Banyak cara memperingati Hari Pahlawan yang biasa jatuh setiap tahunnya pada 10 November, salah satunya dengan merenungi puisi Hari Pahlawan. Puisi-puisi dengan tema pahlawan tersebut biasanya banyak yang mencerminkan perjuangan, penderitaan, serta kesedihan rakyat yang ditindas oleh para penjajah.
Dahulu, ratusan tahun sudah kita berada di bawah ketidakadilan tersebut. Beribu-ribu nyawa yang hilang begitu saja karena kebengisan dan keegoisan bangsa penjajah. Penderitaan rakyat merupakan pemandangan yang lumrah di masa penjajahan tersebut.
Maka dari itu, para pahlawan bangsa tergerak hatinya untuk melakukan berbagai perubahan dan menggapai cita-cita nasional dengan melawan para penjajah. Berkat jasa dan usaha para pahlawan, akhirnya kita bisa memutuskan mata rantai penderitaan dan berdiri sebagai bangsa yang merdeka sampai sekarang.
Lalu, kira-kira apa saja puisi Hari Pahlawan yang cocok untuk dibaca dan diresapi di momen bersejarah ini? Yuk, simak 8 contoh puisi Hari Pahlawan 2022 yang penuh makna perjuangan di bawah ini! Puisi-puisi berikut merupakan beberapa karya dari sastrawan kenamaan Indonesia yaitu Chairil Anwar, W. S. Rendra, Mustofa Bisri (Gus Mus), Taufik Ismail, dan juga Agung Dwi Prasetyo.
BACA JUGA: Pahami Dulu Arti Kata Vibes yang Dalam Bahasa Gaul!
1. “Dongeng Pahlawan” karya W. S. Rendra
Pahlawan telah berperang dengan panji-panji
berkuda terbang dan menangkan putri
Pahlawan kita adalah lembu jantan
melindungi padang dan kaum perempuan
Pahlawan melangkah dengan baju-baju sutra.
Malam tiba, angin tiba, ia pun tiba pula
Adikku lanang, senyumlah bila bangun pagi-pagi
karna pahlawan telah berkunjung di tiap hati
2. Puisi Hari Pahlawan “Maju Tak Gentar” karya Mustofa Bisri (Gus Mus)
Maju tak gentar
Membela yang mungkar
Maju tak gentar
Hak orang diserang
Maju tak gentar
Pasti kita menang!
BACA JUGA: 75 Tebak Tebakan Lucu, Seru dan Dijamin Bikin Ketawa
3. “Doa Seorang Serdadu Sebelum Perang” karya W. S. Rendra
Tuhanku,
WajahMu membayang di kota terbakar
Dan firmanMu terguris di atas ribuan
kuburan yang dangkal
Anak menangis kehilangan bapa
Tanah sepi kehilangan lelakinya
Bukannya benih yang disebar di bumi subur ini
Tapi bangkai dan wajah mati yang sia-sia
Apabila malam turun nanti
Sempurnalah sudah warna dosa dan mesiu kembali lagi bicara
Waktu itu Tuhanku,
Perkenankan aku membunuh
Perkenankan aku menusukkan sangkurku
Malam dan wajahku adalah satu warna
Dosa dan nafasku adalah satu udara
Tak ada lagi pilihan kecuali menyadari biarpun bersama penyesalan
Apa yang bisa diucapkan oleh bibirku yang terjajah?
Sementara kulihat kedua lenganMu
Yang capai mendekap bumi yang mengkhianatiMu
Tuhanku,
Erat-erat kugenggam senapanku
Perkenankan aku membunuh
Perkenankan aku menusukkan sangkurku
4. Puisi Hari Pahlawan “Benteng” karya Taufik Ismail
Sesudah siang panas yang meletihkan
Sehabis tembakan-tembakan yang tak bisa kita balas
Dan kita kembali ke kampus ini berlindung
Bersandar dan berbaring, ada yang merenung
Di lantai bungkus nasi bertebaran
Dari para dermawan tidak dikenal
Kulit duku dan pecahan kulit rambutan
Lewatlah di samping Kontingen Bandung
Ada yang berjaket Bogor, mereka dari mana-mana
Semuanya kumal, semuanya tak bicara
Tapi kita tidak akan terpatahkan
Oleh seribu senjata dari seribu tiran
Tak sempat lagi kita pikirkan
Keperluan-keperluan kecil seharian
Studi, kamar-tumpangan dan percintaan
Kita tak tahu apa yang akan terjadi sebentar malam
Kita mesti siap saban waktu, siap saban jam
BACA JUGA: 12 Manfaat Menulis untuk Kehidupan & Kesehatanmu
5. “Persetujuan dengan Bung Karno” karya Chairil Anwar
Ayo! Bung Karno kasih tangan, mari kita bikin janji
Aku sudah cukup lama dengar bicaramu,
Dipanggang atas apimu, digarami oleh lautmu
Dari mula tanggal 17 Agustus 1945
Aku melangkah ke depan berada rapat di sisimu
Aku sekarang api
Aku sekarang laut
Bung Karno! Kau dan aku satu zat satu urat
Di zatmu di zatku kapal-kapal kita berlayar
Di uratmu di uratku kapal-kapal kita berlayar
Di uratmu di uratku kapal-kapal kita bertolak dan berlabuh
Sudah dulu lagi terjadi begini
Jari tidak bakal teranjak dari petikan bedil
Jangan tanya mengapa jari cari tempat di sini
Aku tidak tahu tanggal serta alasan lagi
Dan jangan tanya siapa akan menyiapkan liang
Dan jangan tanya siapa akan menyiapkan liang penghabisan
Yang akan terima pusaka
Kedamaian antara reruntuhan menara
Sudah dulu lagi, sudah dulu lagi
Jari tidak bakal teranjak dari petikan bedil
6. Puisi Hari Pahlawan “Diponegoro” karya Chairil Anwar
Di masa pembangunan ini
Tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api
Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar, lawan banyaknya seratus kali
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati
Maju!
Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu
Sekali berarti
Sudah itu mati
BACA JUGA: Instagram Reels: Pengertian, Fitur, Manfaatnya & Tips Optimasi
7. “Aku” karya Chairil Anwar
Kalau sampai waktuku
Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau!
Tak perlu sedu sedan itu!
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari-lari
Hingga hilang pedih perih
Dan aku akan lebih tidak peduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
8. Puisi Hari Pahlawan “Perjuanganmu, Penyemangatku” karya Agung Dwi Prasetyo
Selalu teringat dalam benakku
Selalu terbayang dalam pikiranku
Teringat akan jasa jasamu
Yang selalu jadi pandu untuk pacu semangatku
Menjadikan bangsa ini tiada ragu untuk terus maju
Perjuanganmu telah berlalu
Kini saatnya para penggantimu
Untuk melanjutkan yang telah dicapai olehmu
Tapi selalu kuingat kata kata pesanmu untukku
Perjuanganmu lebih berat dari perjuanganku
Perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah
Namun perjuanganmu akan lebih sulit
Karena yang kau lawan adalah bangsamu
Akan selalu kuingat ucapan itu
Sebagai nasihat, penyemangat, untuk diriku
Tiada dapat kulupakan perjuanganmu
Doaku selalu mengiringimu
Nah Sedulur, di atas merupakan 8 contoh puisi hari pahlawan yang sarat akan makna perjuangan. Puisi-puisi di atas merupakan karya dari beberapa sastrawan terkenal Indonesia. Di antaranya adalah Chairil Anwar, W. S. Rendra, Mustofa Bisri (Gus Mus), Taufik Ismail, dan juga Agung Dwi Prasetyo.
Semoga informasi dalam artikel ini dapat bermanfaat bagi Sedulur dan menambah pengetahuan serta wawasan terkait kesusastraan negara kita, ya! Selamat Hari Pahlawan, Sedulur!
Mau belanja bulanan nggak pakai ribet? Aplikasi Super solusinya! Mulai dari sembako hingga kebutuhan rumah tangga tersedia lengkap. Selain harganya murah, Sedulur juga bisa merasakan kemudahan belanja lewat handphone. Nggak perlu keluar rumah, belanjaan pun langsung diantar.
Bagi Sedulur yang punya toko kelontong atau warung, bisa juga lho belanja grosir atau kulakan lewat Aplikasi Super. Harga dijamin lebih murah dan bikin untung makin melimpah.