toxic positivity

Kata-kata yang dilontarkan berisi penyemangat dari seseorang yang dikenal bisa jadi membuat kita semakin terluka, apalagi jika sedang tertimpa masalah yang cukup berat. Hal itu disebut juga dengan toxic positivity. Contoh dari perilaku tersebut adalah kalimat, “Jangan begitu, kamu masih beruntung daripada yang lainnya,” yang diujarkan seseorang ketika kita sedang mengalami down dan butuh penyemangat.

Bukannya menjadi bersemangat, justru saat seseorang mengatakan kalimat tersebut, kita malah semakin dibuat down. Perasaan akan semakin buruk dan pikiran akan semakin patah. Tak hanya itu, hal tersebut juga bisa membuat seseorang semakin berkecil hati. Yuk, kenali lebih dalam mengenai toxic positivity artinya seperti apa serta informasi tambahan lainnya agar bisa terhindar dari perilaku ini.

BACA JUGA: Kenali Isu Kesehatan Mental, Jenis dan Cara Menjaganya

1. Apa itu toxic positivity?

toxic positivity artinya
thepsychologygroup

Suatu keyakinan bahwa seseorang harus berpikir secara positif yang berlebihan dalam situasi apapun merupakan definisi singkat dari sikap optimis yang berlebihan ini. Seseorang yang memiliki sikap seperti itu akan merugikan berbagai pihak, terutama seseorang yang dekat dengannya. Apalagi jika seseorang sedang tidak baik-baik saja, sikap tersebut justru akan merugikannya. 

Ada pula penjelasan toxic positivity menurut ahli psikoterapis bernama Jennifer Murayama. Menurutnya perilaku memaksakan pandangan positif tersebut tidak hanya bersikap optimis dalam menghadapi suatu tantangan dan rintangan. Malahan sebuah perilaku akan penyangkalan dan pembungkaman perasaan dari diri sendiri maupun dari orang lain.

Seperti yang diketahui, istilah toxic akan selalu berhubungan dengan sesuatu yang negatif. Perilaku tersebut merupakan sifat buruk yang sudah mendarah daging pada seseorang, yang mana memiliki dampak yang buruk. 

Hal tersebut akan selalu memiliki akibat yang buruk dan tidak baik karena seseorang akan terus menekan semua emosi buruk yang ia rasakan secara berlebihan. Di kondisi tersebut akan membuat seseorang menjadi terlalu positif. Hal itu akan menyebabkan berbagai dampak, di antaranya adalah selalu diliputi beban dan menyebabkan stress secara berlebihan.

Memang memiliki emosi adalah suatu hal yang wajar bagi semua makhluk hidup. Akan ada suatu waktu seseorang perlu mengeluarkan rasa kekecewaan, marah sedih, bahkan frustasi agar perasaan dalam hati tidak tertekan dan beban menjadi terangkat. 

Seseorang yang mengalami kondisi ini akan selalu menahan emosi yang dia rasakan dan hanya memperlihatkan sisi positif dan sisi baik dari dirinya sendiri. Namun, emosi justru akan keluar secara tidak sengaja dan dia akan menjadi merasa bersalah.

2. Ciri dan tanda seseorang dengan toxic positivity

apa itu toxic positivity
pexels

Umumnya, perilaku tersebut dapat diketahui melalui ucapan atau perkataan yang terlontar dari mulut seseorang. Kesan yang diberikan seseorang ketika sedang mengucapkan kalimat tersebut mungkin terkesan positif, namun sebenarnya ada emosi negatif yang terpendam di dalamnya.

Niatnya memang memotivasi seseorang, namun justru akan terdengar seperti merendahkan orang yang dimotivasi tersebut. Beberapa ciri dan tanda seseorang dengan toxic positivity adalah sebagai berikut: 

1. Sulit mengelola emosi. Ciri pertama adalah seseorang tidak bersikap terbuka terhadap diri sendiri. Hal ini menyebabkan seseorang akan sulit untuk mengelola emosinya. Jika hal itu terjadi, batin seseorang akan merasa semakin tidak tenang dan terbebani. Kemudian, emosi akan menjadi tidak stabil bahkan tidak terkontrol lagi.

2. Motivasi yang cenderung menghakimi. Jika ada teman sedang menghadapi masalah, namun teman lainnya yang mendengarkan permasalahan tersebut malah menghakimi seolah semua akar dari permasalahan tersebut adalah dirinya sendiri, itu merupakan contoh motivasi yang cenderung menghakimi. Contoh kalimat toxic positivity yang cenderung menghakimi adalah :

  • “Kalau mencoba sekali lagi, kamu pasti bisa. Namun, kamu cepat menyerah, sih..”
  • “Sudah, tidak perlu lagi memikirkan kata-kata dari orang lain lagi. Lagian, kamu juga sih, kenapa sampai saat ini masih belum bisa lulus sarjana. Jadi sarjana kan gampang.”
  • “Kamu jangan terlalu sedih ya sudah ditolak.. Jangan nangis begitu, kan cengeng. Lagian, wajar deh, kan emang yang lainnya lebih bagus daripada kamu.”
  • Menghindari masalah

Apabila seseorang lebih memilih untuk menghindari segala permasalahan yang dihadapi dan tidak mencari solusi agar menekan semua perasaan negatif yang muncul, itu merupakan salah satu ciri dari berpikiran positif yang berlebihan. Dalam hidup, pastinya akan ada berbagai masalah dan rintangan yang dihadapi oleh seseorang. Maka dari itu, masalah yang muncul tersebut merupakan suatu hal yang wajar. Jika dihindari, justru akibatnya akan ada permasalahan lain yang jauh lebih besar.

3. Tidak jujur terhadap perasaan sendiri. Mungkin, seseorang tidak berniat buruk dalam memberikan saran terhadap orang lain karena niatnya adalah membuat seseorang terpengaruh dalam sisi positif. Namun, bukan menjadi hal baik lagi jika seseorang menanamkan diri sendiri sikap yang positif dan tidak mengijinkan emosi apapun yang keluar. Hal tersebut merupakan toxic positivity diri sendiri yang berdampak pada kesulitan untuk berdamai dengan diri sendiri. 

BACA JUGA: Gangguan Bipolar: Ini Tanda, Gejala & Pengobatannya

3. Dampak toxic positivity

toxic positivity adalah
pexels

Ada beberapa dampak negatif dari seseorang yang memiliki perilaku positif yang berlebihan. Berikut adalah dampaknya yang bisa Sedulur ketahui:

1. Mengucilkan diri. Seseorang yang memiliki perilaku tersebut akan merasa tidak nyaman untuk mengekspresikan diri sendiri dengan sekadarnya. Alhasil, mereka akan cenderung menyembunyikan perasaan, menutup diri, bahkan mengucilkan diri sendiri. 

Contohnya adalah jika seseorang memiliki kondisi kesehatan mental seperti depresi. Hal tersebut tidak dapat disembuhkan dengan cara selalu berpikiran positif. Justru, itu akan menjadi sebuah toxic positivity. Depresi dan penyakit mental lainnya membutuhkan bantuan tenaga ahli seperti psikiater. Kondisi akan menjadi semakin parah jika seseorang terus berperilaku positif dan merasa bahwa hal tersebut tidak akan berpengaruh bagi dirinya.

2. Merasa paling benar. Dalam lingkungannya, seseorang yang memiliki kecenderungan berperilaku positif secara berlebihan ingin untuk dianggap sebagai seseorang yang paling positif. Dia akan selalu mencari pembenaran dan menutup mata atas apa yang sebenarnya terjadi. Dia akan merasa apa yang sudah ia lakukan adalah sesuatu yang benar. 

Tak jarang, akan timbul berbagai perasaan yang ada di dalam diri seseorang yang menganggap sepele permasalahan orang lain. Dia akan menganggap bahwa orang yang memiliki masalah tersebut tidak mampu dan lemah untuk menghadapinya. Dia juga akan membandingkan masalah tersebut dengan dirinya sendiri. 

3. Menambah emosi negatif. Ada berbagai efek buruk yang akan ditemukan jika seseorang terus menyangkal dan menyembunyikan perasaan. Perasaan yang terus disembunyikan tersebut justru akan menambah emosi negatif dan menambah stress. Orang lain akan menjadi semakin stress jika seseorang dengan toxic positivity mengekspresikan dirinya untuk menghibur orang lain. 

4. Memicu stres. Demi menekan semua emosi negatif yang ada pada batin, kebanyakan orang cenderung akan memikirkan banyak hal lainnya. Ada berbagai hal yang akan dipikirkan olehnya, dan dapat memicu stress yang berlebihan. Jika sudah terkena stress, maka akan berakibat buruk bagi kesehatan mental. Dalam beberapa kondisi, bahkan seseorang akan kehilangan banyak berat badan akibat mengalami stress yang berlebihan.

4. Cara menghindari toxic positivity

Cara menghindari
pexels

Ada beberapa cara supaya kita bisa bebas dan menghindarkan diri dari sifat ini, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Jangan suka membandingkan. Hal pertama sebagai cara untuk menghindari berperilaku positif secara berlebihan adalah jangan suka membandingkan. Baik itu hal yang buruk atau yang baik, semuanya bisa menyebabkan dampak yang tidak baik. Jangan sekalipun membandingkan diri kita sendiri atau membandingkan orang lain. Lantaran, kita tidak pernah tau bagaimana kondisi sebenarnya dan apa yang sebenarnya dirasakan oleh orang lain. 

Ada berbagai pernyataan dan pertanyaan tentang toxic positivity yang justru akan membuat seseorang bertambah stress dan tidak termotivasi. Contohnya adalah, “Kamu harus bersyukur, kamu tuh termasuk orang yang beruntung. Coba deh, lihat di sekitar. Masih banyak, kan, yang lebih menderita daripada dirimu?”

2. Pahami perasaan orang lain. Sebelum bertutur kata, ada baiknya untuk memikirkan terlebih dahulu apakah kalimat yang akan dilontarkan menyakiti perasaan orang lain atau tidak. Seseorang perlu memahami dan mengetahui apa yang orang lain rasakan. Jika tidak memiliki solusi, cukup dengarkan saja curahan hati yang mereka utarakan. Jangan mengeluarkan kalimat yang sifatnya menghakimi.

Mungkin, perkataan yang kita ucapkan dirasa bukanlah sesuatu hal yang besar. Namun, bukan berarti orang lain juga berpendapat sama, ya. Contoh sederhananya adalah ketika mengucapkan kalimat “Jangan gampang menyerah, ya. Masak begitu saja tidak bisa? Jangan jadi orang yang lemah.” Bisa jadi, orang tersebut malah sakit hati dengan perkataan yang kita ucapkan. Maka dari itu, jagalah lisan sebelum berucap. 

3. Kelola emosi negatif. Jika tidak dikendalikan, emosi negatif yang ada dalam diri sendiri akan menyebabkan stress. Maka dari itu, jangan pernah menyangkal semua permasalahan dan hadapi dengan santai. Bisa jadi, masalah yang dihadapi tersebut memberikan suatu perubahan yang ada dalam hidup seseorang. Jadi, usahakan untuk mengelola emosi negatif dengan baik.

4. Kurangi penggunaan media sosial. Kurangi menggunakan media sosial, karena hal tersebut bisa jadi memicu dan memperparah adanya perilaku positif yang berlebihan. Cobalah untuk mengurangi intensitas membuka medsos dan singkirkan orang yang ada dalam following kamu yang sekiranya memiliki konten yang bisa menyebabkan emosi secara berlebihan. 

Buat diri sendiri menjadi produktif dengan cara melakukan me time, mengasah kemampuan, berolahraga, bernyanyi, melakukan hobi, atau menyelesaikan pekerjaan yang tertunda agar merasa lebih bahagia. 

BACA JUGA: Gangguan Tidur: Ketahui Gejala, Penyebab & Cara Mengobati

5. Bersikap positif tanpa melakukan toxic positivity

Bersikap positif
pexels

Bagaimana sih cara yang tepat untuk memberikan semangat tanpa menjadi terlalu positif? Pastinya, tidak ada seorangpun yang mau untuk berpikiran negatif. Semua orang pasti ingin untuk bangkit dari keterpurukan dari masalah yang dihadapi dan mulai untuk bersikap optimis kembali. 

Kita semua bisa menjadi supporter untuk diri sendiri atau untuk orang lain tanpa adanya perilaku yang terlalu positif. Caranya adalah dengan lebih mempertimbangkan kembali ucapan yang akan dilontarkan ketika sedang menyemangati seseorang yang terpuruk. Sebaiknya, hindari beberapa ucapan berikut ini agar tidak dianggap terlalu positif:

  • “Masih mending kamu segitu, aku malah lebih parah lagi.”
  • “Coba lebih banyak bersyukur deh, masih banyak lho yang kekurangan.”
  • “Sudah, pikirkan hal-hal yang bagus saja, deh.”

Apapun yang dirasakan, sebaiknya untuk selalu melakukan validasi. Jangan lupa untuk menanyakan terlebih dahulu apa yang bisa kita perbuat untuk membantu mereka jika posisinya sebagai supporter orang lain. Contoh kalimat yang bisa diucapkan adalah:

  • “Kamu nggak sendirian. Tenang, aku akan selalu ada disini untuk nemenin.”
  • “Wajar kok kalau kamu ngerasa sedih. Pasti hal ini sangat berat untukmu.”
  • “Apa yang bisa aku bantu agar kamu jadi ngerasa lebih baik?”

Bisa jadi, seseorang mengucapkan kalimat yang terlalu positif tersebut sebagai bentuk rasa simpati terhadap masalah yang sedang orang lain hadapi. Namun, jangan sampai mengabaikan semua emosi negatif yang ada di dalam diri kita.

Seperti salah satu toxic positivity quote yaitu “Honor your feelings” atau hargai perasaanmu. Jika kamu mengabaikan semua perasaan yang ada di dalam lubuk hati, maka itu merupakan tindakan yang merugikan. Seseorang boleh sedih ataupun marah, dan itu adalah sesuatu yang normal. Jangan takut untuk mengekspresikannya.