Alam Indonesia menjadi habitat bagi berbagai satwa liar endemik, termasuk juga dengan jenis harimaunya. Jika kita melihat catatan sejarah, maka Indonesia mempunyai tiga jenis harimau. Yaitu harimau Jawa, harimau Sumatera, dan harimau Bali. Tercatat pada tahun 1940, harimau Bali dinyatakan punah.
Kemudian untuk harimau Jawa terakhir tercatat pada 1980-an. Jadi untuk saat ini, hanya harimau Sumatera yang masih tersisa di kawasan hutan Sumatera. Namun, ternyata tidak semua orang tahu pasti tentang harimau.
Terkadang, masyarakat umum belum tahu perbedaan harimau Jawa dan Sumatera ataupun Bali. Padahal ketiganya tidak sama, lho. Oleh sebab itu, mari kita bahas mengenai ketiga jenis harimau asli Indonesia tersebut beserta ciri-cirinya.
BACA JUGA: 6 Monster Laut yang Benar Ada & Masih Hidup Sampai Sekarang
1. Harimau Jawa
Harimau Jawa asli telah dinobatkan sebagai salah satu dari sembilan anak jenis Panthera Tigris, yaitu P.t. Sondaica. Namun, ada kajian baru terhadap beberapa ciri yang terdapat pada tengkoraknya dari harimau tersebut.
Jika dibandingkan dengan beberapa kerabat terdekatnya, para pengkaji menyimpulkan jika harimau Jawa Tengah adalah spesies yang berdiri sendiri. Harimau tersebut juga memiliki nama ilmiah, yakni Panthera Sondaica.
Di samping itu, kajian lain juga berpendapat jika harimau Sumatera pun termasuk dalam spesies penuh, P. Sumatrae. Sementara untuk harimau Bali merupakan anak jenis harimau Jawa dengan nama Trinomial P. Sondaica Balica.
Epitet spesifik Sondaica, merujuk pada beberapa pulau di mana ditemukannya harimau, seperti Sunda Besar, yaitu Sumatera, Jawa, dan Bali. Saat nama tersebut digunakan pertama kali (1844), belum diketahui jika jenis dari Sumatera dan Bali berbeda dengan jenis yang dari Jawa.
Kemudian pada tahun 2017, Satuan Tugas Klasifikasi Kucing dari Cat Specialist Group, merevisi taksonomi kucing. Hal ini membuat seluruh populasi harimau yang hidup dan juga sudah punah di Indonesia (harimau Sumatera, Jawa, dan Bali) digolongkan sebagai P. t. Sondaica.
Apakah harimau Jawa masih ada? Seperti yang tadi sudah dikatakan, jika jenis harimau ini sudah dinyatakan punah di tahun 1980-an. Jadi jangan harap Sedulur masih bisa melihatnya untuk saat ini, kecuali untuk bangkai harimau Jawa yang sudah diawetkan ataupun sebatas gambar harimau Jawa saja.
2. Ciri-ciri harimau Jawa
Jika dibandingkan dengan jenis harimau di Benua Asia yang lain, ukuran tubuh dari harimau ini terbilang lebih kecil. Akan tetapi, harimau dari pulau Jawa ini memiliki ukuran tubuh yang lebih besar daripada harimau Bali, dan kurang lebih hampir sama besar dengan harimau Sumatera.
Harimau Jawa jantan memiliki berat antara 100 sampai 140 kg. Sementara untuk yang betina berbobot lebih ringan, yakni antara 75 hingga 115 kg. Kemudian panjang kepala dan tubuh hewan jantan sekitar 200 sampai 245 cm, dan yang betina sedikit lebih kecil
Jenis harimau ini telah tercatat menghuni hutan-hutan di dataran rendah, dan mungkin pula berkeliaran sampai ke kebun-kebun di sekitar pedesaan untuk mencari makanan bagi anak harimau Jawa tersebut. Ya, dulu pada masanya, hewan ini kerap dianggap sebagai hama sehingga banyak diburu atau diracun.
Untuk wilayah penjelajahannya tidak lebih dari ketinggian 1.200 mdpl. Masyarakat di Jawa, menyebutnya dengan panggilan loreng, simbah, kyai, maung, gembong, dan lodhaya. Tentu saja sebutan tersebut digunakan di wilayah-wilayah yang berbeda.
BACA JUGA: 10 Perbedaan Sel Hewan dan Sel Tumbuhan, Lengkap!
3. Harimau Sumatera
Untuk sekali makan, jenis harimau ini bisa menghabiskan sampai 18 kilogram daging. Jadi, untuk satu pekan, ia membutuhkan setidaknya satu ekor mangsa besar seperti babi hutan atau rusa. Jika dikalkulasikan, maka dalam satu tahun harimau Sumatera butuh sekitar 50 ekor mangsa.
Setiap individu memiliki batas wilayah jelajah. Area jelajah dari harimau Sumatera ini bervariasi, tergantung dari jenis kelamin, lokasi, musim, serta kepadatan satwa mangsanya. Jika kepadatan satwa mangsa tinggi, maka wilayah jelajah harimau cenderung sempit.
Biasanya luas jelajah yang dikuasai oleh harimau jantan dapat mencapai 280 km persegi. Sedangkan untuk yang betina menguasai area sepertiganya dari luas jelajah jantan. Daerah jelajah pejantan biasanya juga bersinggungan dengan daerah jelajah beberapa betina.
Sama seperti jenis kucing lainnya, harimau akan menyemprotkan urine untuk menandai wilayah jelajahnya. Selain itu, ia juga akan menggaruk tanah dan juga batang pohon.
Harimau betina akan melahirkan antara 2 sampai 3 ekor anak, setelah melalui masa kehamilan selama 3,5 bulan. Kemudian ia akan membesarkan anaknya selama kurang lebih dua tahun. Saat membesarkan anak, terkadang induk betina berada di dekat permukiman untuk mencari tempat yang aman bagi anak-anaknya.
Sebagai predator puncak rantai makanan, kepunahan harimau Sumatera akan membuat ekosistem di sekitarnya menjadi tidak imbang. Jumlah hewan mangsanya akan meningkat, dan mungkin bisa menjadi hama bagi masyarakat yang tinggal di dekat hutan.
Untuk saat ini, harimau Sumatera diklasifikasikan sebagai satwa yang terancam punah atau critical endangered. Hal ini karena jumlahnya yang semakin menurun oleh daftar merah IUCN.
Menurut UU No 5 Tahun 1990, harimau Sumatera juga masuk dalam kategori dilindungi karena ancaman berupa perburuan liar, perdagangan ilegal, deforestasi, konflik dengan manusia, serta pembangunan jalan dan infrastruktur yang memangkas habitat dari harimau tersebut.
4. Ciri-ciri harimau Sumatera
Harimau Sumatera jantan memiliki panjang tubuh kurang lebih 2,40 meter dengan tinggi 60 sentimeter serta berat kurang lebih 120 kg. Sedangkan untuk yang betina, panjang tubuhnya kurang lebih 2,2 meter dengan tinggi 60 sentimeter serta berat tubuh 90 kg.
Umumnya, harimau Sumatera mempunyai warna dominan oranye dengan corak garis hitam yang khas. Garis-garis hitam yang disebut loreng tersebut membedakan antar individu. Selain itu, bulunya juga berfungsi untuk kehangatan, penyamaran, dan juga perlindungan diri.
Masyarakat di Sumatera menyebut harimau endemiknya ini dengan nama rimau, rimueng, datuk, imau, ompung, inyak, dan ampang limo. Harimau Sumatera termasuk jenis hewan yang mencari makan ketika pagi dan senja. Beberapa makanan kesukaannya seperti rusa, babi hutan, dan muncak.
Ketika sedang mencari makan, harimau akan mengintai, mengendap, melompat, kemudian menyergap dan membuat mangsanya mati dengan kakinya yang pendek tapi kokoh. Kekuatan utama dari harimau ini adalah tenaga, bukan daya berlari jauh dalam jangka waktu lama.
Mata harimau Sumatera akan memancar saat gelap. Nah, kumis di bagian mulut, digunakan untuk menyerang mangsa dan navigasi saat kondisi gelap. Kemudian telapak tangannya yang tebal dan lebar akan membuat harimau bisa berjalan dengan senyap.
BACA JUGA: 14 Hewan Paling Setia Pada Pasangannya, Termasuk Buaya!
5. Harimau Bali
Hariamu Bali atau Panthera Tigris Balica, merupakan subspesies harimau endemik Bali yang saat ini sudah punah. Jenis harimau yang satu ini memiliki ukuran tubuh yang paling kecil jika dibandingkan dengan subspesies harimau lain di dunia.
Harimau Bali terakhir diketahui ditembak pada tahun 1925 lalu. Setelah itu, secara resmi dinyatakan punah pada tanggal 27 September 1937. Penyebab dari kepunahannya satwa endemik tersebut, karena hilangnya habitat dan juga perburuan secara besar-besaran.
Perkembangan terakhir tentang satwa ini, yakni dilakukannya revisi taksonomi oleh Satuan Tugas Klasifikasi Kucing dari Cat Specialist Group. Hasilnya, mereka memasukkan harimau Bali sebagai golongan Panthera Tigris Sondaica.
6. Ciri-ciri harimau Bali
Seperti yang tadi sudah dibilang, jika harimau Bali adalah subspesies terkecil dari Harimau. Untuk harimau jantan, mempunyai panjang 2,13 meter dan berat sekitar 99,7 kg. Sedangkan untuk harimau yang betina, panjangnya bisa mencapai 1,8 meter dengan berat sekitar 79,3 kg.
Perawakan dari jenis harimau Bali ini hampir mirip seperti macan tutul ataupun puma. Perbedaan antara harimau ini dengan jenis harimau lain yang masih ada sekarang, adalah bentukan pola lorengnya yang sangat tipis. Jadi warna oranye pada tubuhnya terlihat lebih dominan.
Wilayah persebaran dari harimau Bali terkonsentrasi di area Bali bagian barat, di mana area tersebut masih banyak tertutup oleh hutan jika dibandingkan dengan area yang lain di Bali. Karena ukuran tubuhnya yang relatif kecil, membuat jangkauan jelajah dari harimau ini juga tidak seluas harimau yang lainnya.
Diperkirakan, area penjelajahannya sekitar 20 sampai 30 mil persegi. Di alam liar, harimau Bali bisa hidup antara 8 hingga 10 tahun. Sebelum penjajah Belanda datang, harimau ini sangat ditakuti dan dihormati oleh penduduk lokal.
Sampai akhir abad ke-17, diperkirakan masih ada sekitar 300 ekor yang masih hidup. Namun area Bali yang sempit, tidak mendukung kapasitas hidup dari harimau ini. Terlebih lagi perburuan yang dilakukan oleh kolonial Belanda membuat jumlahnya terus berkurang.
BACA JUGA: Contoh dan Ciri-Ciri Hewan Vertebrata Serta Klasifikasi Kelasnya
Nah, itulah informasi mengenai harimau Jawa, harimau Sumatera, dan juga harimau Bali yang perlu untuk Sedulur ketahui. Dari ketiga satwa endemik tersebut, saat ini hanya harimau Sumatera saja yang masih tersisa. Itupun juga dengan status sebagai satwa yang terancam punah.
Perlu untuk Sedulur ketahui, menjaga lingkungan dan habitat dari para satwa itu penting. Ketika ada satu bagian dari rantai makanan yang hilang, maka kehidupan tidak akan berjalan seimbang. Jadi jangan sampai nasib harimau Sumatera berakhir sama seperti jenis harimau yang lain.