Merujuk pada Stanford Encyclopedia of Philosophy, hedonisme berasal dari bahasa Yunani kuno “hedone” yang berarti kesenangan. Dalam kehidupan sehari-hari, istilah tersebut banyak dikaitkan dengan kecenderungan manusia mengejar kebahagiaan duniawi dan meminimalisasi rasa sedih serta terluka. Contohnya seperti membeli barang-barang mahal, makan makanan yang disuka, bepergian ke tempat yang indah, memperkaya diri, dan lain sebagainya.
Sebenarnya apa itu hedonisme serta dampaknya bagi kehidupan seseorang? Semua bakal dikupas tuntas di sini. Gulir langsung ke bawah, Sedulur.
BACA JUGA: 12 Cara Bersyukur pada Tuhan, Bikin Hati Tentram & Bahagia!
1. Definisi hedonisme
Masih bersumber dari Ensiklopedia milik Stanford, hedonisme merupakan cara seseorang menilai kehidupan dari dua elemen utama yaitu kesenangan dan luka. Kesenangan secara sederhana adalah perasaan bahagia, lega, euforia, suka, puas, ceria, antusias, cinta, dan lain sebagainya. Sementara luka di sini termasuk rasa gelisah, marah, sebal, bosan, duka, benci, tersinggung, dan apapun yang membuat kita tak merasa nyaman.
Menurut Ensiklopedia Britannica, pelopor hedonisme adalah filsuf bernama Aristippus yang memperkenalkan aliran Cyrenaics, yaitu mempercayai bahwa hidup yang indah tercipta dengan mengutamakan kesenangan dan menghindari rasa sakit. Ini kemudian berkembang menjadi konsep utilitarianisme yang kurang lebih berbunyi sama. Tujuan individu hidup di dunia adalah meraih sebesar-besarnya kesenangan.
2. Aliran hedonisme
Dengan begitu, banyak yang menyederhanakan penganut gaya hidup hedonisme sebagai sosok yang cenderung melupakan nilai dalam hidupnya. Dengan kata lain mereka memilih untuk tidak memikirkan sisi moral dari perbuatan dan keputusan yang mereka buat. Ternyata hal ini tidak sepenuhnya benar. Melansir artikel ilmiah Ksendzova, dkk. dalam Jurnal Personality and Individual Differences, ada dua aliran hedonisme, yaitu.
Value-based hedonism adalah kelompok hedonis yang menganggap kesenangan sebagai nilai utama dalam hidup mereka di atas segala tujuan lainnya. Aliran pertama ini tidak mengejar kebahagiaan berlebih dan cenderung mindful dengan apa yang mereka sudah miliki. Singkatnya, mereka adalah penganut hedonis yang bisa mengontrol apa yang mereka butuhkan dan inginkan dalam hidup. Mereka juga biasanya lebih terafiliasi atau dekat dengan kecenderungan pemahaman liberal ketimbang konservatif.
Maladaptive hedonism adalah fase di mana orang mulai kecanduan akan kesenangan dan kebahagiaan. Orang-orang ini memiliki kecenderungan mengejar lebih banyak kesenangan, bahkan berlebih. Mereka cenderung terbuka akan perubahan dan rela berkorban demi mendapatkan kesenangan tersebut. Aliran ini juga dikategorikan sebagai orang-orang dengan conscience yang rendah, yaitu insting dan komitmen untuk membedakan mana yang benar dan salah.
BACA JUGA: Pahami Trust Issue, Ini Tanda-tanda dan Cara Mengatasinya
3. Sikap hedonisme dalam kehidupan sehari-hari
Sesuai dengan hedonisme yang artinya mencari kesenangan dan menghindari rasa sakit, ada banyak hal yang mencerminkan konsep tersebut di dunia nyata. Tak ada manusia yang tidak pernah bersikap hedonisme, sebab mencari kesenangan adalah naluri manusiawi. Melansir penelitian Taquet, dkk. yang berjudul Hedonism and the Choice of Everyday Activities di tahun 2016, ia merangkum tiga hipotesis yang menjelaskan bagaimana seseorang bisa melakukan tindakan yang mencerminkan hedonisme.
Hedonisme yang datang karena kesempatan, yaitu saat kita melihat peluang untuk memperbaiki suasana hati atau mendapat kesenangan dari hal-hal yang terjadi di sekitar kita saat itu juga tanpa direncanakan. Sebagai contoh Sedulur melihat barang yang diincar sedang diskon padahal sebelumnya tidak ada rencana untuk belanja di hari itu. Maka, seketika rasa ingin memuaskan diri sendiri pun naik dan terjadilah tindakan impulsive buying.
Sikap hedon karena kebutuhan ini datang saat seseorang merasakan sedih atau bimbang yang membuatnya merasa tak nyaman. Dari alam bawah sadarnya ia pun beranggapan bahwa hal-hal yang ia sukai mungkin bisa membuatnya melupakan sejenak rasa sedih dan bingung tersebut. Sedulur pasti pernah nih merasa bimbang atau sedih, kemudian secara sadar membeli makanan kesukaan yang harganya lebih mahal dari budget uang makanmu hari itu atau membeli tiket nonton film untuk melupakan sejenak masalah yang mengintai. Tidak selalu barang, kamu bisa juga mendapat kesenangan misalnya dengan menonton serial seharian dan menunda tugas hari itu karena merasa sedih.
Hedonisme muncul karena manusia memiliki beberapa tujuan dalam satu waktu. Manusia memiliki banyak motif dalam setiap keputusannya, kadang saling tumpang tindih. Ada yang untuk jangka panjang, tetapi tak jarang yang hanya untuk kesenangan sesaat. Maka, tak jarang kita pun mengambil keputusan atau melakukan sesuatu yang tidak begitu menyenangkan sekarang, tetapi dampaknya bisa untuk jangka panjang. Sebagai contoh kamu mengambil pekerjaan yang sebenarnya tidak begitu kamu suka, tetapi kamu tahu akan ada banyak pengalaman dan koneksi yang bisa kamu dapatkan untuk kesenangan di masa depan, yaitu pekerjaan yang lebih baik dan penghasilannya lebih besar misalnya. Seseorang bisa melakukan pengorbanan, tetapi dengan tujuan mencapai kepuasaan jangka panjang.
BACA JUGA: Definisi dan Gejala Gangguan Depresi Mayor
4. Faktor yang menyebabkan atau mendorong hedonisme
Tentunya hedonisme didorong oleh beberapa faktor, antara lain.
Kebutuhan untuk merasakan kesenangan meski sebenarnya hanya sementara. Seperti yang dibahas oleh Achmad Soleh dalam International Journal of Social Science and Humanity hedonisme ini kebanyakan hanya akan memenuhi keinginan kita untuk merasakan rasa senang, nyaman, dan puas dalam waktu yang singkat. Ini karena pada dasarnya manusia akan bereaksi pada hal yang baik dan buruk secara singkat, selebihnya kita lebih sering merasa netral.
Manusia membutuhkan stimulasi setiap waktu. Tak ada orang yang ingin merasa bosan. Stimulasi pun dibutuhkan untuk membuat kita merasakan berbagai emosi. Tentunya dalam konsep hedonisme adalah emosi yang positif seperti rasa puas, senang, keinginan untuk tersenyum, atau menangis bahagia. Ini bisa didapatkan dengan berbagai cara, tidak harus berkaitan dengan barang, bisa dengan bertemu orang yang kita suka, menonton film, mendengarkan musik. Stimulasi semacam ini mulai banyak yang ditawarkan dengan sistem berbayar.
Keinginan untuk bahagia di masa depan. Manusia juga mudah sekali dibuat khawatir dengan masa depannya. Untuk itu, beberapa orang melakukan banyak hal hedonis untuk mendapatkan kemapanan dan kenyamanan di masa depan dengan tak ragu melakukan pengorbanan. Misalnya dengan menginvestasikan dana dan penghasilan mereka untuk membeli saham atau aset.
5. Akibat dan cara mengurangi kecenderungan hedonisme
Akibat dari hedonisme sebenarnya tidak semuanya buruk. Beberapa bahkan mungkin baik untuk kesehatan mentalmu. Banyak yang mengasumsikan hedonisme dengan pemborosan, tetapi di ranah yang lebih luas misalnya seseorang yang hedonis untuk masa depan justru bisa merencanakan keuangannya dengan baik dan tertata.
Sikap hedonis juga bisa dipakai untuk mengurangi rasa stres. Seorang hedonis akan merasa lebih bahagia bila bisa mengatur dengan jeli kapan ia butuh bersenang-senang dan kapan harus berkorban serta berhenti sejenak. Intinya tidak ada yang salah dengan mengutamakan kebahagiaan diri sendiri asalkan kita bisa melakukannya dengan mindful alias seimbang.
Namun, buat Sedulur yang merasa kebiasaan mengutamakan kebahagiaan justru membawa dampak buruk. Ada beberapa tips yang bisa dicoba sebagai berikut.
- Fokus pada kebahagiaan dari sesuatu selain kepemilikan akan barang misalnya koneksi dengan orang terdekat, istirahat cukup, minum teh hangat sambil bersantai, olahraga dan pola hidup sehat. Kebahagiaan tidak selalu berkorelasi dengan materi, kok.
- Imbangi dengan altruisme. Altruisme adalah aktivitas yang bermakna seperti membantu teman, menjadi sukarelawan atau terlibat dalam aktivisme untuk isu yang kamu suka. Di sisi lain kegiatan macam ini bermanfaat untuk orang banyak selain dirimu. Perasaan berguna dan bermanfaat itulah sumber kebahagiaanmu.
- Kembangkan dan jalani hobimu. Hobi adalah hal yang membawa kebahagiaan secara langsung maupun tidak. Dengan hobi kamu akan terus merasa terstimulasi, tetapi ke hal-hal yang produktif dan tentunya membawa rasa puas, senang, dan lega. Hobi tidak harus menghasilkan uang, kok.
- Manfaatkan memorimu untuk mengenang hal-hal dan pengalaman menyenangkan dalam hidupmu. Kamu tidak perlu melakukannya, mengenangnya saja sudah bikin bahagia. Kamu bisa mengenang hal-hal bahagia itu dengan menuliskannya di jurnal, lalu baca kapanpun Sedulur membutuhkan motivasi atau penghiburan.
BACA JUGA: Ikigai, Intip Cara Orang Jepang Mengejar Kebahagiaan
6. Eudaimonisme sebagai penyeimbang dari hedonisme
Kesemua tips di atas adalah salah satu cara mengembangkan yang disebut eudaimonisme. Michiko Kumano mencoba membandingkan hedonic well-being dengan eudaimonic well-being yang sebenarnya memiliki banyak kemiripan. Namun, eudaimonisme lebih dekat dengan ikigai. Ikigai sendiri adalah ketika empat aspek dalam manusia, yaitu minat, keahlian, profesi, dan misi menemukan irisannya. Di sini orang juga mencari kebahagiaan, tetapi diimbangi dengan eksistensi misi atau tujuan hidup.
Sesuai dengan tips yang sudah disebutkan, Sedulur bisa perlahan-lahan menemukan tujuan hidup tersebut lewat kegiatan altruisme, mengembangkan hobi, dan menjalin koneksi dengan orang lain.
Apa hedonisme beserta contohnya sudah Sedulur baca. Tentunya ini hanya perkenalan dan pendapat beberapa peneliti serta akademisi yang mempelajarinya. Pengertian dan opini lain mungkin bisa Sedulur pelajari sendiri. Intinya, tidak ada yang salah dengan hedonisme mengingat ini hal yang ada dalam naluri alamiah manusia. Tinggal bagaimana kita mengontrolnya dengan baik.