Platform streaming Netflix lagi-lagi menghadirkan film dokumenter kriminal kelam dengan merilisi Cyber Hell: Exposing and Internet Horror. Film dengan durasi 1 jam 45 menit tersebut sukses membuat geram para penontonnya.
Dirilis pada tanggal 18 Mei 2022 yang lalu, film dokumenter Cyber Hell review sukses meraih skor 80% di situs Rotten Tomatoes dengan 64% audience score, serta mendapatkan bintang 6.5/10 di situs IMDb. Sudah penasaran tentang film dokumenter Cyber Hell? Simak dulu ketujuh fakta menarik dari film garapan Choi Jin-sung berikut ini, yuk!
BACA JUGA: Sinopsis Story of Kale, Spin-Off dari film NKCTHI
1. Cyber Hell: Exposing an Internet Horror, berdasarkan kisah nyata
Film dokumenter yang bertajuk Cyber Hell: Exposing an Internet Horror ini diangkat dari kisah nyata. Berlatar belakang tempat di Korea Selatan, kisah yang dituturkan berfokus pada sebuah kejahatan siber yang terjadi pada rentang tahun 2018 hingga 2020 yang lalu.
Nth Room, merupakan sebuah room chat dalam aplikasi Telegram yang dikelola oleh “Baksa” dan “GodGod”. “Baksa” dan “GodGod” bekerja sama untuk men-stalking para korbannya, mencuri informasi pribadi mereka, kemudian memaksa mereka untuk mengunggah foto-foto telanjangnya ke Nth Room tersebut.
2. Disajikan dalam bentuk film dokumenter apik
Disajikan dalam bentuk dokumenter, Cyber Hell kisah nyata dibalut dengan apik dan menceritakan perjuangan mereka yang berusaha menyeret kasus ini untuk diadili di meja hijau pengadilan Korea Selatan. Selain itu, film dokumenter yang berdurasi selama 1 jam 45 menit tersebut juga berhasil membuat geram para penontonnya saat membahas kasus Nth Room dari sudut pandang para korban yang diwawancarai.
BACA JUGA: Biodata & Profil Xochitl Gomez Beserta Fakta-Fakta Menariknya
3. Disutradarai oleh Choi Jin-sung, sang ahlinya dokumenter
Keberhasilan Cyber Hell dalam menyebarluaskan informasi mengenai kasus internet cybercrime di Korea Selatan ke seluruh dunia ini juga tidak lepas dari peran Choi Jin-sung sebagai sang sutradara. Pria kelahiran tahun 1975 tersebut memang dikenal sebagai salah satu sutradara dan penulis skrip yang kritis akan isu-isu sosial di Korea Selatan dan aktif membela kaum-kaum yang termarginalisasi di sana.
Beberapa karya terkenal miliknya adalah FuckUmentary (2001), Camellia Project (2005), Jam Docu GANGJEONG (2011), serta The Reservoir Game (2017).
BACA JUGA: Mengenal Karakter Jack Lockley, Kepribadian Lain Moon Knight
4. Sudut pandang cerita dari seorang jurnalis
Cyber Hell cerita semakin membuat penasaran ketika ia disajikan dari sudut pandang seorang jurnalis. Ia menceritakan hari-hari pertama ketika Nth Room mulai aktif menyebarkan konten-konten asusila dan mengancam para korbannya.
Penyelidikan dilakukan oleh seorang jurnalis dan koleganya, Kim Wan dan Oh Yeon-seo. Mereka berdua, yang sekaligus menjadi Cyber Hell pemain, berusaha membuat kasus ini mencuat ke khalayak umum. Awalnya, Kim Wan menerima sebuah email dari seseorang yang menyatakan bahwa ada seorang remaja SMA yang menyebarluaskan konten pornografi remaja dan anak-anak melalui Telegram.
Kim Wan pun sebenarnya ragu-ragu untuk mengangkat kisah ini, karena topik pornografi dalam internet telah menjadi problematika masyarakat yang mengakar lama. Tetapi, setelah informasi pribadi Kim Wan dan keluarganya turut disebar ke grup percakapan asusila tersebut, Kim Wan pun mau tidak mau harus menganggap serius laporan yang datang kepadanya tersebut.
Dengan temannya, Oh Yeon-seo, dan juga beberapa orang dari tim investigasi tempat kantor korannya bekerja, Kim Wan akhirnya sadar bahwa ia berurusan dengan salah satu kasus eksploitasi seksual terparah dalam sejarah Korea Selatan, Nth Room.
BACA JUGA: Asal Mula Istilah Bocil Kematian dari Youtuber Windah Basudara
5. Setidaknya 103 wanita dan 26 remaja perempuan di bawah umur menjadi korban
Berdasarkan salah satu sumber, kasus Nth Room yang diceritakan oleh film dokumenter Cyber Hell ini setidaknya telah merugikan 103 wanita dan 26 remaja perempuan di bawah umur. Sepanjang tahun 2018 hingga 2020, foto-foto dan video telanjang mereka diperjualbelikan tanpa consent oleh “Baksa” dan “GodGod” sebagai admin grup. Proses transaksi dilakukan dengan mata uang kripto agar tidak tercium oleh pemerintah Korea Selatan.
Dalam grup tersebut, para wanita dan remaja perempuan di bawah umur yang menjadi korban kerap diancam, diperas, dan dipaksa untuk mengunggah foto dan video seksual ke grup Telegram. Foto dan video tersebut kemudian dijual dan dibagikan ke puluhan ribu pelanggan oleh “Baksa” dan “GodGod”.
Para korban tersebut sering diperintahkan untuk memvideokan diri mereka sendiri yang sedang melakukan tindakan cabul, merendahkan martabat, dan bahkan ada yang diperintah untuk melakukan mutilasi kepada dirinya sendiri. Jika korban tidak mematuhi, “Baksa” dan “GodGod” mengancam akan menyebarluaskan konten pornografi mereka ke teman, keluarga, dan juga sekolah mereka.
BACA JUGA: 50 Tebak Tebakan Gombal yang Romantis tapi Bikin Ketawa
6. Telah tayang di Netflix
Film dokumenter ini telah tayang pada 18 Mei 2022 yang lalu. Sedulur dapat menyaksikannya di platform streaming Netflix. Durasi dari Cyber Hell sendiri berkisar pada 1 jam 45 menit.
7. Perkembangan terakhir dari kasus ini
Berdasarkan dari film dokumenter tersebut, identitas asli dari “Baksa” dan “GodGod” sebagai admin grup Telegram untuk eksploitasi seksual wanita dan remaja di Korea Selatan telah terungkap. Nama asli “Baksa” adalah Cho Ju-bin, sedangkan “GodGod” sendiri diketahui memiliki identitas asli yang bernama Moon Hyung-wook.
Cho Ju-bin sendiri ditangkap pada 16 Maret 2020 lalu, dijerat atas 38 kejahatan. Pada Oktober 2021, ia dijatuhi 42 tahun hukuman penjara. Moon Hyung-wook kemudian ditangkap kepolisian Korea Selatan pada Mei 2020. Pada persidangan, Moon Hyung-wook terbukti telah memperjualbelikan setidaknya 3.762 video, dan dijatuhi hukuman 34 tahun penjara.
Itulah ulasan mengenai Cyber Hell sinopsis dan juga tujuh fakta-faktnya. Saksikan karya sutradara Choi Jin-sung tersebut di platform streaming Netflix.
Mau belanja bulanan nggak pakai ribet? Aplikasi Super solusinya! Mulai dari sembako hingga kebutuhan rumah tangga tersedia lengkap. Selain harganya murah, Sedulur juga bisa merasakan kemudahan belanja lewat handphone. Nggak perlu keluar rumah, belanjaan pun langsung diantar.
Bagi Sedulur yang punya toko kelontong atau warung, bisa juga lho belanja grosir atau kulakan lewat Aplikasi Super. Harga dijamin lebih murah dan bikin untung makin melimpah.