Peringatan maulid nabi memang sudah menjadi tradisi bagi umat muslim sebegai bentuk kecintaan kepada Nabi Muhammad saw. Menurut catatan dari Sayyid al-Bakri, tokoh pertama yang mempelopori kegiatan perayaan maulid ini adalah al-Mudzhaffar Abu Sa’id yang merupakan seorang raja di daerah Baghdad. Meski terdapat perbedaan pendapat mengenai peryaan maulid nabi, akan tetapi dalil mengenai hal tersebut sudah dijelaskan dalam beberapa ayat Al-Quran.
Salah satu ayat Al-Quran yang dapat menjadi rujukan mengenai perayaan maulid nabi adalah surat Yunus ayat 58. Selain itu, beberapa ulama dari Madzhab Syaf’i juga berpendapat mengenai dalil perayaan hari kelahiran Nabi Muhammad ini. Berikut penjelasan tentang dalil Al-Qur’an dan hadist tentang perayaan maulid nabi yang perlu Sedulur pahamu.
BACA JUGA : Bacaan Sholawat Jibril, Amalan Doa Penarik Rezeki
Dalil Al-Qur’an
Berikut ayat-ayat Al-Quran yang dapat dijadikan dalil tentang perayaan maulid Nabi Muhammad saw.
1. QS Yunus ayat 58
Dalil maulid nabi yang pertama terdapat dalam Al-Qur’an surat Yunus ayat 58 yang berbunyi:
قُلْ بِفَضْلِ اللّٰهِ وَبِرَحْمَتِهٖ فَبِذٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوْاۗ
Artinya : “Katakanlah (Muhammad), dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira” (QS. Yunus : 58).
Ayat ini dengan jelas memerintahkan umat muslim untuk bergembira ketika datang karunia dan rahmat Allah. Bagi umat muslim karunia dan rahmat Allah Swt adalah kelahiran Nabi Muhammad ﷺ .
2. QS. Al-Anbiya 107
Dalil maulid nabi yang selanjutnya yaitu dijelaskan dalam Al-qur’an surat Al-Anbiya ayat 107 yang berbunyi:
وَمَآ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا رَحْمَةً لِّلْعٰلَمِيْنَ – ١٠٧
Artinya : “Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam” (QS. Al-Anbiya’ 107).
Ayat tersebut menjelaskan tentang Allah Swt telah mengutus Nabi Muhammad sebagai karunia dan rahmat bagi seluruh alam. Selain itu, tujuan Allah mengutus Nabi Muhammad membawa agama Islam bukan untuk membinasakan orang-orang kafir, akan tetapi untuk menciptakan perdamaian di muka bumi.
3. Surat Al-Ahzab ayat 56
اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
“Innallāha wa malā`ikatahụ yuṣallụna ‘alan-nabiyy, yā ayyuhallażīna āmanụ ṣallụ ‘alaihi wa sallimụ taslīmā”
Artinya: “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”
Tafsir dari ayat ini adalah menjelaskan tentang kedudukan dan derajat nabi Muhammad saw. Maksud dari Allah dan para Malaikat-Nya bershalawat adalah Allah memujinya di hadapan para malaikat-Nya dan malaikat muqarrabun yang paling tinggi kedudukannya, karena kecintaan Allah kepada Nabi Muhammad saw, dan para malaikat yang muqarrabun (dekat kepada Allah) pun memuji dan mendoakannya.
BACA JUGA : Doa Sakit Gigi Sesuai Ajaran Rasulullah SAW Beserta Artinya
Hadist tentang peringatan Maulid Nabi
Imam Ibnu Hajar Al-Haitami mengutip bahwa Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani pernah berkata:
وَأَيُّ نِعْمَةٍ أَعْظَمُ مِنْ النِّعْمَةِ بِبُرُوزِ هَذَا النَّبِيِّ الَّذِي هُوَ نَبِيُّ الرَّحْمَةِ فِي ذَلِكَ الْيَوْمِ
Artinya : “Dan, nikmat apakah yang paling besar dibanding nikmat kelahiran Nabi yang mulia ini, dialah Nabi yang menjadi rahmat pada hari itu”
Memperingati hari bahagia merupakan bagian dari syariat. Saat Rasulullah ﷺ dan para sahabat sampai di Madinah, mereka melihat orang Yahudi berpuasa di hari Asyura. Orang Yahudi berpuasa pada hari itu sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah setelah menyelamatkan Nabi Musa as.dari kejaran pasukan raja Fir’aun.
Mendengar hal tersebut, kemudian Rasulullah ﷺ bersabda:
نَحْنُ أَوْلَى بِمُوسَى مِنْهُمْ فَصُومُوهُ
Artinya : “Kita lebih berhak atas Musa dari mereka, maka berpuasalah kalian” (HR. Bukhari no. 4737).
Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani kemudian menjadikan hadis ini sebagai dalil bolehnya memperingati maulid, karena kelahiran Rasulullah ﷺ adalah kebahagiaan terbesar yang harus disyukuri oleh umat Islam.
Rasulullah ﷺ sendiri memperingati hari kelahiran beliau ﷺ dengan berpuasa. Saat Rasulullah ﷺ ditanya mengenai puasa hari Senin, beliau ﷺ kemudian menjawab:
ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيهِ وَيَوْمٌ بُعِثْتُ أَوْ أُنْزِلَ عَلَىَّ فِيهِ
Artinya :”Itu adalah hari, ketika aku dilahirkan dan aku diutus (sebagai Rasul) atau pada hari itulah wahyu diturunkan atasku” (HR. Muslim no. 1162).
Hadis ini mengisyaratkan bahwa Rasulullah ﷺ memperingati hari beliau lahir dengan ibadah, yaitu berpuasa. Selain itu, Rasulullah ﷺ juga memuliakan hari diciptakannya Nabi Adam as.
Beliau ﷺ kemudian bersabda:
خَيْرُ يَوْمٍ طَلَعَتْ عَلَيْهِ الشَّمْسُ يَوْمُ الْجُمُعَةِ فِيهِ خُلِقَ آدَمُ وَفِيهِ أُدْخِلَ الْجَنَّةَ وَفِيهِ أُخْرِجَ مِنْهَا وَلاَ تَقُومُ السَّاعَةُ إِلاَّ فِي يَوْمِ الْجُمُعَةِ
Artinya : “Sebaik-baik hari adalah hari Jumat, karena pada hari itulah Adam diciptakan. Pada hari itu pula ia dimasukkan ke dalam surga dan pada hari itu pula ia dikeluarkan daripadanya” (HR. Muslim no. 854).
BACA JUGA : 10 Manfaat Gerakan Sholat untuk Kesehatan Tubuh & Mental
Pendapat ulama tentang perayaan Maulid Nabi Muhammad saw
Berikut beberapa pendapat ulama tentang tradisi perayaan Maulid Nabi Muhammad.
1. As-Suyuthi dalam al-Hawi lil Fatawi
Berkenaan dengan hukum perayaan maulid, As-Suyuthi dalam al-Hawi lil Fatawi menyebutkan redaksi sebagai berikut:
أَصْلُ عَمَلِ الْمَوْلِدِ بِدْعَةٌ لَمْ تُنْقَلْ عَنِ السَّلَفِ الصَّالِحِ مِنَ الْقُرُوْنِ الثَّلاَثَةِ، وَلكِنَّهَا مَعَ ذلِكَ قَدْ اشْتَمَلَتْ عَلَى مَحَاسِنَ وَضِدِّهَا، فَمَنْ تَحَرَّى فِيْ عَمَلِهَا الْمَحَاسِنَ وَتَجَنَّبَ ضِدَّهَا كَانَتْ بِدْعَةً حَسَنَةً” وَقَالَ: “وَقَدْ ظَهَرَ لِيْ تَخْرِيْجُهَا عَلَى أَصْلٍ ثَابِتٍ.
Artinya: “Hukum asal peringatan maulid adalah bid’ah yang belum pernah dinukil dari kaum Salaf saleh yang hidup pada tiga abad pertama, tetapi demikian peringatan maulid mengandung kebaikan dan lawannya, jadi barang siapa dalam peringatan maulid berusaha melakukan hal-hal yang baik saja dan menjauhi lawannya (hal-hal yang buruk), maka itu adalah bid’ah hasanah”. Al-Hafizh Ibn Hajar juga mengatakan: “Dan telah nyata bagiku dasar pengambilan peringatan Maulid di atas dalil yang tsabit (Shahih)”.
2. Imam Ibnu Hajar Al-Asqolani
Imam Ibnu Hajar mengakui tradisi kegiatan tahunan ini merupakan perkara bid’ah. Akan tetapi, jika pelaksanaannya dilakukan dengan kegiatan baik dan menghindari amalan yang mengandung dosa, maka peringatan Maulid Nabi merupakan bid’ah hasanah (perkara baru yang baik).
“Perayaan Maulid Nabi SAW termasuk perkara bid’ah yang tidak ada contoh dari kalangan salaf generasi sahabat, tabiin dan tabiit tabiin. Akan tetapi perayaan Maulid Nabi SAW perbuatan baik dan buruk. Siapa saja yang merayakannya dan bisa melakukan perbuatan baik dan menghindari yang buruk maka ini termasuk bid’ah hasanah.”
3. Syekh Ibnul Haj dari mazhab Maliki
Syekh Ibnul Haj dari mazhab Maliki menjelaskan tentang peringatan maulid nabi :
شُكْراً لِلْمَوْلَى عَلَى مَا أَوْلَانَا مِنْ هَذِهِ النِّعَمِ الْعَظِيْمَةِ، وَأَعْظَمُهَا مِيْلَادُ الْمُصْطَفَى صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ
Artinya : “Maka wajib bagi kita pada hari Senin tanggal dua belas Rabiul Awal menambah ibadah dan kebaikan, sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah atas apa yang dianugerahkan kepada kita berupa nikmat-nikmat besar ini, terutama nikmat kelahiran Nabi Muhammad shallallahu a’laihi wa’alihi wasahbihi wasallam” (Lihat: Ibnul Haj Al-Maliki, Al-Madkhal, juz 1, h. 361).
4. Imam Jalaluddin Assuyuti dari mazhab Syafi’I
Imam Jalaluddin Assuyuti dari mazhab Syafi’I menyatakan:
هُوَ مِنَ الْبِدَعِ الْحَسَنَةِ الَّتِيْ يُثَابُ عَلَيْهَا صَاحِبُهَا؛ لِمَا فِيْهِ مِنْ تَعْظِيْمِ قَدْرِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ، وَإِظْهَارِ الْفَرَحِ وَالْاِسْتِبْشَارِ بِمَوْلِدِهِ الشَّرِيْفِ
Artinya “Ia (peringatan maulid Nabi) merupakan bid’ah hasanah yang pelakunya memperoleh pahala, sebab hal itu sebagai bentuk mengagungkan kemulian Nabi Muhammad shallallahu a’laihi wa’alihi wasahbihi wasallam, dan mengungkapkan rasa bahagia akan kelahiran Nabi mulia” (Lihat: Jalaluddin Assuyuthi, Al-Hawi Lilfatawa, juz 1, h. 292).
5. Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki Al-Hasani
Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki Al-Hasani, juga memberikan pendapat terkait tradisi perayaan maulid Nabi sebagai berikut.
وَالْحَاصِلُ اَنّ الْاِجْتِمَاعَ لِاَجْلِ الْمَوْلِدِ النَّبَوِيِّ اَمْرٌ عَادِيٌّ وَلَكِنَّهُ مِنَ الْعَادَاتِ الْخَيْرَةِ الصَّالِحَةِ الَّتِي تَشْتَمِلُ عَلَي مَنَافِعَ كَثِيْرَةٍ وَفَوَائِدَ تَعُوْدُ عَلَي النَّاسِ بِفَضْلٍ وَفِيْرٍ لِاَنَّهَا مَطْلُوْبَةٌ شَرْعًا بِاَفْرِادِهَا.
Bahwa sesungguhnya mengadakan Maulid Nabi Saw merupakan suatu tradisi dari tradisi-tradisi yang baik, yang mengandung banyak manfaat dan faidah yang kembali kepada manusia, sebab adanya karunia yang besar. Oleh karena itu dianjurkan dalam syara’ dengan serangkaian pelaksanaannya. [Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki, Mafahim Yajibu An-Tushahha, hal. 340]
Dari beberapa pendapat yang sudah dijelaskan di atas, dapat disimpulkan bawa perayaan maulid Nabi bukanlah ibadah yang baru, karena perayaan maulid diisi dengan doa dan bacaan sholawat.
BACA JUGA : Niat Sholat Hajat Beserta Tata Cara dan Doa yang Dibaca
Saran KH. Hasyim Asy’ari ketika merayakan maulid Nabi Muhammad
Ulama kondang yang juga pendiri Nahdlotul Ulama yaitu KH Hasyim Asyari menyarankan tradisi acara perayaan maulid Nabi Muhammad saw ini diisi dengan kegiatan yang bermanfaat.
- Berkumpul,kemudian memulai acara.
- Membaca ayat atau surat Al-Qur’an yang dirasa mudah.
- Membaca hadis atau sirah Nabi Muhammad ﷺ tentang masa kandungannya, lahirnya, masa kecilnya, dan pertumbuhan dan perjuangan nabi Muhammad dalam berdakwah.
- Menyajikan makanan untuk dinikmati bersama.
- Mengakhiri acara dan kembali ke tempat masing masing.
Demikianlah penjelasan mengenai dalil perayaan maulid Nabi Muhammad saw yang harus Sedulur pahami. Meski banyak perbedaan pendapat mengenai peringatan maulid nabi ini, kita sebagai umat muslim sudah sepantasnya bergembira atas kelahiran Rasulullah saw.
Mau belanja bulanan nggak pakai ribet? Aplikasi Super solusinya! Mulai dari sembako hingga kebutuhan rumah tangga tersedia lengkap. Selain harganya murah, Sedulur juga bisa merasakan kemudahan belanja lewat handphone. Nggak perlu keluar rumah, belanjaan pun langsung diantar.
Bagi Sedulur yang punya toko kelontong atau warung, bisa juga lho belanja grosir atau kulakan lewat Aplikasi Super. Harga dijamin lebih murah dan bikin untung makin melimpah.