Pernahkah Sedulur membaca tentang contoh hikayat? Hikayat merupakan salah satu bentuk karya tulis sastra yang telah dikenal sejak berabad-abad yang lalu. Berasal dari Tanah Melayu, hikayat menjadi sangat tersohor dengan kisah-kisah sarat makna bermanfaat. Akan tetapi, hikayat bukan hanya sekedar cerita yang disampaikan dari mulut ke mulut saja. Hikayat memiliki banyak jenis dan juga manfaatnya di balik semua itu.

Simak ulasan mengenai contoh hikayat dengan berbagai macam tema serta jenis-jenisnya dalam artikel ini.

BACA JUGA: Bacaan Khutbah Kedua Jumat Lengkap Beserta Doanya

Pengertian hikayat

Everypixel

Sebelum kita memasuki ke pembahasan inti tentang contoh hikayat, ada baiknya bagi Sedulur untuk memahami sekilas mengenai apa itu hikayat. Jika Sedulur membuka Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata hikayat dapat dimaknai sebagai karya sastra lama Melayu berbentuk prosa yang berisi cerita, undang-undang, dan silsilah bersifat rekaan, keagamaan, historis, biografis, atau gabungan sifat-sifat tersebut. Hikayat sendiri dibaca sebagai pelipur lara, pembangkit semangat juang, atau sekadar untuk meramaikan pesta.

Hikayat sendiri diketahui memang akrab dilantunkan dalam kesusastraan Melayu, dengan masuk ke dalam kategori karya Gloria sastra. Jika menelisik dari segi bahasanya, hikayat merupakan sebuah kata serapan yang diambil dari bahasa Arab (haka), berarti cerita atau kisah. Hikayat juga dapat dilihat dari sudut pandang harafiah, dimana ia bermakna kenang-kenangan, bersinonim dengan riwayat atau tarikh.

Seorang penulis hikayat (pujangga) biasanya akan menulis hikayat berdasarkan buah-buah pikirannya kemudian dituangkan ke dalam bentuk prosa rekaan. Mayoritas dari berbagai hikayat yang dikenal masyarakat luas biasanya berbentuk cerita rakyat, epos, dongeng, cerita keagamaan Islam, sejarah, hingga biografi.

Selain dapat dijumpai dalam berbagai kesusastraan Melayu di tanah asalnya, ternyata hikayat juga merambah ke daerah Sumatra, Indonesia. Salah satunya adalah Hikayat Aceh, salah satu macam hikayat yang ditulis oleh para pujangga dan petinggi agama setempat. Biasanya Hikayat Aceh akan berisikan puisi berbentuk sajak, dengan pesan utama yang berlandaskan moral, pendidikan, dan juga agama.

BACA JUGA: Pengertian Eksploitasi Beserta Jenis-Jenisnya dan Contohnya

Manfaat hikayat

Depositphotos

Hikayat sebagai salah satu bentuk karya sastra memang harus kita akui keberadaan serta manfaatnya. Di zaman dahulu, hikayat digunakan sebagai media belajar masyarakat setempat. Tidak semua orang bisa membaca dan menulis pada waktu itu. Nah, untuk menarik minat belajar, digunakanlah hikayat sebagai perantaranya.

Selain sebagai sarana belajar mengenai baca dan tulis, pesan-pesan yang terkandung di dalam hikayat juga tentunya memiliki segudang manfaat. Ia bisa menyampaikan pesan-pesan sosial, budaya, moral, agama, dan lain sebagainya.

Hikayat yang telah diceritakan dari mulut ke mulut sejak masa lampu tersebut pun tidak lekang oleh waktu. Hampir semua makna tersirat yang disampaikan oleh pujangga pembuatnya masih sangat relevan di era sekarang. Maka dari itu, kita harus bisa melestarikan karya sastra ini dengan membaca dan mempelajarinya.

BACA JUGA: 8 Contoh Rundown Acara Berbagai Event & Cara Membuatnya

Jenis-jenis hikayat

Depositphotos

Hikayat dapat dibagi menjadi dua, yaitu berdasarkan isinya dan berdasarkan latar belakang tempatnya. Berikut ini adalah penjelasan lengkap dari jenis-jenis hikayat.

BACA JUGA: Daftar Negara-Negara di Dunia Beserta Nama Ibu Kotanya

1. Hikayat berdasarkan isinya

Yang dimaksud dengan hikayat berdasarkan isinya adalah tema dari karya tulis tersebut secara keseluruhan, termasuk ke dalam pesan utamanya. Berdasarkan isinya, hikayat dapat dibagi lagi menjadi hikayat keagamaan, hikayat sejarah, hikayat peristiwa, hikayat jihad, dan hikayat cerita.

2. Hikayat berdasarkan latar belakang tempatnya

Yang dimaksud dengan hikayat berdasarkan latar belakang tempatnya adalah sejarah dari karya tulis tersebut secara keseluruhan, termasuk ke dalam unsur-unsur utamanya. Berdasarkan latar belakang tempatnya, hikayat dapat dibagi lagi menjadi hikayat berunsur Hindu, hikayat berunsur Hindu-Islam, dan hikayat berunsur Islam.

Contoh hikayat dengan berbagai macam tema

Setelah mencermati informasi di atas mengenai pengertian, manfaat, serta jenis-jenis dari hikayat, saat Sedulur untuk menelaah beberapa referensi karya sastra klasik tersebut. Contoh-contoh hikayat yang terkenal adalah berjudul Hang Tuah, Si Miskin, Abu Nawas, Pak Tani, Amir, Kakek dan Seekor Ular, dan Si Bungkuk dan Si Panjang. Yuk, simak apa saja contohnya di bawah ini, Sedulur!

BACA JUGA: 15 Arti Mimpi Berkelahi, Berhubungan dengan Masa Depanmu!

1. Abu Nawas dan Dua Orang Ibu

contoh hikayat
Erabaru

Abu Nawas diminta Raja Harun untuk memecahkan persoalan tentang perebutan seorang bayi oleh dua orang yang mengaku ibu kandung dari bayi tersebut. Persoalan ini sempat ditangani oleh hakim pengadilan, tetapi para hakim tidak mendapatkan solusi hingga meminta Raja Harun untuk menyelesaikan masalahnya.

Abu Nawas terkenal sebagai seorang yang cerdik dan adil hingga diberi kepercayaan untuk menangani masalah ini. Saat sidang diselenggarakan, Abu Nawas meletakkan bayi di atas sebuah meja dan meminta algojo untuk membelah bayi tersebut.

Sebelum saya mengambil tindakan apakah salah seorang di antara kalian bersedia menyerahkan bayi itu kepada ibu kandungnya?” tanya Abu Nawas sebagai pembukaan.

Ibu pertama tidak bersedia menyerahkan bayi tersebut karena merasa dia yang berhak atas bayi tersebut.

Tolonglah, jangan belah bayi itu. Berikanlah bayi itu kepada perempuan yang mengaku sebagai ibu kandungnya. Aku rela asalkan bayi itu, tetap bisa hidup,” jawab ibu yang kedua.

Mendengar jawaban dari masing-masing ibu, Abu Nawas sudah mengetahui secara pasti siapa yang memang ibu kandung dari bayi tersebut. Abu Nawas menyerahkan bayi kepada ibu yang kedua karena tidak ada seorang ibu yang rela anak kandungnya terluka. Ia juga meminta kepada hakim untuk menghukum ibu yang pertama karena telah berbohong.

2. Seorang Lelaki dan Rumah Sempit

contoh hikayat
Kabar Makkah

Alkisah terdapat seorang lelaki yang datang ke rumah Abu Nawas. Pria tersebut ingin mengeluh kepadanya tentang masalah yang tengah dihadapinya. Ia pun merasakan sedih dikarenakan rumahnya sangat terasa sempit ketika ditinggali oleh banyak orang.

Wahai Abu Nawas, saya mempunyai seorang istri dan juga delapan orang anak tetapi rumah saya sangat sempit. Setiap harinya mereka mengeluh dan juga tidak nyaman tinggal di rumah itu. Kami pun ingin pindah dari rumah tersebut, tetapi kami tidak memiliki uang. Jadi tolonglah katakan kepadaku apa yang bisa aku lakukan,” tanyanya.

Mendengar pertanyaan lelaki yang sangat sedih tersebut, Abu Nawas pun berpikir sejenak. Tak berapa lama kemudian suatu ide lewat di kepalanya.

Apakah kamu memiliki domba di rumahmu?” Abu Nawas bertanya kepada lelaki tersebut. “Aku tidak menaiki domba, maka dari itu aku tak mempunyainya,” jawab lelaki malang itu. Kemudian ketika mendengar jawabannya itu, Abu Nawas pun meminta lelaki itu untuk membeli seekor domba dan menyuruhnya agar menaruhnya di rumah.

Lelaki tersebut kemudian mengikuti usulan dari Abu Nawas dan ia pun pergi untuk membeli domba. Esok harinya, ia pun datang lagi ke rumah Abu Nawas. “Abu Nawas, bagaimana sekarang? Nyatanya rumahku sekarang semakin sempit dan juga berantakan.

Baiklah, kalau begitu kamu cobalah membeli dua ekor domba lagi dan kamu dapat memeliharanya di rumahmu juga,” jawab Abu Nawas.

Dan kemudian pria itu pun pergi kepasar dan juga ia membeli dua ekor domba lagi, tetapi hasilnya tak sesuai dengan harapannya karena rumahnya semakin terasa sempit.

Esok harinya, Abu Nawas dan lelaki tersebut bertemu lagi. Dan Abu Nawas menanyakannya, “Bagaimana rumahmu sekarang? Sudah merasa lega?

Dan setelah aku menjual domba tersebut rumahku menjadi nyaman ketika di tinggali. Istriku pun sudah tak lagi marah-marah,” jawab lelaki tersebut seraya tersenyum. Pada akhirnya Abu Nawas bisa menyelesaikan masalah lelaki dan rumah sempitnya.

3. Bayan yang Budiman

contoh hikayat
Pos Kata

Alkisah di Kerajaan Azzam, hiduplah seorang saudagar yang kaya raya dan telah berkeluarga yang bernama Khojan Mubarok. Keluarga itu belum lengkap karena belum mempunyai seorang anak. Walaupun begitu, Khojan Mubarok tak putus asa dan juga tidak pernah lelah memanjatkan doa agar ia segera dikaruniai momongan.

Singkat cerita, penantiannya yang panjang itu pun berakhir karena sang istri sudah mengandung dan juga melahirkan seorang bayi berjenis kelamin laki-laki. Bayi laki-laki tersebut diberi nama Khojan Maimun. Khojan Maimun tumbuh menjadi seorang anak yang baik dan juga soleh. Di usianya yang sudah 15 tahun, Khojan Maimun kemudian dinikahkan dengan seseorang yang bernama Bibi Zainab, ia merupakan anak dari seorang saudagar yang kaya juga.

Pada suatu ketika, Khojan Maimun meminta izin ke istrinya dengan tujuan berlayar. Sebelum berlayar, ia membelikan seekor burung Bayan yang berjenis kelamin jantan dan juga burung Tiung yang berjenis kelamin betina. Dirinya pun berpesan ke sang istri apabila ia menghadapi suatu masalah, sebaiknya ia mendiskusikannya kepada kedua burung tersebut.

Dan beberapa hari kemudian ketika ia sudah ditinggal suaminya, Bibi Zainab pun merasakan kesepian yang sangat mendalam. Sampai pada suatu hari, datanglah seorang anak dari raja yang jatuh hati kepada kecantikan Bibi Zainab dan anak tersebut pun mendekatinya. Dan ternyata Bibi Zainab pun juga tertarik kepada lelaki tersebut dan mereka pun saling jatuh cinta.

Di suatu malam Bibi Zainab pun pergi dengan anak raja tersebut dan ia berpamitan kepada burung Tiung. Burung itu kemudian menasehatinya agar tak pergi dikarenakan hal itu melanggar aturan dan ia juga sudah mempunyai seorang suami. Setelah mendengarkan itu, Bibi Zainab pun marah dan kemudian membanting sangkar dari burung tersebut sehingga membuat burung Tiung tersebut mati.

Pada saat Bibi Zainab berpamitan kepada burung Bayan, burung tersebut mengatakan, “Kamu boleh pergi, bergegaslah karena anak tersebut sudah menunggumu lama. Apa yang telah kamu lakukan, aku yang akan menanggung semuanya. Apa yang dicari manusia yang ada di dunia ini selain dari kesabaran, martabat, dan juga kekayaan? Aku hanya seekor burung Bayan yang sudah dicabut bulunya oleh istri pemilikku.

Dan malam berikutnya Bibi Zainab pun sering pergi untuk bertemu dengan pemuda tersebut. 

Suatu ketika, Bibi Zainab berpamitan dengan burung Bayan. Burung tersebut menceritakan suatu kisah yang amat pilu tentang kejujuran dan kesetiaan sepasang kekasih. Kemudian Bibi Zainab merasa menyesal atas perbuatannya dan tak akan mengulangi perbuatannya itu lagi. Bibi Zainab pun berjanji akan terus setia menunggu kepulangan Khojan Maimun.

4. Antu Ayek

contoh hikayat
Kumparan

Suatu hari, seorang ayah terpaksa menikahkan Gadis Juani dengan Bujang Juandan karena terjerat utang dengan keluarga Bujang Juandan. Bujang Juandan memanglah pemuda dari keluarga kaya. Tetapi yang membuat Gadis Juani sedih adalah rupa Bujang Juandan yang tidak tampan. Selain itu, Bujang Juandan pun menderita penyakit kulit di sekujur tubuhnya, sehingga dia juga dijuluki sebagai Bujang Kurap. 

Akhirnya malam resepsi pernikahan pun tiba. Gadis Juani tidak kuasa membendung kesedihan ketika arak-arakan rombongan Bujang Juandan tiba. Di tengah kekalutan pikiran, sambil berurai air mata, Gadis Juani keluar lewat pintu belakang rumah dan berlari menuju sungai. Dia mengakhiri hidupnya di sungai itu dan menjadi arwah penunggu sungai yang dikenal sebagai Antu Ayek.

5. Sri Rama Mencari Sita Dewi

contoh hikayat
BBC

Alkisah, Sita Dewi yang merupakan istri dari Sri Rama menghilang tidak tahu dimana dan kemana. Sebagai seorang suami, Sri Rama pun pasti merasa kebingungan dan khawatir. Kemudian, Sri Rama memutuskan untuk berjalan tanpa membawa petunjuk untuk mencari istrinya dengan dibantu seorang pengawal. Keduanya pun memutuskan untuk mencari Sita Dewi sampai ke dalam hutan.

Di dalam hutan, mereka bertemu seekor burung jantan yang sangat sombong dan memiliki empat istri. Burung tersebut pun berbicara bahwa ia dapat menjaga keempat istrinya, sedangkan Sri Rama yang menjaga satu orang istri saja tak mampu. Sri Rama merasa tersinggung ketika mendengar hal tersebut, kemudian ia berdoa kepada Dewata agar burung itu tak dapat melihat istrinya. Tak lama kemudian, si burung menjadi buta dan tidak dapat melihat lingkungan sekitarnya.

Setelah berjumpa dengan burung yang sombong, Sri Rama dan juga pengawalnya berkelana kembali dan bertemu dengan seekor hewan, yaitu seekor bangau. Bangau tersebut tengah minum tepat di tepi danau. Sri Rama pun kemudian bertanya ke bangau tersebut apakah ia melihat Sita Dewi istrinya.

Bangau itu pun kemudian menjawab bahwasanya ia melihat bayang-bayang dari seorang wanita dibawa terbang oleh Maharaja Rahwana. Mendengar jawaban tersebut, Sri Rama pun merasa senang akhirnya ia bisa mendapatkan suatu petunjuk sampai ia mengabulkan permintaan seekor bangau itu, yaitu dapat memanjangkan lehernya agar mudah saat minum.

Di tengah perjalanannya, Sri Rama pun merasa haus. Ia melepaskan suatu anak panah yang dapat memandu pengawalnya untuk menemukan mata air. Pengawal itu membawakannya air yang setelah diminum ternyata sangat tak enak dan airnya berbau busuk. Setelah sekian lama mereka menyusuri sepanjang aliran mata air, Sri Rama dan pengawalnya bertemu seekor burung besar sedang sekarat, burung tersebut bernama Jentayu.

Rama kemudian bertanya kepadanya apa yang sudah terjadi. Jentayu menceritakan mengenai pertarungannya bersama Maharaja Rahwana, selanjutnya ia memberikan sebuah cincin milik Sita Dewi yang dilempar kepadanya sebelum jatuh ke Bumi. Dikarenakan keadaannya yang sangat lemah, Jentayu memberikan pesan kepada Sri Rama untuk dapat mengistirahatkan jasadnya di tempat yang tak dihuni oleh manusia. Dan tak lama kemudian, burung itu pun mati.

Sri Rama pun menyuruh pengawalnya untuk mencari suatu tempat yang tak dihuni oleh manusia. Akan tetapi, pengawal tersebut tak menemukan tempatnya. Akhirnya, ia pun memutuskan untuk membakar burung tersebut di tempat itu dan kemudian nyalalah api yang begitu besar. Karena kesaktiannya tersebut, Rama tak terluka sedikitpun. Setelah api tersebut padam, Rama dan juga pengawalnya kembali untuk melanjutkan mencari istrinya.

6. Amir

contoh hikayat
Islam Indonesia

Dahulu kala di Sumatra, hiduplah seorang saudagar bernama Syah Alam. Syah Alam mempunyai seorang anak bernama Amir. Sebagai anak yang tumbuh di lingkungan yang bergelimang harta, sangat miris bagi Amir karena ia tidak bisa mengatur keuangan dengan baik. Setiap hari dia membelanjakan uang yang diberi ayahnya.

Suatu ketika, Syah Alam jatuh sakit. Makin hari sakitnya makin parah. Banyak uang yang dikeluarkan untuk pengobatan, tetapi tidak kunjung sembuh. Akhirnya Syah Alam dan Amir jatuh miskin.

Penyakit Syah Alam makin parah. Sebelum meninggal, Syah Alam berkata, “Amir, Ayah tidak bisa memberikan apa-apa lagi padamu. Engkau harus bisa membangun usaha lagi seperti Ayah dulu. Jangan kau gunakan waktumu sia-sia. Bekerjalah yang giat, pergi dari rumah. Usahakan engkau terlihat oleh bulan, jangan terlihat oleh matahari.

Ya, Ayah. Aku akan menuruti nasehatmu,” ucap Amir sembari terisak-isak.

Beberapa waktu setelah kepergian Syah Amir, ibunda Amir juga terkena sakit parah dan akhirnya meninggal. Sejak saat itu, Amir bertekad untuk mencari pekerjaan. Ia teringat nasihat ayahnya agar tidak terlihat matahari, tetapi terlihat bulan. Oleh sebab itu, ke mana-mana ia selalu memakai payung.

Pada suatu hari, Amir bertemu Nasarudin, seorang menteri daerah yang pandai. Nasarudin sangat heran dengan Amir yang selalu pergi kemana-mana memakai payung. Nasarudin bertanya kenapa Amir berbuat demikian.

Amir bercerita alasannya berbuat demikian. Nasarudin tertawa. Nasarudin berujar, “Begini, Amir. Bukan begitu maksud pesan ayahmu dulu. Akan tetapi, pergilah sebelum matahari terbit dan pulanglah sebelum malam. Jadi, tidak mengapa engkau terkena sinar matahari.

Setelah memberi nasihat, Nasarudin pun memberi pinjaman uang kepada Amir. Amir disuruhnya berdagang sebagaimana dilakukan ayahnya dulu.

Amir lalu berjualan makanan dan minuman. Ia berjualan siang dan malam. Lama-kelamaan usaha Amir makin maju. Sejak itu, Amir menjadi saudagar kaya seperti sang ayah dahulu.

7. Bunga Kemuning

Cerita Motivasi

Diceritakan, seorang raja yang bijaksana memiliki 10 orang putri yang sangat cantik jelita. Sayangnya, sang istri meninggal saat melahirkan putri bungsunya, Putri Kuning. Suatu hari, Sang raja hendak pergi keluar kota untuk beberapa saat dan menanyakan oleh-oleh apa yang diinginkan para putrinya saat sang raja pulang.

Sembilan putrinya meminta hadiah mewah, seperti perhiasan, kain sutra, dan lain-lain. Namun, Putri Kuning hanya meminta sang ayah agar pulang dalam keadaan sehat. Saat sang ayah pergi, kesembilan putrinya hanya bersenang-senang dan meminta pelayan kerajaan melayaninya secara semena-mena.

Akibat perbuatan sembilan kakaknya, taman kesayangan sang raja menjadi kotor dan rusak.

Putri Kuning yang berinisiatif membersihkan taman pun diledek oleh kakak-kakaknya dan menyebutnya sebagai ‘pelayan baru’. Akhirnya, saat sang raja pulang, dia memberikan hadiah berupa kalung berwarna hijau yang sangat cantik kepada Putri Kuning. Putri Hijau yang merasa iri, akhirnya menghasut saudara-saudaranya untuk mencuri kalung itu.

Namun, saat merebut kalung itu, mereka tidak sengaja memukul kepala Putri Kuning hingga meninggal dunia. Untuk menutupi perbuatannya tersebut, kesembilan putri mengubur Putri Kuning di taman. Raja yang terus mencari Putri Kuning akhirnya menemukan keanehan di taman. Di taman itu tumbuh sebuah bunga berwarna kuning dan memunculkan aroma harum. Akhirnya sang raja merawat bunga itu dan menamainya dengan nama Bunga Kemuning, tanpa mengetahui bahwa disitulah letak anaknya, Putri Kuning, bersemayam.

8. Tiga Pengembara Lapar

Raja Eyrie

Dikisahkan terdapat tiga orang pengembara yang sedang berkelana menuju suatu tempat. Tiga pengembara tersebut adalah Buyung, Kendi, dan Awang. Mereka bertiga sedang dalam pengembaraan menelusuri suatu wilayah sangat luas. Ketika tiba di sebuah hutan, perut mereka sangat kelaparan, tetapi perbekalan mereka ternyata sudah habis.

Dalam keadaan lapar, Kendi dan Buyung pun berandai-andai dengan sombong bahwa mereka bisa menghabiskan nasi sekawah dan 10 ekor ayam seorang diri dalam keadaan seperti ini. Namun, tidak seperti teman-temannya, Awang hanya mengharapkan sepiring nasi dan lauk yang cukup untuk mengisi perutnya.

Tidak disangka-sangka, mereka menemukan sebuah pohon Ara ajaib yang dapat mendengarkan dan mengabulkan permintaan mereka. Kemudian, pohon itu menggugurkan tiga daun yang setiap lembarnya berubah menjadi makanan yang mereka inginkan.

Daun pertama sudah diambil oleh Awang. Sesuai dengan niat awalnya, Awang hanya meminta sepiring nasi dan lauk yang cukup untuk mengisi perut. Setelah mendapat makanan secukupnya, Awang pun berhenti makan, tetapi dua sahabatnya itu masih melanjutkan makan. Kendi dan Buyung akhirnya berhenti karena merasa kewalahan sekaligus kekenyangan dengan berpiring-piring hidangan yang dimintanya dari pohon Ara. Keduanya tidak sanggup menghabiskan makanan yang mereka minta. Ketika Kendi hendak membuat nasi yang tersisa, nasi yang tidak termakan itu menjadi hidup, berubah marah, lalu menggigit sekujur tubuh Kendi hingga meninggal.

Di waktu yang sama, Buyung yang hanya dapat menghabiskan satu ekor ayam saja ternyata malah membuang sisa sembilan ekor ayam ke semak-semak. Tanpa diduga, ayam-ayam itu kemudian hidup dan menyerangnya. Awang hanya bisa terdiam melihat sahabat-sahabatnya tewas mengenaskan.

Nah Sedulur, di atas merupakan pembahasan dari contoh hikayat, beserta pengertian dan juga jenis-jenisnya. Semoga dengan informasi di atas Sedulur dapat lebih termotivasi untuk mempelajari dan melestarikan hikayat sebagai salah satu bentuk karya sastra klasik, ya!

Mau belanja bulanan nggak pakai ribet? Aplikasi Super solusinya! Mulai dari sembako hingga kebutuhan rumah tangga tersedia lengkap. Selain harganya murah, Sedulur juga bisa merasakan kemudahan belanja lewat handphone. Nggak perlu keluar rumah, belanjaan pun langsung diantar.

Bagi Sedulur yang punya toko kelontong atau warung, bisa juga lho belanja grosir atau kulakan lewat Aplikasi Super. Harga dijamin lebih murah dan bikin untung makin melimpah.