Dongeng bisa jadi cara yang tepat untuk Sedulur gunakan sebagai media belajar kepada si kecil. Membacakan dongeng juga bisa meningkatkan imajinasi anak dan menambah kosakata. Selain itu, dongeng juga bisa mengajarkan nilai moral kehidupan untuk si kecil.
Salah satu dongeng yang bisa diajarkan yaitu dongeng tentang kancil dan merak. Kancil dan merak merupakan dongeng yang menceritakan tentang kehidupan hewan yang mengandung banyak nilai moral untuk kehidupan si keci.
Nah, dalam kesempatan kali ini, kita akan bahas tentang dongeng kancil dan merak yang bisa jadi referensi Sedulur untuk diajarkan kepada si kecil. Yuk, kita simak garis besar cerita atau dongeng tersebut dalam penjelasan di bawah ini!
BACA JUGA: Dongeng Anak Tentang Angsa dan Telur Emas
1. Merak memiliki bulu yang indah
Pada suatu hari, di sebuah hutan tinggallah beberapa satwa yang hidup berdampingan secara damai suatu ketika hutan tersebut kedatangan penghuni baru ialah sang burung merak jantan. Si burung merak jantan itu mempunyai bulu yang sungguh cantik.
Kecantikan bulu merak membuat para penghuni hutan takjub. para penghuni segera berkerumun untuk melihat lebih dekat kecantikan sang merak jantan. Mereka kagum akan kecantikan bulu merak.
“Wah bulu ekormu sungguh indah nan cantik Merak,” ucap Kancil. “Tentu saja mulai dari ujung kepala sampai ujung kuku kaki semuanya cantik, bukan? Selain itu aku juga sangat cerdas loh,” jawab Merak. “Hahaha aku hanya kagum,” balas Kancil.
2. Keindahan bulu merak dikagumi penghuni hutan
Bukan hanya sang kancil, namun beberapa satwa lainnya ikut mengagumi bulu dari merak tersebut. Burung merak ini ternya merupakan penghuni baru dari hutan tersebut yang langsung memamerkan keindahan bulunya.
Keindahan tersebut membuat banyak hewan yang ada dihutan sangat kagum terhadap merak. Hingga seekor kura-kura pun memuji keindahan dari bulu sang merak jantan tersebut.
3. Keindahan bulunya membuat merak sombong
Burung merak terus berkeliling hutan mencari seluruh penghuni hutan. Dia tidak henti-hentinya memamerkan kecantikannya pada seluruh penghuni hutan. “Akan aku buat seluruh hutan ini terpesona oleh kecantikanku dan kepintaranku sehingga mereka bisa kutunjukkan,” puji merak pada diri sendiri.
Saat melihat ayam dan angsa yang berjalan, dia langsung memamerkan Kecantikan bulu-bulunya itu di hadapan ayam dan mangsa. Sang ayam memuji merak karena memiliki bulu yang sangat cantik. Bahkan dia berharap jika besar ingin punya bulu yang sangat cantik layaknya merak.
Dengan sombong, sang merak berkata bahwa ayam tidak akan bisa mendapatkan bulu secantik ini bahkan hingga 1000 tahun sekali pun. Burung merak terus menyombongkan bulu indahnya dan kepintarannya.
4. Merak turut merendahkan ayam dan angsa
Tidak hanya itu ia juga merendahkan ayam dan angsa yang tidak memiliki bulu secantik dirinya. Ayam dan angsa tidak habis pikir akan kesombongan burung merak. Ia memang cantik dan pintar namun tidak dengan hatinya.
Hari terus berganti merak terus mencari perhatian dari semua hewan. Hampir semua hewan telah diajak Aduh cantik dan pintar. Ia dengar Kancil adalah hewan tercerdas di hutan itu. Merak ingin mengalahkan kancil supaya hewan-hewan beralih padanya.
5. Sang merak mencari kancil
Merak pun segera menemui kancil sesampainya di sarang Kancil, kancil sedang tertidur pulas. Merak membangunkan kancil berkata bahwa dia ingin menantang dirinya adu kecerdasan namun Kancil menolak. Kancil sangat lelah karena telah berkelana jauh.
Merak pun meninggalkan kancil dengan penuh rasa kesal karena ia gagal mengajak kancil adu kecerdasan. Tanpa sepengetahuan merak, sebenarnya Kancil tidak mengantuk. Ia hanya berpura-pura tidur karena ia sudah mendengar kabar tentang Merak yang tak henti menyombongkan diri untuk mencari perhatian.
6. Merak kesal kepada sang kancil
Namun Merak ternyata tak menyerah ia ingin adu kecerdasan dengan kancil. Dia kemudian menemui Kancil dan mengajaknya untuk adu kecerdasan. Namun lagi-lagi Kancil tidak mengamini keinginan Merak. Merak pun sangat marah kepada Kancil karena terus menghindar dari duel.
Merak semakin kesal melihat para hewan masih bercengkerama dengan kancil, satu-satunya hewan yang belum ia taklukkan. Merak pun berinisiatif mengundang semua hewan yang ada di hutan kecuali kancil.
Merak berkata di depan para hewan untuk mengungkapkan seluruh keluh kesah mereka pada merak bukan kancil. Merak bahkan menjelek-jelekkan kancil dihadapan para hewan lain. Mendengar hal itu, ayam dan angsa kemudian bergegas menemui kancil.
7. Sang kancil memiliki ide
Kancil yang sedang asyik bermain air kemudian disapa oleh ayam dan angsa. Mereka kemudian mengutarakan masalah yang terjadi di hutan karena merak. Kancil pun punya ide. Dia kemudian mencari merak dan mengungkapkan bahwa merak sedang dicari pemburu karena bulunya yang sangat indah.
Karenanya merak harus pergi dari hutan agar terhindar dari pemburu. Merak akhirnya pergi dari hutan. Ternyata pemburu yang diungkapkan kancil hanyalah akal-akalan saja. Para hewan di hutan akhirnya bisa tertawa bahagia
BACA JUGA: Dongeng Anak: Kisah Kerbau dan Buaya
Cerita dan Dongeng Kancil Lainnya
Selain kancil dan merak, terdapat beberapa cerita dan dongeng tentang kancil lainnya yang memiliki pesan moral yang tinggi. Berikut ini beberapa dongeng tentang kancil yang dimaksud. Yuk, mari langsung kita simak dongengnya di bawah ini:
Dongeng kancil dan cicak badung
Dikisahkan pada suatu hari yang cerah, hiduplah seekor kancil yang berdampingan dengan banyak hewan hutan lainnya seperti semut, kelinci, dan seekor cicak badung. Mereka hidup bahagia di dekat sungai yang terletak di dalam hutan.
Si Kancil dengan gembira meloncat-loncat di tengah sungai. Sementara itu, sebagian semut bersenda gurau di tepi sungai, sebagian ikut bermain di dalam air bersama kancil, dan sebagian lainnya berjalan menyusuri sungai.
Saat mereka melintasi sungai, mereka melihat pohon apel tersebut dan tidak ingin melewatkan kesempatan itu. Mereka memanggil kancil untuk memetik apel-apel tersebut agar bisa makan bersama. Tanpa menunggu lama, kancil segera mendekati pohon apel yang dimaksud, lalu dengan gesit menyundulnya hingga buah-buah itu berjatuhan. Setelah berhasil memetik apel-apel tersebut, ia meletakkannya di tepi sungai, dan para semut dengan rapi membawanya ke tempat yang nyaman untuk beristirahat.
Kancil dan kawanan semut itu berteduh di bawah pohon yang lebat sambil menyantap apel yang baru saja dipetiknya dengan lahap. Namun, tiba-tiba datanglah seekor cicak badung yang mengambil beberapa apel di sana, lalu kabur dengan cepat.
Melihat itu, para semut langsung berteriak, “Pencuri! Pencuri! Lihat, ada pencuri yang mencuri apel kita!” Kancil kaget mendengar jeritan teman-temannya yang kecil, sehingga ia mulai mencari tahu siapa yang mereka maksud sebagai pencuri.
Berusaha mengejar si pencuri, kancil akhirnya mengetahui si pelaku yang tidak lain ada seekor cicak badung. Dengan bijaksana dan mengesampingkan rasa marahnya karena apelnya di curi. Kancil membiarkan si cicak badung dan kembali ke kawanan semut.
Kawanan semut merasa sedih karena apel yang telah mereka petik bersama kancil dengan susah payah malah dicuri oleh cicak badung. Salah satu dari semut itu merengek, “Kancil, bagaimana ini? Pasti ia akan datang lagi besok untuk mencuri…”
Namun, kancil menenangkan mereka dan berkata, “Sudah, kalian tidak perlu bersedih. Di hari esok, tidak ada lagi yang akan mencuri apel-apel yang kita ambil.”.
Kancil memberi tahu bahwa dia memiliki rencana untuk membuat cicak itu menyesal atas perbuatannya. Dia ingin menghentikan aksi pencurian yang dilakukan oleh cicak badung itu tapi dengan cara yang baik dan tidak jahat.
Kancil bercerita kepada kawanan semut tentang rencananya untuk mengganti apel dengan makanan merah lainnya, seperti cabai. Para semut setuju dengan rencananya dan mereka tertawa dengan gembira, menganggap rencana itu sangat menghibur.
Keesokan harinya, para semut mulai menjalankan rencana yang telah disebutkan oleh kancil. Mereka mencari pohon cabai merah di sekitar hutan, lalu memetik dan mengumpulkannya.
Cabai itu sengaja disimpan pinggir agar cicak mudah mengambilnya, dan mereka sengaja tidak mengawasinya.
Sama seperti biasanya, cicak badung datang mendekati kawanan semut dan dengan diam-diam mengambil makanan berwarna merah. Setelah itu, ia segera berlari menjauh dan bersembunyi.
Namun, kali ini cicak menyadari ada sesuatu yang aneh ketika mendengar suara tawa dari para semut saat ia mencuri makanan mereka.
Sesaat ia bergumam, “Mengapa mereka malah tertawa, ya? Padahal, kemarin saja semut-semut itu sedih karena aku mengambil apel mereka…” Namun, cicak tidak mempermasalahkan dan tetap memakan makanan berwarna merah yang diambilnya tadi dengan puas. Ia pun kekenyangan hingga tertidur pulas.
Setelah cicak badung terbangun dari tidurnya, ia memutuskan untuk kembali ke tempat kawanan semut itu berada. Tiba di lokasi, cicak badung melihat mereka sedang berbicara dengan kancil, maka ia berusaha mencari tempat persembunyian yang baik agar dapat menguping percakapan mereka secara diam-diam.
Sambil asyik tertawa, para semut merasa senang melihat tingkah lucu cicak tersebut. Kemudian, kancil memberi tahu mereka dengan suara lirih, “Teman-teman, sebenarnya cabai yang tadi sudah saya ganti dengan buah stroberi.”
Mendengar pengakuan kancil, para semut terkejut dan ekspresi kecewa pun muncul di wajah mereka. Akhirnya, kancil memberikan penjelasan tentang tujuan dari tindakannya sebelumnya, “Saya sengaja menggantinya karena saya tahu bahwa cicak pasti akan kembali dan mencuri lagi jika ia menyadari bahwa yang diambilnya adalah cabai merah.
Oleh karena itu, saya menyiapkan banyak stroberi dan menukarnya dengan harapan cicak akan terkecoh.” Kalau cicak kekenyangan, ia tidak akan kembali untuk mencuri makanan kita lagi.”
Kawanan semut itu saling berpandangan dan mengangguk-anggukkan kepala. Kancil pun lanjut berkata, “Besok aku akan menemui cicak itu dan membawakannya satu keranjang stroberi, sekalian meminta cicak untuk tidak mencuri makanan kita lagi.”
Keesokan harinya, kancil mengunjungi cicak badung dengan membawa keranjang berisi stroberi. Ia ingin memberikan stroberi sebagai tanda damai dan mengakhiri masalah pencurian yang terjadi sebelumnya.
Saat bertemu, kancil dengan lembut menasihati cicak untuk tidak mencuri makanan mereka seenaknya lagi. Cicak, yang sudah mendengar pembicaraan kancil dan para semut sebelumnya, merasa menyesal atas perbuatannya dan mulai menangis. Ia dengan tulus meminta maaf atas tindakannya yang telah menyakiti perasaan kancil dan para semut. Selanjutnya, cicak berjanji dengan sungguh-sungguh untuk tidak mengulangi perilaku buruknya yang mencuri makanan orang lain.
Sejak saat itu, cicak badung berubah menjadi hewan yang jujur dan sopan. Ia belajar untuk menghargai milik orang lain dan selalu meminta izin jika ingin mengambil sesuatu. Cicak pun berusaha menjadi teman yang baik bagi kancil dan para semut, serta bergabung dalam petualangan mencari makanan bersama mereka.
Kancil, para semut, dan cicak badung kini menjadi sahabat yang tak terpisahkan. Mereka selalu berbagi kebahagiaan dan kesenangan bersama. Dengan kepintarannya, kancil sering menemukan pohon-pohon buah yang lezat untuk mereka nikmati bersama.
Hari-hari di hutan menjadi lebih ceria dan harmonis berkat persahabatan mereka. Mereka saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menghadapi berbagai tantangan. Kecerdasan dan keberanian kancil, kerajinan dan kekompakan semut, serta kejujuran dan kesabaran cicak badung, menjadi kekuatan utama dalam menjaga keamanan dan kebahagiaan di hutan.
BACA JUGA: Dongeng Fabel Anak Singkat: Cerita Kancil dan Kura-Kura
Dongeng kancil dan cicak badung memang sangat menarik dan memiliki pesan moral yang banyak sekali. Si Kecil akan diajarkan untuk menghargai persahabatan, kejujuran, dan saling berbagi. Dongeng kancil dan cicak badung juga akan memberikan si kecil inspirasi agar selalu berbuat baik, tidak mengambil hak milik orang lain, dan menghentikan perilaku buruk apabila pernah melakukannya.
Kisah ini juga menunjukkan bahwa menghadapi kesalahan seseorang dengan sikap pengertian dan memberikan kesempatan untuk berubah adalah langkah bijak dalam menjalin hubungan sosial. Ketika seseorang menyadari kesalahannya dan berjanji untuk tidak mengulanginya, memberikan kesempatan kedua merupakan langkah positif untuk membangun persahabatan yang lebih kuat.
Nah itulah dongeng kancil dan merak yang berisi banyak penjelasan tentang nilai kehidupan. Dongeng di atas bisa mengasah imajinasi si kecil sekaligus mengajarkan tentang pentingnya sikap rendah hati dan tidak sombong.