Jodik, Haris, dan Jessie juga berbagi mengenai kendala serta tantangan masing-masing dari situasi kerja tersebut.

Jodik dan Jessie merasa tak terlalu memiliki kendala jika satu tim dengan rekan-rekan berbeda generasi. Justru Haris yang sedikit menemui problem terkait keadaan tersebut. Menurut Haris, perbedaan karakter dari tiap-tiap generasi yang mencolok bisa menghambat proses kerja, terutama ketika dirinya dihadapkan dengan Gen Z. 

Beberapa dari mereka ada yang agak sensitif dalam urusan kerja, merasa lebih up to date ketimbang senior-seniornya. Kedua hal itu yang biasanya menghambat kerja kita,” jelasnya.

Walaupun begitu Haris juga menegaskan kalau perbedaan karakter tersebut nggak bisa digeneralisir ke semua Gen Z. Banyak juga anak muda Gen Z yang memang lebih pintar dan mampu memberikan banyak ide baru yang fresh dan brilian.

Jodik dan Jessie memang tidak keberatan jika harus bekerja sama dengan anggota tim yang memiliki perbedaan umur, tapi bukan berarti proses kolaborasi lintas generasi itu tidak menemui tantangan di dalamnya. Memposisikan diri untuk memahami perbedaan sudut pandang setiap orang terkadang membuat pekerjaan lebih menantang.

Terutama dari Jodik yang seorang Gen X. Menurutnya, Gen X terbiasa mementingkan praktik langsung ketimbang teori. Perbedaan sudut pandang itulah yang terkadang jadi batu ganjalan di tengah jalan.

Saya kan berasal dari generasi yang konvensional, pengalaman kerja memang banyak tapi semua itu berdasarkan praktik langsung. Generasi di bawah saya lebih banyak mendapatkan teori ketimbang pengalaman praktik langsungnya. Jadi, lebih ke bagaimana menggabungkan pengalaman generasi saya ke teori yang generasi muda punya,” pungkas Jodik.

Tips berkarier di lingkungan kerja lintas generasi agar selalu menghasilkan output kerja yang maksimal dan impactful

1. Down to earth

Tips pertama biar bisa selalu menghasilkan output kerja yang maksimal dan impactful di kantor dengan teman-teman usia beragam adalah jangan pernah memaksakan keegoisan diri sendiri alias down to earth. Menurut Jodik, meski merasa memiliki pengetahuan atau kemampuan yang lebih, jangan sampai menampilkan keegoisan dan ingin terlihat paling hebat di antara yang lain.

Coba dibalik konsepnya, jadi kita yang memahami rekan-rekan kerja dengan memasukkan pengalaman yang kita dapat dulu. Kalau gitu kan kita bisa dapat ide-ide baru dan segar dari mereka yang lebih muda, plus bisa dipoles sedikit berdasarkan pengalaman kerja kita,” jelas Jodik.

Selain bersikap down to earth, Jodik juga menuturkan agar selalu mengikuti alur kerja yang ada dan memahami karakter masing-masing individu.

2. Berorientasi pada kolaborasi, kreasi, dan inovasi

Bekerja bersama rekan kerja dari lintas generasi bukan tak mungkin menimbulkan beda pendapat. Namun, hal tersebut seharusnya bukan menjadi kendala jika kita semua bisa berorientasi pada kolaborasi, kreasi, dan inovasi.

Hal ini sejalan yang diungkapkan oleh Haris, kolaborasi; kreasi; dan inovasi sangat penting diterapkan untuk bekerja di dalam lingkungan lintas generasi karena dipercaya akan berimbas pada hasil kerja yang maksimal.

Kalau tujuan utama kita kerja buat berkolaborasi, berkreasi, dan berinovasi, secara nggak langsung nanti hasilnya akan maksimal dan impactful,” ujar Haris.

3. Siap menerima perbedaan

Tips terakhir menurut Jessie adalah siap menerima segala perbedaan. Ketika bekerja, pasti kita bakal bertemu dengan banyak orang. Nah, dalam proses kolaborasi tersebut, pasti akan ada banyak perbedaan, mulai dari mindset sampai cara bekerja.

Jadi mau nggak mau, kita harus siap akan semua perbedaan tersebut. Pun niatkan juga untuk selalu belajar hal-hal baru setiap kita bekerja.

‘Tumbuh dan Menang Bersama’ tanpa memandang usia ketika berkarya di Aplikasi Super

Itu tadi sekilas gambaran tentang gimana serunya berkarier di lingkungan kerja lintas generasi dari obrolan bersama Jodik Soesanto, Haris Ghorib Lahji, dan Jessie Jassmine Azzahra. Ketiganya ngewakilin masing-masing generasi yang ada di Aplikasi Super, mulai dari Gen X, Millennials, dan Gen Z.

Jodik, Haris, dan Jessie sepakat kalau bekerja bersama teman-teman dari berbagai usia memang memiliki tantangannya tersendiri. Untungnya sih, tantangan tersebut dapat diakali dengan beberapa sikap kerja, mulai dari tidak egois, berorientasi pada kolaborasi, sampai siap menerima berbagai perbedaan yang ada.

Pengalaman seru mereka bertiga ketika berkarya di lingkungan kerja lintas generasi juga nggak lepas dari peran Aplikasi Super. Lewat serangkaian Super Culture yang ada, Aplikasi Super selalu memotivasi talents-nya untuk terus ‘Tumbuh dan Menang Bersama’ terlepas dari latar belakang usia yang dimiliki. Setiap momen kerja di Aplikasi Super akan selalu efektif dan produktif. Jadinya, masing-masing individu bakal konsisten untuk ‘Delivering Super Result’.

Terinspirasi dengan cerita Jodik, Haris, dan Jessie? Cari tahu peran apa yang cocok buat kamu di Aplikasi Super melalui tautan ini!