flexing adalah

Akhir-akhir ini, banyak konten di media sosial yang dilabeli dengan istilah flexing. Banyaknya orang yang menggunakan istilah ini membuat rasa penasaran muncul di benak sebagian orang yang lain. Lalu sebenarnya, flexing artinya adalah apa sih? 

Secara singkat, flexing adalah suatu tindakan memamerkan benda yang dimilikinya kepada khalayak umum. Orang-orang yang melakukan flexing biasanya memiliki harta benda yang banyak, maupun jabatan dan gaji yang tinggi. Fenomena semacam ini tidak hanya terjadi di dunia nyata, namun juga ramai di dunia maya.

Berikut adalah penjelasan lengkap mengenai flexing yang meliputi penyebab dan cara menghindarinya. Simak dengan baik, ya!

BACA JUGA: Dejavu adalah: Pengertian & Kenapa Kita Sering Mengalaminya

Pengertian flexing adalah

flexing adalah
iStock

Secara definisi, flexing adalah kebiasaan yang dilakukan seseorang untuk memamerkan apa yang mereka miliki demi mendapatkan pengakuan dari orang lain. Biasanya fenomena flexing lebih banyak dilakukan secara online seperti di media sosial.

Selain itu, arti flexing adalah sifat sombong seseorang yang seringkali memamerkan gaya hidupnya untuk memberikan kesan mampu di hadapan orang lain. Flexing juga sering diartikan sebagai orang yang palsu karena memaksakan gaya agar diterima di dalam pergaulan. 

Sementara itu, flex artinya dalam bahasa gaul adalah memamerkan sesuatu kepada banyak orang demi menjadi pusat perhatian. Istilah lain yang seringkali digunakan dalam fenomena flexing adalah lowkey flexing.

Lowkey dapat diartikan sebagai istilah untuk menggambarkan keinginan seseorang yang disampaikan secara diam-diam. Jika digabungkan, maka lowkey flexing adalah keinginan seseorang untuk memamerkan apa yang dimilikinya secara diam-diam atau tidak secara lugas. 

Asal-usul kata flexing

flexing adalah
iStock

Untuk memahami istilah ini dengan lebih jelasnya, Sedulur dapat menyimak asal-usul kata flexing berikut ini.

Diketahui, asal mula kemunculan istilah flexing adalah bahasa gaul yang digunakan oleh ras kulit hitam untuk memamerkan atau menunjukkan keberanian mereka pada tahun 1990-an. Dalam lirik lagu Rapper Ice Cube tahun 1992 berjudul It Was a Good Day, juga disebutkan istilah flexing pada kalimat berikut:

Saw the police and they rolled right past me / No flexin’, didn’t even look in a n*gga’s direction as I ran the intersection

Istilah ini kemudian berkembang pada tahun 2014 karena adanya No Flex Zone dari Rae Sremmurd. Kalimat yang berarti bersikap seperti diri sendiri atau tidak pamer dan berpura-pura menjadi orang lain ini dapat menggambarkan bahwa orang yang flexing dianggap suka berbohong dengan kekayaan yang dimiliki meskipun realitanya tidak.

BACA JUGA: SOP adalah: Pengertian, Tujuan, Manfaat dan Cara Membuatnya

Tujuan flexing adalah

flexing adalah
iStock

Ada beberapa tujuan yang biasa dilakukan oleh orang-orang yang suka melakukan flexing. Tujuan paling utama adalah menarik perhatian orang lain dan mendapatkan pengakuan dari mereka. Selain itu, flexing juga digunakan untuk menarik perhatian lawan jenis yang disukai.

Lebih jauh, flexing juga digunakan sebagai salah satu strategi marketing untuk mendapatkan kepercayaan calon customer. Seseorang yang menawarkan suatu bisnis akan memamerkan apa yang berhasil mereka raih dari bisnis tersebut untuk mendapatkan anggota baru.

Penyebab terjadinya flexing adalah

flexing adalah
iStock

Ada beberapa penyebab yang bisa membuat seseorang melakukan flexing. Berikut adalah penjelasan selengkapnya.

1. Mencari perhatian

Telah dikatakan sebelumnya bahwa tindakan flexing bertujuan untuk mencari perhatian orang lain di sekitar atau secara khusus kepada orang tertentu. Dengan begitu, mencari perhatian juga termasuk ke dalam penyebab seseorang melakukan flexing.

Orang yang melakukan flexing akan melakukan berbagai macam cara untuk membuat orang lain atau orang yang mereka tuju mengetahui keberadaannya. Salah satu contohnya adalah menggunakan pakaian dengan warna-warna mencolok dan logo brand terkenal sehingga diperhatikan oleh orang lain.

2. Tekanan sosial

Penyebab lain seseorang melakukan flexing bisa jadi karena tingginya tekanan sosial yang dialami. Tekanan sosial yang terjadi di lingkungan masyarakat memang menjadi momok menakutkan bagi sebagian orang.

Ketakutan akan dikucilkan dari pergaulan jika tidak melakukan gaya hidup yang sama dengan lingkungan adalah penyebab yang sering terjadi. Perasaan tidak ingin dibuang itulah yang membuat orang-orang melakukan flexing untuk bisa mengimbangi gaya hidup teman-temannya. 

BACA JUGA: Birokrasi adalah: Pengertian, Jenis, Ciri-Ciri dan Contohnya

3. Kurang empati

flexing adalah
iStock

Faktor penyebab perilaku flexing seringkali datang dari diri sendiri. Selain haus akan perhatian dari orang lain, perilaku ini juga bisa disebabkan oleh kurangnya empati yang dimiliki. Bahkan, sebagian orang yang melakukan flexing sebenarnya tidak menyadari bahwa tindakannya membuat orang lain merasa tidak nyaman dan terganggu.

Kurangnya empati tersebut juga membuat mereka terus-menerus melakukan flexing tanpa sadar. Sebenarnya, penyebab ini seharusnya segera diberitahukan kepada mereka yang suka flexing. Jika tidak, mereka akan selalu melakukannya karena tidak ada yang mengingatkan. 

4. Masalah kepribadian

Penyebab lain yang berhubungan dengan kondisi medis adalah masalah kepribadian yang dimiliki orang-orang yang sering melakukan flexing. Beberapa kepribadian nampaknya sangat senang mendapatkan perhatian dari orang lain sehingga terus menerus mencarinya.

Ada pula orang-orang yang selalu membutuhkan pengakuan dari orang lain mengenai kehebatan yang dimiliki. Mereka akan selalu menginginkan pujian bahwa mereka adalah yang paling hebat daripada orang lain di sekitarnya. 

5. Insecure

Faktor penyebab terakhir yang bisa jadi membuat seseorang melakukan tindakan flexing adalah rasa insecure yang dimiliki. Orang-orang yang tidak percaya diri akan melakukan flexing ketika merasa dirinya kurang dihargai atau kurang dianggap penting di mata orang lain.

Mereka akan melakukan flexing untuk membuat dirinya terlihat dan berhak diterima di lingkungan. Contohnya adalah orang-orang dengan rasa percaya diri rendah yang menggunakan produk-produk dari brand ternama untuk membuatnya diakui orang lain. 

Dampak buruk flexing

flexing adalah
iStock

Flexing tentu saja menimbulkan dampak buruk. Apa saja dampak buruk tersebut? Simak informasi berikut ini.

1. Sulit mendapatkan teman

Dampak buruk yang pertama adalah kesulitan mendapatkan teman. Jika sebagian besar orang menganggap kekayaan bisa membuat orang lain selalu ingin dekat dan berteman, maka hal itu bukanlah pemikiran yang tepat.

Faktanya, orang yang terlalu menonjolkan kekayaannya dengan cara pamer akan kesulitan mendapatkan teman. Hal ini bisa terjadi karena orang dengan sifat suka pamer tidak akan disukai oleh lingkungan. 

Bahkan, dalam sebuah studi yang menyebutkan bahwa ada sekitar 66 persen orang yang memiliki mobil mewah daripada standar, orang-orang cenderung lebih senang berteman dengan pemilik mobil standar daripada pemilik mobil mewah. 

BACA JUGA: Psikopat adalah: Pengertian, Ciri-Ciri dan Penyebabnya

2. Berpotensi memaksakan keadaan

Dampak buruk lainnya dari flexing adalah munculnya potensi untuk memaksakan keadaan yang sebenarnya tidak sesuai kenyataan. Jika seseorang terbiasa flexing dengan barang-barang mewah, ia akan selalu mencari barang baru untuk menunjukkan eksistensinya.

Jika ia selalu mampu, mungkin bukan menjadi masalah berarti. Namun jika suatu hari ia tidak bisa memenuhi ekspektasi lingkungan untuk menunjukkan barang mewah terbaru lagi, ia bisa saja memaksakan keadaan meskipun tidak memungkinkan.

3. Mengganggu kepribadian

Jika masalah kepribadian sebelumnya masuk dalam faktor penyebab, ternyata faktor ini juga bisa masuk dalam dampak buruk perilaku flexing. Mengapa demikian? Hal ini karena sifat pamer akan semakin memperburuk masalah kepribadian yang dimiliki seseorang.

Menurut psikolog di Knox College yang menuliskan buku The High Price of Materialism, seseorang yang melakukan flexing merupakan individu yang memiliki sifat empati, kurang pro terhadap sosial, dan memiliki sifat kompetitif yang tinggi.

Sifat-sifat itu tentunya akan mengganggu kepribadian seseorang jika dilakukan dalam jangka waktu yang lama. Orang yang suka flexing juga memiliki kecenderungan untuk tidak peduli terhadap kelestarian lingkungan dan seringkali bersifat diskriminatif.

Contoh flexing adalah

flexing adalah
iStock

Sebagai contoh, fenomena flexing terkenal yang pernah terjadi di Indonesia adalah kasus yang menyeret influencer bernama Indra Kenz. Sebelum dijadikan tersangka atas kasus trading, ia terlihat sering memamerkan bagaimana mudahnya menghasilkan uang dan membelanjakan uang tersebut.

Hal semacam itu tentu saja akan membuat penonton yakin bahwa bermain trading adalah pilihan yang tepat. Mereka akan mulai bergabung dan menginvestasikan uangnya karena tergiur kenikmatan yang dirasakan oleh Indra Kenz tersebut. 

Sayangnya, hal yang dilakukan Indra Kenz hanyalah trik marketing untuk membuat orang-orang ikut dalam investasi bodongnya. Mereka yang terlibat kasus tersebut akhirnya dirugikan secara material karena uang yang telah diinvestasikan tidak bisa kembali lagi.

Nah, pelajaran penting yang bisa kita petik adalah selalu berhati-hati dalam melihat konten para influencer. Jangan mudah percaya dengan apa yang mereka katakan atau pamerkan, karena bisa jadi itu hanya tipuan yang dilakukan untuk mempengaruhi penonton yang melihatnya. 

Cara menghindari flexing

flexing adalah
iStock

Ada beberapa cara yang bisa Sedulur lakukan untuk menghindari kebiasaan flexing tersebut. Berikut adalah penjelasannya.

1. Fokus pada tujuan

Cara untuk menghindari perilaku flexing dapat dimulai dengan fokus pada tujuan yang ingin dicapai dalam hidup. Sedulur dapat belajar dan menata kembali tujuan yang sempat hilang dengan menghindari distraksi yang terkait dengan harta atau jabatan yang bisa dipamerkan.

Fokuslah pada diri sendiri, apa yang dimiliki diri sendiri, dan jangan membandingkannya dengan orang lain. Nikmati setiap proses hidup dengan sebaik mungkin tanpa memperdulikan penilaian orang lain adalah kunci yang harus selalu dijunjung tinggi. 

Hal utama yang harus diperhatikan yaitu, harta benda dan jabatan bukanlah hal yang abadi. Keduanya bisa hilang dalam sekejap mata dan bahkan tidak bisa lagi kembali. Selalu ingat hal ini untuk membuat hati terbebas dari sifat ingin dicap sebagai orang paling hebat ataupun paling kaya. 

BACA JUGA: Ekspor adalah: Pengertian, Jenis, Tujuan & Contohnya

2. Jangan mengharapkan validasi orang lain

Setelah berhasil fokus pada tujuan dan fokus pada diri sendiri, selanjutnya adalah jangan pernah mengharapkan validasi dari orang lain. Sedulur tidak memiliki tugas mutlak untuk memenuhi ekspektasi orang lain yang membuat mereka senang. Apalagi jika harus dengan melakukan cara-cara yang kurang baik.

Tidak perlu memaksa orang untuk memvalidasi betapa hebat dan kerennya diri kita. Karena kita sudah bisa menilai value diri kita sendiri. Validasi dari orang lain bukanlah hal penting, bahkan malah membuat kita tertekan dan lelah sendirian.

Selalu ingat kata pepatah, bahwa “emas dimanapun tempatnya, akan tetap menjadi emas”, dan “langit tidak perlu menjelaskan bahwa dirinya tinggi”.  

3. Mampu berpikir kritis

Selanjutnya adalah membiasakan diri untuk berpikir kritis dengan mencari tahu fakta dan data atas setiap informasi yang diterima. Tidak hanya itu, biasakan untuk selalu menahan diri jika tujuannya hanya untuk memenangkan ego pribadi.

Bersikap tenang dalam menghadapi permasalahan juga bisa membuat pikiran menjadi lebih terbuka. Dengan begitu, kita tidak akan lagi terpancing untuk mengatakan apapun yang tidak sesuai dengan fakta yang ada.

4. Kerjakan sesuatu sesuai pengetahuan

Teknologi tidak hanya membantu kita untuk berkomunikasi dengan orang lain, namun juga mendapatkan informasi dari mana saja dan siapa saja. Hal ini membuat kita harus selektif memilih mana informasi yang dibutuhkan dan mana informasi yang tidak diperlukan. 

Sebelum mengetahui sesuatu, usahakan untuk mempelajarinya terlebih dahulu. Jangan pernah mempercayai orang lain dengan cepat jika hal itu menyangkut apa yang tidak Sedulur ketahui. Bisa jadi itu hanyalah sebuah jebakan saja.

Seperti misalnya dalam hal investasi. Ada banyak macam investasi yang bisa Sedulur ikuti. Namun, Sedulur harus memastikan apakah investasi tersebut terpercaya, bagaimana sistemnya, dan bagaimana cara menggunakannya. Jangan pernah salah pilih dengan sifat mudah terpengaruh keuntungan yang menggiurkan di awal.  

Selalu cari tahu dengan detail segala sesuatu menyangkut investasi tersebut. Sedulur dapat memulainya dengan mencari jenis investasi sesuai kebutuhan, jenis produk apa saja yang ditawarkan, bagaimana keuntungan yang didapatkan, berapa lama jangkauan waktu uang bisa bertambah, hingga apa saja risiko terburuk yang bisa saja terjadi di kemudian hari.

Dengan pemahaman yang baik mengenai hal ini, Sedulur akan terhindar dari investasi bodong yang banyak berkeliaran di lingkungan masyarakat saat ini. Jangan percayai orang-orang yang menawarkan banyak keuntungan di awal. Hal ini karena tidak ada cara instan untuk mendapatkan hal-hal yang besar, semua harus dilakukan selangkah demi selangkah dengan perhitungan yang matang. 

5. Batasi penggunaan media sosial

Cara terakhir yang sangat tepat untuk dilakukan demi menghindari perilaku flexing adalah pembatasan pada penggunaan media sosial. Media sosial merupakan tempat untuk menumpahkan segala rasa, baik bahagia, kecewa, keluh kesah, dan lain sebagainya.

Jika terlalu banyak yang kita bagikan, bukan tidak mungkin ada orang yang tidak suka dengan diri kita dan menganggap kita orang yang suka pamer dengan segala hal. Melihat postingan orang lain juga bisa membuat kita merasa ingin melakukan hal yang sama, yang pada akhirnya bisa membuat kita melakukan flexing tanpa disadari.

Selain membatasi diri untuk tidak oversharing, Sedulur juga perlu memilah akun-akun influencer yang diikuti. Pilihlah akun yang dirasa memberikan manfaat untuk masa depan dan kehidupan sehari-hari. Hindari akun yang gemar melakukan pamer kekayaan atau pamer hal lain yang bisa membuat Sedulur terjerumus dalam budaya flexing tersebut. 

Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa flexing adalah kebiasaan yang dilakukan oleh seseorang untuk memamerkan apa yang dimilikinya untuk mendapatkan pengakuan dari orang lain. Semoga kita semua dapat terhindar dari perilaku ini ya, Sedulur. Aamiin.

Mau belanja bulanan nggak pakai ribet? Aplikasi Super solusinya! Mulai dari sembako hingga kebutuhan rumah tangga tersedia lengkap. Selain harganya murah, Sedulur juga bisa merasakan kemudahan belanja lewat handphone. Nggak perlu keluar rumah, belanjaan pun langsung diantar.

Bagi Sedulur yang punya toko kelontong atau warung, bisa juga lho belanja grosir atau kulakan lewat Aplikasi Super. Harga dijamin lebih murah dan bikin untung makin melimpah.