E commerce adalah salah satu terma yang sangat umum kita dengar saat ini. Seiring dengan keberadaan ponsel pintar dan komputer jinjing, ia sudah jadi sesuatu yang lumrah dan dekat dengan kehidupan sehari-hari manusia modern.
Sudahkah Sedulur paham dengan makna e-commerce? Apakah ia sama dengan marketplace dan online shop? Semuanya bakal dibahas tuntas di sini. Gulir untuk tahu lebih jauh.
BACA JUGA: Apa Itu Landing Page, Ini Pengertian, Fungsi & Contohnya
Apa itu e commerce?
E commerce adalah contoh model bisnis yang memungkinkan perusahaan ataupun individu melakukan transaksi jual beli melalui jaringan internet. Untuk bisa terkoneksi dengan internet, dibutuhkan perangkat seperti tablet, ponsel pintar, ataupun komputer. Lewat jaringan ini, jenis produk yang ditawarkan pun tak lagi terbatas. Apa yang tidak bisa ditemukan di kotamu, bisa Sedulur peroleh dari penjual atau produsen di kota lain, bahkan lintas negara.
Produk pun tidak hanya berupa barang fisik, tetapi bisa juga produk digital macam musik, langganan layanan streaming, gim, tiket pesawat, saham, kursus daring, dan lain sebagainya. Menurut Investopedia, e-commerce tergolong dalam kategori teknologi disruptif, yaitu teknologi yang mengubah perilaku ekonomi manusia secara umum. Baik produsen dan pebisnis hingga ke level konsumen atau pengguna. Dalam kategori ini, e-commerce di masa kini bersanding dengan portal berita daring, GPS, hingga jasa transportasi online. Dulunya, televisi, mobil, dan listrik juga pernah masuk dalam kategori teknologi disruptif tersebut.
Awal kemunculan
Sebelum menjadi sesuatu yang lumrah dan biasa saat ini, Ensiklopedia Britannica mencatat bahwa proses transaksi secara tidak langsung dilakukan melalui teknologi bernama telex atau jaringan telegraf di tahun 1948, beberapa tahun usai Perang Dunia II. Saat itu, Uni Soviet yang menduduki Jerman Timur memberlakukan blokade jalur transportasi darat dan air dari Barat ke Berlin dan sebaliknya. Isolasi ini mendorong dilakukannya transaksi secara tidak langsung.
Namun, transaksi menggunakan jaringan internet dan PC baru ditemukan di tahun 1969 seperti dilansir George Washington University di laman mereka. Penemunya e commerce pertama adalah dua mahasiswa teknik asal Ohio yang membangun situs bernama CompuServe Information Service (CIS). Situs ini mendulang popularitas di tahun 1980 dan 1990an dengan menyediakan fitur chat dan penjualan software. Ini berkat penemuan seorang berkebangsaan Inggris, Michael Aldrich di tahun 1979 yang membuat sistem pengamanan transmisi data. Sistem tersebut secara luas digunakan untuk e commerce dan transaksi finansial melalui internet hingga kini.
Setalah CIS, muncul berbagai situs serupa seperti Boston Computer Exchange, Amazon, dan eBay di tahun 1990an. Kemudian, diikuti dengan PayPal yang menyediakan dompet digital yang aman dan terpercaya untuk penggunaan pribadi maupun perusahaan. Dari sini muncul berbagai situs dan aplikasi dompet digital lain yang punya fitur kurang lebih sama dengan para pelopor tersebut, misalnya saja Etsy dan Alibaba, serta e wallet macam Apple Pay dan Square. Google pun tak ketinggalan, sebagai mesin pencarian terbesar, ia menawarkan jasa iklan untuk para pebisnis.
BACA JUGA: Telemarketing: Pengertian, Tugas, Karir & Skill yang Dibutuhkan
Perkembangannya di Indonesia
Di Indonesia sendiri, perilaku belanja daring baru muncul di akhir tahun 1990an dan menjadi lumrah di tahun 2010an. Pelopornya adalah situs Bhinneka.com yang didirikan pada 1993. Situs ini fokus pada transaksi jual beli barang-barang elektronik, baik untuk kebutuhan individu maupun antar perusahaan. Kemudian disusul dengan forum lintas fungsi bernama Kaskus di tahun 1999. Awalnya hanya untuk ruang nongkrong dan ngobrol secara daring, ia berkembang jadi forum jual beli yang cukup disukai.
Lalu, muncul berbagai nama lain seperti Tokobagus (OLX), Berniaga, Bukalapak, Tokopedia, Lazada, Shopee, BliBli, dan lain sebagainya. Semua memiliki kelebihan dan kekurangan sendiri dan terus bersaing di pasar e-commerce Indonesia.
Keuntungan e-commerce
Fungsi e commerce tentu memudahkan proses transaksi jual beli antara konsumen dengan produsen ataupun distributor. Dulu orang harus melakukan transaksi langsung ke toko secara fisik, kini digantikan dengan sistem pembelian tak langsung dan pengiriman melalui jasa ekspedisi. Apa saja keuntungan dari eksistensi e-commerce di dunia?
- Menembus batas geografi. Semua aktor ekonomi (produsen, distributor, dan konsumen) bisa terkoneksi satu sama lain tidak peduli lokasi mereka. Meskipun tetap ada keterbatasan, seperti ketersediaan jasa ekspedisi yang mendukung.
- Meningkatkan penjualan, terutama untuk produsen dan distributor yang kini bisa menjangkau lebih banyak calon pembeli lewat iklan dan mesin pencarian.
- Pengurangan biaya operasional karena biaya iklan lebih murah, proses transaksi lebih efisien, dan sebagian pebisnis tidak memerlukan toko fisik.
- Menghemat waktu untuk para konsumen. Mereka tidak perlu lagi keluar rumah dan memasukkan barang-barang di troli, cukup pilih barang dari mana saja melalui gawai yang terkoneksi dengan internet.
- Memungkinkan konsumen mendapatkan harga terbaik karena pilihan lebih banyak dan beragam, dengan harga yang bisa mereka bandingkan sendiri.
- Belanja bisa dilakukan kapan saja, tidak terbatas pada jam buka. Meskipun pelayanan dan pengirimannya tidak instan.
- Ada ruang untuk niche market, yaitu produk atau jasa yang cukup spesifik dan dicari orang-orang tertentu saja. Misalnya kebutuhan hobi yang khusus, seperti musik, aquascape, dan lain sebagainya.
- Penjual tidak perlu membuat situs sendiri di awal bisnis. Marketplace bisa jadi ajang pengenalan produk sebelum akhirnya pindah ke toko daring sendiri ketika volume penjualan merangkak naik.
BACA JUGA: Pengertian Wiraswasta dan Bedanya dengan Wirausaha
Sisi gelap e-commerce
Situs dan aplikasi e-commerce juga punya sisi gelap tersendiri. Ia tidak selalu memudahkan dan membawa kemaslahatan. Di sisi lain, ada pihak yang mungkin dirugikan dengan keberadaannya. Misalnya sebagai berikut.
- Mempromosikan budaya konsumsi tinggi dengan berbagai notifikasi promo gratis ongkos kirim, voucher, hingga diskon besar-besaran.
- Produk tidak bisa diperagakan di depan mata, sehingga ada risiko penipuan dan ketidakcocokan dengan ekspektasi.
- Proses pengiriman yang memakan waktu sehingga konsumen tidak bisa langsung merasakan manfaat produk sesaat setelah melakukan pembayaran. Beberapa bahkan hilang atau rusak selama pengiriman.
- Risiko kebocoran data sensitif pengguna dan upaya hacking dari pihak ketiga
- Sangat bergantung pada performa situs dan servernya. Kerusakan atau gangguan pada sistem bisa menghambat transaksi dan berujung pada kerugian.
- Beberapa barang tidak bisa diperjualbelikan secara daring karena ada risiko rusak selama perjalanan, misalnya makanan.
- Adanya risiko pelanggaran hak cipta. Misalnya produk yang dijual kembali oleh pihak lain tanpa izin atau bahkan desainnya ditiru tanpa izin.
- Kompetisi yang tidak sehat antar pelaku bisnis karena ambisi meningkatkan volume penjualan dan mempercepat proses pengiriman.
Apa bedanya dengan marketplace?
E commerce dan marketplace sering dianggap sebagai satu hal yang sama. Namun, ternyata ada perbedaannya, nih, Sedulur. Marketplace adalah salah satu jenis e commerce. Keduanya sama-sama memfasilitasi proses jual beli antara konsumen dengan produsen dan distributor. Namun, marketplace memiliki fungsi spesifik menyediakan tempat untuk para produsen dan distributor menawarkan produk dan jasa mereka. Pun dengan begitu memungkinkan konsumen untuk mencari penyedia produk dan jasa yang lebih beragam.
Dari definisi tersebut, marketplace pun tidak mengatur secara langsung inventori mereka. Ada produsen atau pedagang yang melakukannya. Pengelola marketplace adalah pemilik lahan atau platform dan seller “menyewa” tempat di lahan tersebut untuk berjualan.
Sama seperti pasar tradisional, akan ada biaya yang dibebankan pada penyewa lahan untuk kebersihan dan fasilitas lain yang mereka dapat. Dalam hal ini pengelola menyediakan situs yang reliable, sistem pembayaran yang aman dan terpercaya, hingga subsidi gratis ongkos kirim. Tentunya fasilitas tersebut tidak diberikan secara cuma-cuma. Pengelola tidak akan menarik biaya sewa dalam bentuk iuran keanggotaan, tetapi pemotongan sebagian dana di setiap transaksi yang berhasil. Besarannya bermacam-macam, mulai 1-10 persen tergantung pada kebijakan masing-masing marketplace.
BACA JUGA: Cara Memulai Bisnis Sayuran Segar, Modal Kecil Untung Belimpah
Tipe marketplace berdasarkan target audience
Berdasarkan aktor yang terlibat, marketplace bisa dibagi menjadi tiga jenis.
- Business to business (B2B) yaitu platform yang memfasilitasi transaksi antara institusi bisnis dengan institusi bisnis lainnya. Misalnya produsen barang siap pakai dengan vendor atau produsen bahan baku. Bisa juga retailer dengan produsen. Contohnya Monotaro, Bhinneka, dan Ralali.
- Business to consumer (B2C) adalah platform yang memungkinkan produsen berinteraksi dengan konsumen yang sifatnya perseorangan. Konsumen yang merupakan pengguna langsung dari barang yang ditawarkan tersebut. Misalnya saja Traveloka, Amazon, AliExpress.
- Peer to Peer (P2P) merupakan jenis transaksi yang memungkinkan individu saling melakukan transaksi atas suatu produk. Misalnya barang bekas atau barang produksi independen mereka sendiri. Contohnya saja OLX dan Etsy.
Tipe-tipe marketplace berdasarkan fokus bisnis
Merujuk artikel yang ditulis Forbes, ada beberapa tipe marketplace yang berkembang di dunia berdasarkan fokus bisnisnya. Berikut penjelasannya.
- Vertikal, yaitu platform jual beli yang menyediakan produk dari beragam sumber (produsen dan distributor), tetapi spesifik pada satu kategori barang dan beberapa yang terkait. Misalnya hanya perhiasan atau barang elektronik saja. Contohnya, Zalora, Moselo, Etsy, JD.ID
- Horizontal sebaliknya, ia menyediakan berbagai macam jenis produk, tetapi semua produknya punya karakter yang sama. Platform jenis ini dibuat untuk memfasilitasi pengguna yang ingin membeli barang dari toko retail tanpa harus memasang banyak aplikasi dan membayar ongkir secara terpisah. Contoh marketplace jenis ini adalah Aplikasi Super.
- Global merupakan marketplace yang menjual apa saja dengan kategori yang sangat luas. Mulai dari barang A sampai Z dan dari berbagai sumber. Contohnya Shopee, Tokopedia, dan BliBli, eBay, AliExpress.
- Hybrid adalah jenis baru. Mereka memadukan semua tipe marketplace yang ada. Tak hanya mencari barang dari sumber-sumber eksternal. Mereka juga menjual barang kurasi dan produksi mereka sendiri. Contoh hybrid marketplace adalah Amazon dan Walmart.
BACA JUGA: 8 Panduan Memulai Bisnis Pet Shop yang Mudah & Menjanjikan
Jenis marketplace berdasarkan pendekatan manajemennya
Perbedaan marketplace bisa dilihat dari manajemennya. Berikut beberapa tipe yang berkembang.
- Unmanaged yaitu marketplace yang membebaskan pengguna untuk melakukan transaksi berdasarkan kepercayaan satu sama lain. Pengguna bisa melihat kredibiltas penjual dari ulasan pembeli sebelumnya dan platform marketplace tidak bertanggung jawab sama sekali atas risiko kerugian.
- Lightly managed adalah tipe manajemen yang paling sering kita temukan di marketplace. Pengelola akan meminta penjual dan pembeli melakukan verifikasi data di awal pendaftaran. Biasanya platform akan menjamin proses pengembalian dana bila memang ditemukan masalah dalam transaksi. Namun, ada syarat-syarat yang harus dipenuhi sebelum kebijakan tersebut bisa diberlakukan. Misalnya harus menyertakan foto unboxing dan lain sebagainya. Platform hanya bertugas sebagai mediator antara pembeli dan penjual saat ada masalah, serta menjamin keamanan transaksi.
- Fully managed adalah marketplace yang memiliki kontrol penuh atas transaksi yang berlangsung lewat platform mereka. Pihak yang akan menjadi penjual harus menyertakan data dan identitas untuk verifikasi. Biasanya platform hanya akan menerima produsen skala besar atau distributor resmi yang memiliki dokumen lengkap seperti izin dan surat wajib pajak. Pengelola platform akan terlibat dalam banyak hal, termasuk memastikan kualitas produk benar-benar layak sesuai standar mereka, bahkan ikut dalam proses pengiriman barang ke konsumen. Ini semua dilakukan untuk menjamin keamanan dan kepuasaan konsumen. Tentu saja komisi yang mereka patok lebih tinggi.
Bentuk e commerce lainnya
E commerce tidak hanya berbentuk marketplace. Ia bisa berupa toko daring dari produsen yang spesifik. Misalnya toko alat tulis A yang setelah bertahun-tahun membuka toko lewat platform Etsy memilih untuk membuka toko sendiri. Toko A akan membangun situs sendiri yang memungkinkan konsumen atau pelanggannya melakukan transaksi di situs tersebut. Sama halnya ketika melakukan pembelian melalui Etsy. Tentunya keamanan dan kenyamanan berbelanja harus tetap dijamin. Untuk itulah ada beberapa platform e commerce yang memungkinkan hal ini, antara lain Shopify, WooCommerce, Magento, BigCommerce, Big Cartel, dan lain sebagainya.
E commerce seperti ini memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri. Apa kelebihannya?
- Tidak ada potongan biaya di tiap transaksi
- Kontrol penuh atas situs dan toko, tidak ada sanksi, batasan, larangan dan ketentuan yang harus dipatuhi seperti saat “menyewa lahan” di marketplace.
- Tidak ada kompetisi di dalam situs, pengunjung hanya akan fokus pada produk pemilik situs atau bisnis tersebut
- Bisa membuat brand awareness sendiri, mulai pencantuman logo dan UI yang sesuai dengan keinginan pemilik bisnis.
Lalu, apa kekurangannya?
- Tanggung jawab penuh atas pembuatan dan maintenance situs, mulai dari keamanan data pengguna dan kemudahan transaksi.
- Perlu dana dan waktu yang tidak sedikit, makanya ia lebih disarankan untuk pebisnis yang sudah memiliki volume penjualan sedang dan tinggi.
- Harus mencari dan meningkatkan traffic (jumlah kunjungan ke situs) secara mandiri. Bisa lewat SEO, Google Ads, dan lain sebagainya.
BACA JUGA: 25 Ide Peluang Bisnis Online Tanpa Modal yang Menguntungkan
Tips memulai bisnis daring sendiri
Di era macam ini, Sedulur pasti pernah tergoda untuk memulai bisnis daring. Apalagi dengan kesuksesan orang di kanan kiri kita. Namun, membangun bisnis bukan perkara sepele. Perlu kejelian dan komitmen tingkat tinggi. Berikut beberapa tips yang bisa Sedulur pertimbangkan.
- Tentukan fokus bisnismu. Akan lebih baik bila Sedulur memulai dari satu sektor atau kategori produk/jasa dulu sebelum memperluas jejak. Mulai dari skala kecil untuk mengetes pasar dan seberapa jauh pengetahuanmu. Kamu bisa memulai dari hobi atau bidang yang benar-benar diminati. Nantinya akan lebih mudah, karena sudah ada dasar rasa penasaran dan kecintaan. Dengan begitu, Sedulur akan termotivasi untuk terus mencari tahu, mengoreksi kesalahan, dan mengembangkan bisnis.
- Memanfaatkan dan mengoptimasi sumber daya serta keterampilan yang dimiliki. Akan lebih mudah bila Sedulur memulai bisnis dari keterampilan yang sudah dikuasai. Dengan begitu, permulaannya tidak terlalu jauh. Sedulur juga sudah nyaman dan percaya diri saat menjajakan jasa atau produk yang sudah melalui proses pemolesan selama beberapa waktu.
- Cari ketersediaan bahan baku, supplier maupun vendor. Ini penting untuk keberlangsungan operasional bisnismu. Proses ini pun menyita waktu, tenaga, dan pikiran. Namun, ia adalah tahap yang sangat menentukan.
- Cari saluran distribusi yang tepat. Apakah Sedulur akan mencari reseller, menggunakan platform marketplace atau membangun situs sendiri. Tentunya setiap saluran memiliki kekurangan dan kelebihan tersendiri. Namun, pasti ada satu yang paling pas dengan situasi bisnis Sedulur saat ini.
- Buat branding yang sesuai dengan produk dan visimu. Cari cerita yang menarik tentang bisnismu dan sulap jadi identitas untuk produk yang kamu tawarkan. Dari warna, logo, desain produk, hingga gaya bahasa yang dipakai.
- Lakukan strategi pemasaran yang tepat sasaran. Bisa dengan pasang iklan atau membuat konten di media sosial untuk memperluas audiens dan brand awareness.
Itu beberapa hal tentang e-commerce. Mulai dari pengertian, tipe-tipenya, hingga tips membangunnya sendiri. Semoga jadi wawasan baru buat Sedulur yang hendak membangun bisnis sendiri.
Mau belanja bulanan nggak pakai ribet? Aplikasi Super solusinya! Mulai dari sembako hingga kebutuhan rumah tangga tersedia lengkap. Selain harganya murah, Sedulur juga bisa merasakan kemudahan belanja lewat handphone. Nggak perlu keluar rumah, belanjaan pun langsung diantar. Yuk, unduh aplikasinya di sini sekarang!
Bagi Sedulur yang punya toko kelontong atau warung, bisa juga lho belanja grosir atau kulakan lewat Aplikasi Super. Harga dijamin lebih murah dan bikin untung makin melimpah. Langsung restok isi tokomu di sini aja!