Sampah dibagi menjadi dua jenis, yakni sampah organik dan anorganik. Kedua jenis tersebut berbeda dari bentuk, keawetan, hingga cara untuk mengolahnya. Meskipun begitu, sampah menjadi salah satu masalah lingkungan yang mengganggu kehidupan manusia.
Sudah tahu perbedaan dari dua jenis sampah tersebut? Pahami seputar pengertian, jenis, dan cara untuk mengolah sampah organik secara mendetail. Dengan begini, kamu bisa jadi lebih bijak dalam mengumpulkan serta menentukan langkah bijak untuk menguranginya.
BACA JUGA: Kenali Contoh Limbah Anorganik & Cara Pengelolaannya
Pengertian sampah organik
Dilansir dari laman dlh.kulonprogo.go.id, sampah organik adalah sampah yang berasal dari bahan-bahan hayati. Jenis sampah ini bersifat biodegradable alias bisa didegradasi oleh miroba. Hal ini berarti, sampah tersebut mudah diurai secara alami
Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan 4(1) mengartikan sampah organik sebagai limbah yang berasal dari sisa makhluk hidup baik itu manusia, hewan, atau tumbuhan. Nantinya, limbah tersebut akan mengalami pelapukan atau pembusukan.
Sampah ini sebenarnya tergolong limbah yang ramah lingkungan, karena dapat diurai secara alami oleh mikroba. Akan tetapi, proses penguraian secara alami tersebut membutuhkan waktu. Jadi jika tidak diolah dengan cepat dan menumpuk, dapat menyebabkan aroma yang tidak sedap dan mengganggu.
Misalnya saja kamu pernah menemukan banyak sayur dan buah busuk di pembuangan sampah. Tanpa diolah, sayur dan buah sisa tersebut sebenarnya tetap akan terurai. Namun proses penguraian tersebut membutuhkan waktu yang tidak sebentar dan akhirnya menyebabkan aroma busuk.
Dengan adanya campur tangan manusia, membuat proses penguraian sampah menjadi lebih cepat. Tanpa disadari, sampah yang diolah dengan benar justru memiliki manfaat bagi manusia itu sendiri.
BACA JUGA: 50 Inspirasi Souvenir Pernikahan yang Unik & Murah Tapi Mewah
Jenis sampah organik
Dikutip dari laman DLH Kabupaten Buleleng, jenis sampah organik ini terbagi menjadi dua kelompok, yaitu organik basah serta kering. Berikut penjelasan lengkapnya mengenai kedua kelompok sampah tersebut.
1. Sampah organik basah
Kelompok pertama ada sampah organik yang memiliki kandungan air cukup tinggi. Contoh dari kelompok sampah ini adalah sayur-sayuran, kulit buah, buah yang busuk, dan lain sebagainya. Tingginya kadar air yang terkandung di dalam sampah ini yang membuat proses pembusukan sampah terjadi dengan cepat.
2. Sampah organik kering
Jenis sampah ini adalah kebalikan dari yang sebelumnya, yakni kandungan air di dalamnya sedikit. Contoh sampah organik kering di antaranya seperti ranting pohon, kayu, dun kering, dan masih banyak lagi yang lainnya. Proses pembusukan dari sampah ini lebih lama dibandingkan dengan kelompok organik basah.
BACA JUGA: 12 Kerajinan dari Barang Bekas yang Bisa Jadi Ide Bisnis Kamu!
Cara mengolah sampah organik
Jika terus dibiarkan, mungkin jumlah sampah organik akan terus bertambah dan itu bisa menjadi masalah tersendiri. Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk mengolah sampah tersebut supaya tidak menimbulkan masalah lebih besar.
Bisa dibilang jika jenis sampah ini cukup mudah untuk diolah. Bahkan sampah organik dapat didaur ulang menjadi berbagai produk yang fungsional dan mempunyai nilai ekonomis, lho. Berikut ini beberapa cara untuk mengolah jenis sampah tersebut.
1. Menjadi pupuk kompos
Pupuk kompos merupakan jenis pupuk organik yang dibuat dari penguraian sampah organik. Proses pembuatan kompos tersebut bisa dilakukan secara alami. Jika dilakukan tindakan berupa penambahan mikroorganisme pengurai, proses pengomposan akan terjadi lebih cepat.
Cara untuk membuat pupuk kompos itu tidak susah. Selain itu, unsur hara yang terkandung juga cukup lengkap, sehingga sangat berguna untuk budidaya tanaman. Berikut ini langkah-langkah untuk membuat pupuk kompos:
- Siapkan sampah daun, arang sekam, kotoran ayam, gula pasir, EM4, dan air
- Setelah itu, buat starter dengan melarutkan gula dengan air
- Tambahkan EM4 dalam starter dengan takaran yang sudah ditentukan
- Sekarang diamkan starter selama 24 jam.
- Jika sudah, campurkan bahan lainnya seperti daun, kotoran ayam, dan arang sekam
- Siram bahan dengan starter yang tadi telah dibuat, aduk sampai merata
- Diamkan kompos selama kurang lebih 17 hari
- Jika warnanya sudah mulai berbuah jadi kehitaman, maka pupuk kompos sudah siap untuk digunakan
2. Biogas
Ternyata sampah organik juga dapat diolah menjadi biogas, lho. Biogas sendiri adalah gas dari aktivitas fermentasi atau anaerobik bahan organik. Biogas ini mempunyai beberapa kandungan seperti karbon dioksida, metana, hidrogen, nitrogen, hidrogen sulfida, dan oksigen.
Biogas bisa didapatkan dari bakteri yang terdapat pada bahan organik dalam kondisi kedap udara. Biogas yang berasal dari kotoran ternak yang mengandung 60% gas metana. Produksi gas ini dapat dipengaruhi oleh jumlah bahan organik yang digunakan.
Semakin tinggi bahan organik, akan semakin banyak pula gas yang dihasilkan. Selain itu, kondisi fisik dan temperatur juga turut mempengaruhi kecepatan produksi gas. Dalam proses produksi gas, bahan yang kering dan berserabut biasanya lebih lama dibandingkan dengan bahan yang halus dan basah.
Sementara itu, temperatur yang optimal untuk menghasilkan gas ini antara 32-37 derajat Celcius. Selain bahan, kondisi fisik, dan juga temperatur, jumlah bakteri juga cukup berpengaruh dalam proses pembuatan biogas.
3. Pupuk organik cair (POC)
Cara mengolah sampah organik yang terakhir, adalah menjadikannya sebagai pupuk organik cair. Berikut langkah-langkah yang bisa Sedulur ikuti untuk membuat pupuk organik cair tersebut.
Bahan dan alat:
- Drum 200 liter lengkap dengan tutupnya
- EM-4
- Plastik yang sudah dilubangi sesuai ukuran drum
- Sampah organik, seperti sisa buah dan sayur
- Sealent (seal karet ban dalam)
- Sock berderat pipa pralon PVC (sesuaikan ukurannya dengan stop kran)
- Stop kran dengan diameter 1-1,5 inchi
Cara membuat:
- Pasang pelat plastik yang sudah diberi lubang ke dalam drum
- Pasang penahan di bagian bawah pelat plastik untuk menahan sampah yang akan dijadikan pupuk
- Buat lubang di samping drum sebagai tempat stop kran
- Pasang stop kran pada lubang tersebut dan lapisi dengan karet seal untuk bagian luar dan dalamnya
- Pada bagian dalam, pasangkan sock pipa plastik dengan stop kran
- Jangan lupa untuk mengencangkannya, agar stop kran tidak bocor
- Jika alat sudah selesai dibuat, masukan seluruh sampah organik yang telah dicincang ke dalam wadah tersebut
- Setelah itu, masukkan EM-4 sebagai starter
- Tutup drum, dan pastikan benar-benar rapat
- Setelah proses fermentasi selesai, tampung pupuk cair ke wadah, dan lakukan aerasi supaya aroma fementasi hilang
- Terakhir, masukkan POC kedalam wadah tertutup dan aplikasikan pada tanaman.
Sebenarnya sampah organik ini tidak butuh waktu yang terlalu lama untuk mengurai dengan sendirinya. Berbeda dengan sampah anorganik yang butuh waktu hingga ratusan tahun hingga akhirnya bisa terurai.
Akan tetapi, dalam proses penguraian alami tersebut, biasanya muncul bau busuk yang membuat kita merasa terganggu. Oleh sebab itu, mengolah sampah organik adalah salah satu cara terbaik untuk mengatasi permasalahan tersebut.