Cerita Sangkuriang merupakan salah satu legenda di kalangan masyarakat Sunda yang mengisahkan tentang asal-usul terciptanya Tangkuban Perahu. Tangkuban Perahu sendiri adalah salah satu gunung yang masih aktif dan terletak di Jawa Barat. Kisah dari cerita ini menggambarkan kegagalan seorang pria bernama Sangkuriang dalam melamar seorang wanita bernama Dayang Sumbi.
Nilai moral yang bisa diambil dari kisah ini adalah supaya tetap berpegang teguh dalam nilai moral yang terdapat dalam lingkup masyarakat. Awalnya, kisah ini hanya beredar dari mulut ke mulut di kalangan masyarakat Sunda. Namun, kisahnya mulai berkembang dan diadaptasi menjadi sebuah mahakarya yang didramakan sekaligus digemari oleh anak-anak. Yuk, simak cerita Sangkuriang singkat selengkapnya berikut ini!
BACA JUGA: 20 Cerita Rakyat Terbaik Sepanjang Masa [Banyak Hikmahnya]
Awal mula cerita Sangkuriang
Cerita Sangkuriang berasal dari Jawa Barat yang mengisahkan tentang awal mula terjadinya dan terciptanya Gunung Tangkuban Perahu. Pada masa kini, Gunung Tangkuban Perahu menjadi salah satu yang terpopuler di Bandung. Awalnya, legenda ini merupakan tradisi lisan turun temurun. Kisah dimulai dari seorang raja bernama Sungging Perbangkara yang sedang melakukan perburuan di sebuah hutan. Ketika sedang berburu, beliau merasa ingin buang air kecil dan akan pergi ke sebuah semak belukar.
Saat beliau sedang buang air kecil, air seni sang raja tertampung pada sebuah daun caring (keladi hutan) yang tanpa sengaja diminum oleh seekor babi hutan betina. Babi hutan betina itu bukanlah babi biasa, ia sedang bertapa menjadi seorang manusia bernama Wayung.
Karena tanpa sengaja meminum air seni tersebut, seketika dirinya hamil dan melahirkan seorang bayi cantik dan diberi nama Dayang Sumbi. Dayang Sumbi adalah seorang perempuan cantik yang semakin terlihat ketika dirinya beranjak dewasa. Jadi, ada banyak dari kalangan raja yang ingin melamarnya. Bahkan, beberapa kalangan raja rela melakukan perang perang untuk memperebutkan Dayang Sumbi.
Namun, Dayang Sumbi belum ingin menikah. Akhirnya, dia pergi untuk mengasingkan diri dengan ditemani oleh anjingnya yang bernama Tumang. Suatu waktu ketika Dayang Sumbi sedang asyik menenun kain, gulungan benang yang sedang digunakan tanpa sengaja terjatuh. Dirinya pun melontarkan kata-kata bahwa siapapun yang bisa mengambil gulungan tersebut akan dijadikan saudara jika perempuan. Akan tetapi, jika laki-laki maka akan dijadikan sebagai suami.
“Siapa pun yang dapat mengambilkan benang itu, apabila dia perempuan akan aku jadikan sebagai saudara, dan jika dia laki-laki akan dijadikan sebagai suami,” ucap Dayang Sumbi.
Tumang dibunuh oleh Sangkuriang
Tumang, sang anjing yang ia pelihara kemudian mengambilkan gulungan kain tersebut tanpa diduga-duga. Karena Dayang Sumbi telah berjanji sebelumnya, maka akhirnya dirinya menikah dengan si Tumang. Sebenarnya, Tumang adalah titisan dewa yang menjelma menjadi seekor anjing. Dari pernikahannya dengan Tumang, lahirlah seorang anak yang bernama Sangkuriang.
Hari demi hari, Sangkuriang tumbuh menjadi seorang anak laki-laki yang tangguh dan suka berburu di dalam hutan. Setiap lelaki muda itu berburu, akan selalu ditemani oleh anjing kesayangan ibunya yaitu Tumang. Lelaki ini tidak mengetahui sama sekali bahwa Tumang merupakan ayah kandungnya karena memang sengaja dirahasiakan oleh sang ibu, Dayang Sumbi.
Selain berburu, lelaki itu juga mulai bisa dan pandai memanah. Suatu hari, dirinya diminta oleh sang ibu untuk berburu. Dayang Sumbi sangat ingin memakan hati rusa. Menuruti perintah ibunda, ia pun pergi berburu di hutan ditemani oleh Tumang.
Ketika sedang melakukan perburuan, dirinya melihat seekor babi hutan Wayung Hyang yang sedang melintas. Dengan segera, ia membidikkan anak panahnya. Namun, ketika dirinya memberikan perintah pada sang anjing untuk mengejar babi hutan itu, Tumang menolak perintahnya. Wayung Hyang pun berhasil untuk berlari dan bersembunyi dengan cepat dan gesit.
Tumang menolak untuk mengejar babi itu karena tahu bahwa babi itu bukanlah sembarang babi, namun merupakan jelmaan dari seorang dewi yang bernama Wayung Hyang. Tumang pun hanya bisa duduk dan terdiam memandang lelaki itu.
Tak hanya diam, lelaki tersebut sangat marah kepada Tumang dan berujung menakut-nakutinya dengan cara mengarahkan anak panah pada si anjing. Namun, tanpa sengaja dirinya malah melepaskan anak panah itu pada busurnya. Kemudian, anak panah yang sudah dilepaskan itu melesat serta menghujam ke tubuh Tumang. Seketika itu, Tumang pun tewas karena terhujam oleh anak panah yang dilesatkan oleh anaknya.
Karena dilanda rasa ketakutan bercampur putus asa, akhirnya dirinya mengambil hati Tumang. Kemudian, hati itu dibawanya pulang lalu diserahkannya kepada ibunya, Dayang Sumbi, dengan mengatakan bahwa itu merupakan hasil buruannya yaitu hati rusa.
Dayang Sumbi murka karena ulah dari Sangkuriang
Telah diketahui bahwa Sangkuriang termasuk cerita rakyat legenda di masyarakat Sunda. Tepatnya, legenda ini merupakan kisah tentang terciptanya sebuah danau di area Bandung, Gunung Tangkuban Parahu, Gunung Burangrang, dan Gunung Bukit Tunggul. Cerita berlanjut dengan kegembiraan Dayang Sumbi karena anaknya berhasil mendapatkan hati rusa.
Dia pun memasak hati itu dengan riang gembira dan dimakan dengan lahapnya. Ketika selesai makan, dirinya kemudian teringat dengan suatu hal yaitu Tumang. Ia pun bertanya kepada sang anak perihal keberadaan Tumang. Karena tidak bisa berkelit, akhirnya sang anak mengaku jujur bahwa Tumang sudah tewas karena panahnya. Kemudian, hati yang sudah dimakan oleh sang ibu adalah hati Tumang.
Mengetahui hal itu, Dayang Sumbi kemudian murka. Ia murka mengetahui fakta bahwa sang anak telah membunuh ayah kandungnya sendiri. Kemudian, dirinya mengambil sebuah centong nasi dan memukul kepala sang anak sampai terluka sangat parah. Namun, luka yang ada di hati sang anak lebih parah. Akhirnya, dirinya lari dari pondok yang menjadi tempat tinggalnya.
Sadar bahwa Dayang Sumbi sudah melukai hati anaknya sendiri dan membuatnya lari, akhirnya dirinya sangat menyesal. Ia menyesal karena Sangkuriang adalah putranya satu-satunya dan sudah menemaninya untuk hidup di dalam hutan bersama Tumang.
Untuk menenangkan perasaannya, akhirnya Dayang Sumbi melakukan pertapaan. Dalam pertapaannya, kemudian Dayang Sumbi diberikan sebuah karunia berupa umur yang panjang dan awet muda. Seumur hidupnya, Sumbi akan tetap menjadi seorang perempuan yang cantik serta tidak akan pernah terlihat tua.
BACA JUGA: Bawang Merah Bawang Putih, Cerita Nusantara Penuh Makna!
Sangkuriang jatuh cinta dengan Dayang Sumbi
Tak terasa, waktu pun terus berlalu. Sampai akhirnya, sang anak tumbuh menjadi seorang lelaki yang gagah dan tampan. Sangkuriang telah berkelana hingga waktu yang lama sampai ia tidak sadar bahwa dirinya telah kembali pada tempat asalnya.
Di hutan itu, ia sangat terpesona pada seorang putri yang ia temui di tengah hutan, yang tidak lain adalah ibunya sendiri. Sang anak tidak menyadari bahwa Dayang Sumbi adalah ibunya karena kecantikannya dan wajahnya yang awet muda bak seorang gadis.
Doa yang dipanjatkan oleh Dayang Sumbi terkabul. Walaupun ia sudah tidak muda lagi, namun kecantikannya masih tidak pudar. Namun, hal itu malah membuat sang anak jatuh cinta kepadanya. Dayang Sumbi tidak mengetahui bahwa lelaki tampan dan gagah itu adalah Sangkuriang. Mereka berdua pun menjalin kasih.
Suatu hari, ketika Dayang Sumbi sedang membelai kepala sang pujaan hati, tidak sengaja dirinya menemukan bekas luka akibat dari pukulan yang dia lakukan kepada sang anak beberapa tahun yang lalu. Ketika mengetahui hal tersebut, dirinya pun yakin bahwa kekasihnya adalah anak kandungnya sendiri.
Dayang Sumbi mencoba untuk menjelaskan kepada Sangkuriang
Akhirnya, Dayang Sumbi mencoba untuk menjelaskan bahwa Sangkuriang merupakan putranya sendiri. Namun, sang anak sudah kehilangan akal sehat. Dirinya tetap memaksa untuk tetap menjalin hubungan dengan kekasihnya yang tak lain adalah sang ibu.
Alhasil, Dayang Sumbi menghindari terjadinya pernikahan antara mereka secara halus. Caranya adalah dirinya meminta kepada sang kekasih untuk membuatkannya sebuah danau lengkap dengan perahunya dalam satu malam saja. Ia merasa bahwa itu adalah suatu hal yang mustahil untuk dilakukan. Sang anak tidak mungkin bisa memenuhi persyaratan tersebut. Namun, di luar dugaan sang kekasih sekaligus anaknya itu sanggup memenuhi hal itu.
Sangkuriang mulai bekerja keras
Malam itu juga, Sangkuriang bekerja sangat keras dan giat untuk membuatkan Dayang Sumbi sebuah danau. Dirinya pun menebang pohon yang kemudian bekas pohon tebangannya itu berubah menjadi sebuah bukit yang sekarang dikenal dengan sebutan Gunung Bukit Tunggul.
Lain halnya dengan ranting, daun, dan bagian kayu lainnya yang tidak terpakai. Beberapa hal itu kemudian ditumpuk oleh sang anak dan terbentuklah Gunung Burangrang. Tak terasa, ia telah bekerja selama separuh malam. Setelah perahu mulai selesai, maka dibuatlah sebuah danau. Selanjutnya, ia mulai mengerjakan perahu dan mengerahkan makhluk halus guriang untuk membantu dirinya.
BACA JUGA: 20 Cerita Fabel Terbaik Untuk Si Kecil, Penuh Pesan Moral
Dayang Sumbi memohon pada Sang Hyang Tunggal
Dayang Sumbi menjadi sangat takut ketika melihat situasi ini. Ia akhirnya menebarkan berbagai kain hasil tenunannya yang berada di arah timur. Tak lupa, dirinya juga memohon pada Sang Hyang Tunggal supaya usaha anaknya dalam membangun daun yang lengkap dengan perahunya itu digagalkan. Doanya pun dikabulkan oleh Sang Hyang Tunggal. Kain-kain tenunan Dayang Sumbi memberikan cahaya kemerah-merahan di ufuk timur. Hal ini mengundang ayam-ayam jantan yang kemudian berkokok karena mengira hari telah pagi.
Semua makhluk halus guriang yang sedang membantu pekerjaan kekasihnya dalam membuat danau mengira hari akan beranjak pagi. Akibatnya, semua makhluk halus itu bersembunyi dan berlari ke dalam tanah. Tinggalah sang anak sendirian dengan pekerjaan pembuatan danau dan perahu yang belum selesai. Ia kemudian merasa bahwa usaha yang telah dilakukannya gagal. Kemudian, dirinya menjadi sangat geram dan marah.
Sangkuriang geram hingga membalik perahunya
Hal ini tentu saja membuat Sangkuriang menjadi sangat marah karena dirinya merasa dicurangi oleh Dayang Sumbi. Ia sendiri yakin bahwa sesungguhnya fajar belum menyingsing dan tetap ada waktu untuk menyelesaikan danau itu.
Lantas, dirinya murka dan geram sampai menjebol bendungan di Sanghyang Tikoro, kemudian aliran sungai Citarum dilemparkannya ke arah timur sampai berubah menjadi gunung Manglayang. Air yang awalnya penuh pun lama kelamaan surut.
Kemudian, Sangkuriang menendang perahu dengan kekuatan sakitnya sampai jauh dan jatuh telungkup hingga menjelma menjadi sebuah gunung yang saat ini disebut sebagai gunung Tangkuban Perahu.
Dayang Sumbi dikejar oleh Sangkuriang
Sangkuriang yang masih dilanda amarah yang cukup besar kemudian mengetahui bahwa semua ini adalah siasat dari Dayang Sumbi yang memiliki keinginan untuk membatalkan pernikahan dengan dirinya. Lalu, kemarahannya yang masih terus meluap itu membuat sang kekasih mengejar Dayang Sumbi sampai merasa ketakutan dan menghilang ke sebuah bukit.
Bukit yang menjadi tempat sembunyi Dayang Sumbi pun berubah menjadi Gunung Putri. Sedangkan, Sangkuriang yang sampai saat ini belum berhasil menemukan sang calon istri pun ikut menghilang ke alam ghaib. Kisah legenda ini pun kemudian berakhir dengan kekecewaan yang dialami sang anak sekaligus calon suami dari Dayang Sumbi.
BACA JUGA: 8 Contoh Cerpen Singkat Motivasi, Persahabatan, Lucu Terbaik
Pelajaran yang dapat diambil
Pesan cerita Sangkuriang yang sudah disampaikan di atas bisa dipetik pelajaran yaitu kisah ini mengajarkan bahwa sikap kejujuran akan membawa dampak baik dan kebahagiaan di masa yang akan datang. Sementara itu, perbuatan yang curang justru akan membuat diri sendiri merasa rugi dan bisa mendatangkan banyak musibah baik untuk diri sendiri maupun orang lainnya.
Tak sampai disitu saja, kisah legenda dari Jawa Barat ini juga mengajarkan pada anak-anak sejak dini mengenai norma sosial yang terdapat pada seluruh lapisan masyarakat bahwa jangan sampai jatuh cinta bahkan menikah dengan orangtua kandung sendiri.
Nah, itu dia ulasan singkat mengenai dongeng sekaligus legenda dari Jawa Barat yaitu cerita Sangkuriang dan Tangkuban Perahu. Dongeng ini bisa menjadi salah satu pengantar tidur si kecil yang bisa diberikan.
Sementara itu, pengarang cerita Sangkuriang adalah Gibran Maulana dengan judul Legenda Tangkuban Perahu. Pengarang aslinya sendiri masih belum pasti, karena legenda ini bemula dari mulut ke mulut. Semoga bermanfaat!
Mau belanja bulanan nggak pakai ribet? Aplikasi Super solusinya! Mulai dari sembako hingga kebutuhan rumah tangga tersedia lengkap. Selain harganya murah, Sedulur juga bisa merasakan kemudahan belanja lewat handphone. Nggak perlu keluar rumah, belanjaan pun langsung diantar. Yuk, unduh aplikasinya di sini sekarang!
Bagi Sedulur yang punya toko kelontong atau warung, bisa juga lho belanja grosir atau kulakan lewat Aplikasi Super. Harga dijamin lebih murah dan bikin untung makin melimpah. Langsung restok isi tokomu di sini aja!