Menurut data Statista 2018, Amerika Serikat, Rusia, Inggris, dan Eropa Barat adalah region dengan jumlah single parent tertinggi di dunia. Meski persentasenya rendah di Indonesia, bukan berarti orang tua tunggal bisa dilupakan begitu saja keberadaannya. Justru mereka menghadapi tantangan yang lebih berat karena stigma yang menempel kuat di masyarakat tentang orang tua yang bercerai atau tidak lengkap.
Untuk itu, ada baiknya kita bahas lebih jauh tentang single parent artinya sampai tips untuk praktisi dan orang di sekitarnya. Biar makin luas wawasan kita, gulir ke bawah, ya.
BACA JUGA: 8 Posisi Tidur Agar Bayi Tidak Sungsang, Bunda Wajib Tahu!
Orang tua tunggal di Indonesia
Menurut jurnal yang ditulis oleh Pujihasvuty, dkk. tentang single parent di Indonesia dalam The Family Journal: Counseling and Therapy for Couples and Families, single parent family adalah sosok ayah atau ibu yang tinggal dengan anaknya. Fenomena orang tua tunggal bisa terjadi ketika ada beberapa faktor, yaitu perceraian, kematian, hingga kelahiran di luar nikah. Beberapa bisa pula dilakukan dengan sadar sebagai pilihan sejak awal. Angka ini terus bertambah di Indonesia tiap tahunnya dari 2015 sampai 2019 dipicu pula oleh tingginya angka perceraian. Tren kenaikan ini tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga banyak terjadi di negara-negara lain.
Fenomena ini dianggap sebagai sebuah kekurangan dalam keluarga. Keluarga dengan orang tua tunggal yaitu ibu atau ayah saja sontak mendapat cap sebagai keluarga yang tidak lengkap dan tidak sempurna. Ini karena secara normatif, keluarga adalah tempat utama seseorang bertumbuh sehingga akan berdampak pada masa depannya kelak.
Masih menurut jurnal tersebut, persebaran single parent di Indonesia pada 2019 masih terkumpul di Pulau Jawa. Dengan persentase terbesar di Jawa Barat. Disusul Jawa Timur, Jawa Tengah, DKI Jakarta, Sumatera Utara, dan Banten. Kebanyakan adalah janda atau ibu tunggal.
Tantangan untuk orang tua tunggal dan anak yang dibesarkannya
Perjuangan ibu tunggal dan ayah tunggal biasanya ada pada tugas ganda yaitu mengasuh anak dan mencari nafkah. Sebenarnya keluarga dengan orang tua lengkap pun bisa memiliki dua fungsi tersebut, tetapi mereka bisa berbagi tugas dan porsi waktu. Beda dengan orang tua tunggal yang hampir semuanya harus dilakukan sendiri tanpa bisa membagi tugas dengan pasangan.
Hal ini yang biasanya membuat anak-anak yang dibesarkan orang tua tunggal akan terbiasa mengemban tanggung jawab lebih besar sejak kecil. Selain membantu tugas ayah atau ibu mereka di rumah, mereka juga terbiasa melakukan banyak hal sendiri..
Tentunya hal ini punya dampak positif dan negatif sekaligus. Meski bisa meningkatkan independensi anak, jika berlebihan anak-anak bisa merasa diabaikan dan kebutuhan emosionalnya tidak terpenuhi. Beberapa anak juga berubah menjadi bandel karena merasa bahwa ia melakukan segalanya sendiri dan membuatnya merasa memiliki otoritas untuk melakukan hal sesuai kehendaknya. Untuk itu, ada skill dan tips khusus yang harus dikuasai orang tua tunggal. Apa saja?
BACA JUGA: Apa Itu Autisme? Kenali Ciri & Penyebab Anak Autis Sejak Dini
1. Tidak melibatkan anak dalam konflik orang dewasa
Banyak orangtua yang tanpa sadar melibatkan anak dalam konflik antar mereka berdua. Hal ini adalah sesuatu yang wajib dihindari. Anak tidak seharusnya dijadikan pion untuk ego kedua orang tuanya. Kesalahan macam ini sering terjadi saat orang tua memilih untuk melakukan dual parenting, yaitu anak memiliki waktu yang seimbang untuk dihabiskan bersama ibu dan ayah secara terpisah.
Saat kesepakatan tersebut didapat, pastikan single parent berkomitmen untuk tidak bersaing mendapat perhatian anak dan mengungkapkan kekesalannya pada mantan pasangan di depan anak. Orang tua tunggal dianjurkan bersikap netral di depan anak meski ada masalah dengan mantan pasangan.
2. Ajarkan anak untuk tidak membenci mantan pasangan
Anak tidak seharusnya membenci salah satu dari orang tuanya yang berpisah. Siapapun yang salah, tetaplah ajarkan anak untuk bersikap netral dan biarkan ia sendiri yang menilai kedua orang tuanya. Sebaliknya ajarkan mereka untuk memaafkan dan tetap menghargai kedua orang tuanya. Sesulit apapun itu, anak tidak boleh dihasut untuk menjadi pendendam dan pembenci sejak kecil.
3. Bantu anak untuk terbiasa dengan keadaan baru
Khususnya untuk kasus perceraian dan kematian, orang tua tunggal maupun anak harus melakukan banyak penyesuaian dengan keadaan baru tersebut. Lakukan perlahan dan jangan paksa anak untuk mengerti dan menjadi kuat secepat orang dewasa. Mereka butuh waktu dan diberi pengertian secara pelan-pelan untuk melakukan penyesuaian bertahap.
Anak-anak juga rentan mengalami stres saat terjadi perubahan kondisi. Ini terindikasi dari perubahan perilaku dan temperamen mereka. Untuk menenangkan mereka, pastikan Sedulur selalu menjamin keamanan dan menunjukkan bahwa mereka tetap dicintai. Pastikan mereka tidak memiliki perasaan bersalah atas perpisahan kedua orang tuanya.
4. Tidak ragu meminta bantuan orang lain
Konseling dengan ahli yang netral bisa jadi solusi bila ternyata kondisi psikologis anak dan Sedulur sendiri belum membaik. Terutama bila ada indikasi anak-anak mengalami trauma karena kehilangan sosok yang biasa ia kenal dan memberinya dukungan.
Latih juga kemamapuan Sedulur untuk meminta bantuan dan dukungan dari kerabat dekat yang dianggap mengerti dan tidak menghakimi pilihan orang tua tunggal. Coba berjejaring dengan rekan senasib juga bisa jadi solusi karena mereka bisa membagikan pengalaman pribadinya.
BACA JUGA: 10 Cara Belajar Membaca Anak TK / SD, Mudah Diterapkan
5. Berikan perhatian yang cukup pada anak
Single artinya sendiri dalam banyak hal dan ini bukan hal mudah mengingat orang tua harus tetap memenuhi kebutuhan keluarganya secara finansial. Bekerja penuh waktu pun harus dilakukan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dan biaya pendidikan anak, tak heran banyak orang tua yang kadang tak memiliki banyak waktu guna memberikan perhatian pada anak. Hal ini berbahaya bila dilakukan berlebihan tanpa sadar.
Untuk itu, belajar membagi waktu dan membuat prioritas adalah keterampilan untuk single parent. Setidaknya makan malam bersama, membaca buku sebelum tidur, memberi afeksi fisik seperti pelukan dan ciuman sudah bisa jadi cara membangun ikatan emosional dengan anak.
6. Bekerja sama dengan anak untuk tugas-tugas rumah
Mengingat ayah atau ibu tunggal tidak punya banyak waktu untuk fokus pada tugas-tugas rumah yang tak ada habisnya, mengajak anak kerjasama bisa jadi solusi. Ajarkan dan berikan mereka pengertian tentang tugas-tugas rumah yang mungkin mereka lakukan sendiri. Misalnya mencuci piring sendiri, memasukkan pakaian ke mesin cuci, dan lain sebagainya.
Berikan mereka tanggung jawab yang masuk akal. Di usia dewasa, tanggung jawab bisa ditambah seperti membantu adik mengerjakan PR, mencuci baju sendiri, memasak, dan lainnya.
Namun, jangan bebankan pengasuhan adik pada kakak secara penuh. Mengasuh dan mendidik anak tetap tanggung jawab orang tua. Kakak juga anak yang butuh bimbingan mengingat usia mereka masih muda bahkan mungkin di bawah umur.
7. Tetap tegur anak bila mereka melakukan kesalahan
Wanita single parent adalah sosok yang lembut dan cenderung memanjakan anaknya demi mendapat perhatian mereka. Namun, jangan lakukan berlebih. Imbangi dengan tetap menerapkan disiplin dan hukuman bila mereka melakukan kesalahan. Jangan ragu untuk menegur agar mereka tahu mana yang salah dan benar.
BACA JUGA: Penting! Imunisasi IPV Pada Anak, Untuk Cegah Polio, Simak Moms
8. Tetap luangkan waktu untuk diri sendiri
Ibu maupun ayah single parent adalah manusia biasa yang juga bisa merasakan stres. Apalagi dengan stigma buruk yang masih melekat di masyarakat Indonesia tentang perceraian dan status janda maupun duda. Untuk itu, meluangkan waktu sendiri adalah hal penting. Ini bisa dilakukan saat anak sedang di sekolah atau tempat kursus, atau curilah waktu saat anak dan orang tua di rumah. Ajarkan anak untuk bisa bermain dan belajar sendiri, sehingga orang tua pun punya waktu untuk melakukan hobi atau hal yang ia sukai.
9. Bentuk rutinitas dan stabilitas seperti keluarga pada umumnya
Stabilitas adalah hal penting bagi perkembangan anak. Buat rutinitas dengan membiasakan mereka tidur dan bangun di waktu yang sama. Melakukan tugas yang sama tiap harinya dan makan di waktu-waktu yang sama pula. Pastikan pula mereka kebutuhan mereka tiap harinya terpenuhi, baik sandang, pangan, dan papan.
Bila Sedulur menjalankan dual parenting dengan mantan pasangan, pastikan jadwal pembagian waktunya pun jelas, sehingga anak tidak merasa kebingungan. Ia juga bisa menyiapkan diri dengan baik.
Itu beberapa motivasi untuk single mom dan ayah tunggal di mana saja Sedulur berada. Sama seperti anak yang tinggal di keluarga dengan orang tua lengkap, masalah bisa saja terjadi pada anak yang besar dari orang tua tunggal. Namun, banyak pula yang bisa tumbuh besar dengan baik. Single parent bukan aib, kok. Itu semua hanya jalan atau pilihan hidup yang berbeda saja.
Sedulur yang membutuhkan sembako, bisa membeli di Aplikasi Super lho! Sedulur akan mendapatkan harga yang lebih murah dan kemudahan belanja hanya lewat ponsel. Yuk unduh aplikasinya di sini sekarang.
Sementara Sedulur yang ingin bergabung menjadi Super Agen bisa cek di sini sekarang juga. Banyak keuntungan yang bisa didapatkan, antara lain mendapat penghasilan tambahan dan waktu kerja yang fleksibel! Dengan menjadi Super Agen, Sedulur bisa menjadi reseller sembako yang membantu lingkungan terdekat mendapatkan kebutuhan pokok dengan mudah dan harga yang lebih murah.