Sering dengar istilah leadership atau kepemimpinan? Banyak yang mengasosiasikannya dengan pengaruh, karisma, dan kemampuan untuk memandu sekelompok orang atau komunitas. Kemampuan ini juga sering diafiliasikan dengan tangga karir seseorang. Makin bagus leadership skill, makin mudah ia mencapai jabatan yang lebih tinggi.
Namun, tidak sedangkal itu definisi leadership. Mari ulik lebih jauh tentang definisi, peran, dan contoh kemampuan memimpin lewat ulasan berikut.
BACA JUGA: 13 Ide Ice Breaking Online saat WFH yang Seru & Mudah
1. Mitos tentang kepemimpinan yang sering kita dengar
Berdasar artikel Forbes yang ditulis Kevin Kruse, ada beberapa asumsi tentang kepemimpinan yang ternyata bisa dikategorikan mitos belaka, antara lain:
- Leadership tidak berhubungan dengan hierarki dalam organisasi, tata kelola institusi, atau bisnis. Hierarki dibutuhkan untuk urusan manajemen dan itu terpisah dari kepemimpinan. Seorang manajer, tidak selalu memiliki kemampuan kepemimpinan yang mumpuni. Pekerjaan mereka berhubungan dengan organisasi, pengaturan, dan pembagian kerja.
- Leadership kepemimpinan juga tidak memiliki korelasi dengan sifat personal seseorang. Orang yang karismatik, ekstrover, dan dominan belum tentu bisa memimpin dengan baik.
2. Pengertian leadership
Lalu, apakah leadership yang sebenarnya? Kruse kemudian merangkum dan mengulas pendapat beberapa tokoh mulai dari Warren Bennis hingga Bill Gates. Ada sejumlah kata kunci yang ia amini, yaitu pengaruh dan kemampuan memberdayakan. Lalu, ia menambahkan kejelasan tujuan.
Ia kemudian membuat definisi yang lebih terstruktur tentang kepemimpinan. Leadership competency adalah pengaruh sosial, bukan otoritas atau kekuatan tertentu. Bila dijabarkan seorang pemimpin yang ideal adalah orang yang dipercaya oleh komunitas atau orang di sekitarnya. Bukan orang yang ditakuti karena karisma, gaya, atau sumber daya yang ia miliki. Tidak cukup pengaruh sosial, ia juga sosok yang punya tujuan dan bisa mengoptimalkan potensi komunitasnya menuju tujuan tersebut.
3. Bagaimana seseorang bisa jadi pemimpin?
Ada beberapa poin yang disebut oleh Western Governors University (WGU), yaitu:
- Memiliki standar etika dan moral yang tinggi.
- Mampu mengorganisasi dirinya sendiri dengan baik.
- Bisa belajar hal baru dengan efisien.
- Mendukung dan mengoptimalkan potensi orang lain yang ia pimpin.
- Mampu memelihara hubungan baik dengan orang lain.
BACA JUGA: 15 Cara Menjawab Pertanyaan Interview Kerja yang Menjebak
4. Teori kepemimpinan
Teori leadership adalah penjelasan tentang bagaimana seseorang bisa mencapai status pemimpin dilihat dari perilaku dan sifatnya. Berikut beberapa teori terkenal yang dirangkum WGU.
- Behavioral theory, yaitu teori yang fokus pada perilaku pemimpin sehingga perilaku tersebut bisa jadi teladan untuk pemimpin lainnya. Menurut teori ini, seseorang bisa mencapai posisi pemimpin bukan karena bawaan lahir, melainkan mempelajari perilaku tertentu. Teori ini percaya bahwa setiap orang memiliki potensi menjadi pemimpin dan akan membentuk gaya kepemimpinannya sendiri berdasarkan hal-hal yang ia alami dan pelajari selama hidupnya.
- Contingency theory adalah teori kepemimpinan yang fokus pada konteks atau situasi yang dihadapi seorang pemimpin. Efektivitas seorang pemimpin tidak dilihat dari kepribadiannya, melainkan kemampuannya dalam bekerja atau menyelesaikan masalah di situasi tertentu. Pengikut teori ini percaya bahwa pemimpin harusnya dipilih berdasarkan situasi yang sedang dihadapi.
- Great man theory, sesuai dengan namanya, percaya bahwa seorang pemimpin itu memiliki bakat sejak lahir. Kepribadian mereka menentukan kemampuannya saat memimpin. Namun, teori ini banyak dikritisi karena banyak karakter ideal pemimpin menurut mereka yang merujuk pada maskulinitas.
- Management theory berkaitan erat dengan transaksi dalam tata kelola organisasi. Seorang pemimpin akan memberikan hadiah atau penghargaan pada subordinat mereka yang berprestasi dan sebaliknya hukuman bagi yang performanya buruk. Pengikut teori ini percaya bahwa manusia adalah makhluk ekonomi yang tidak akan bergerak tanpa ada penghargaan atas apa yang sudah mereka lakukan dan korbankan. Gaya kepemimpinan macam ini memang terbukti cukup berhasil dan mudah dilakukan guna memotivasi serta meningkatkan performa karyawan.
- Participative theory merupakan teori kepemimpinan yang cukup jarang dipakai dalam ranah korporasi. Pemimpin dalam teori ini ditempatkan sebagai fasilitator, mediator, dan pengarah yang memberikan ruang bagi semua orang untuk bicara dan berpartisipasi. Tidak heran jika gaya kepemimpinan ini disebut democratic leadership.
- Power theory adalah teori kepemimpinan yang banyak diadopsi. Pemimpin akan menggunakan sumber daya dan pengaruhnya untuk memandu sebuah tim menuju tujuan tertentu. Cara ini banyak dianggap sebagai yang tercepat, tetapi juga rawan rapuh karena tidak memberikan ruang bagi subordinat untuk berpartisipasi aktif. Buat beberapa orang, rasa didominasi akan muncul dan menimbulkan rasa tidak nyaman hingga prahara dalam iklim organisasi.
- Relationship theory fokus pada bagaimana pemimpin bisa membangun relasi dengan anggota tim lainnya. Ia berusaha menciptakan iklim yang nyaman dan kondusif sehingga tugas tidak jadi beban bagi subordinat. Gaya ini menguntungkan karyawan atau subordinat dan dampaknya cukup baik pada performa mereka. Namun, dikritisi pula karena hubungan profesional dan personal bisa jadi kabur.
BACA JUGA: Kerja Work From Home Apa Bedanya dengan Remote Working
5. Seorang pemimpin juga wajib memiliki kemampuan beradaptasi
Robert B. Kaiser dalam Harvard Business Review menambahkan bahwa seorang pemimpin wajib memiliki versatility atau kemampuan beradaptasi yang mumpuni. Adaptasi yang dimaksud adalah kemampuan membaca dan merespon perubahan dengan memanfaatkan kumpulan keterampilan yang mereka miliki lainnya. Menurut pengalaman riset Kaiser di lapangan, kebanyakan pemimpin bertindak bias yang berdasarkan dengan keterampilan paling mereka kuasai. Jarang dari mereka yang berusaha menggunakan pendekatan berbeda dari disiplin ilmu yang mereka tekuni.
Nah, bagaimana cara meningkatkan versatility tersebut? Kaiser pun punya tipsnya.
- Kemauan belajar berbagai hal yang berbeda dan terus menantang diri sendiri untuk mencari pengalaman-pengalaman baru yang bisa memperluas perspektif mereka. Selain itu, tidak malu untuk memperluas jaringan dan merekrut tim berasal dari latar belakang maupun keterampilan yang berbeda-beda.
- Siap menerima feedback, baik berupa kritik, saran, dan lain sebagainya sebagai bagian dari proses yang harus mereka jalani untuk menjadi pemimpin lebih baik. Caranya tentu dengan meminta masukan secara aktif pada orang-orang di sekitarnya. Termasuk menanyakan apa dampak keputusan dan sikapnya pada orang-orang yang mereka pimpin.
- Memiliki kemampuan intrapersonal yang baik. Artinya mengenal diri sendiri, baik kelemahan dan keunggulan. Tidak terbutakan oleh kehebatannya, tetapi juga tidak terlalu insecure dengan kekurangannya. Trik untuk melatih skill ini adalah dengan membuka wawasan seluas-luasnya lewat banyak hal, termasuk berjejaring dengan orang-orang di luar disiplin ilmu atau keyakinan yang dipercayainya. Makin beragam pergaulannya, makin terbuka pula perspektif seorang pemimpin. Namun, ini harus diimbangi dengan kemampuan refleksi yang baik pula.
6. Gaya kepemimpinan
Masih berdasarkan Kaiser ada dua cara memimpin yang ia temukan, yaitu forceful dan enabling.
- Forceful adalah gaya kepemimpinan yang mengutamakan otoritas dengan meyakinkan sejak awal tentang posisi dan kekuatan yang dimilikinya. Diimbangi dengan komitmennya untuk bertanggung jawab, membuat keputusan dengan cepat, tetapi juga menuntut kinerja yang baik dari subordinatnya.
- Enabling ialah pemimpin yang cenderung mengedepankan partisipasi anggotanya dalam berbagai hal. Pemimpin hadir dengan tugas melakukan pemberdayaan dan bersedia mendukung subordinat mencapai potensi terbaiknya guna mencapai satu tujuan tertentu.
7. Tujuan yang hendak dicapai
Kaiser juga membagi tujuan kepemimpinan dalam dua hal, strategis dan operasional.
- Strategis berarti tujuannya berorientasi pada inovasi dan pertumbuhan jangka panjang.
- Operasional di sisi lain fokus implementasi dan eksekusi, tujuannya mencapai keteraturan serta kestabilan.
8. Fungsi leadership
Dari beberapa poin tentang leadership dalam organisasi di atas, sebenarnya secara garis besar fungsi dari kepemimpinan adalah menciptakan pemimpin-pemimpin baru untuk mencapai satu tujuan. Kepemimpinan tidak bertujuan untuk menciptakan pengikut yang hanya menuruti perintah tanpa ada inisiatif sama sekali. Kepemimpinan berfungsi memberdayakan dan menginspirasi orang lain untuk melakukan sesuatu atas inisiatif mereka sendiri.
BACA JUGA: Apa Itu Marketing? Ini Definisi, Fungsi, Jenis dan Tujannya
9. Pelatihan kepemimpinan
Untuk bisa menjadi pemimpin yang ideal, seseorang bisa melakukan beberapa trik tertentu. Berikut beberapa langkah konkret yang bisa dipakai dalam leadership training.
- Melakukan mentoring. Tidak sekadar mendelegasikan tugas, tetapi memfasilitasi orang lain untuk menemukan potensi terbaiknya. Akomodasi kebutuhan mereka serta buka kesempatan selebar-lebarnya bagi orang lain untuk berpartisipasi.
- Mempromosikan lingkungan yang kondusif dalam tim, bukan kompetisi yang tidak sehat.
- Terbuka untuk menemukan dan merekrut talenta baru dari latar belakang yang berbeda.
- Terbuka dengan tujuan yang ingin dicapai, komunikasikan secara lugas dan jelas pada karyawan atau subordinat dan yakinkan mereka bahwa mereka memiliki andil dalam mencapai ini.
- Jangan malas memberi feedback pada karyawan.
- Beri atau tunjukkan apresiasi, setidaknya pujian yang wajar dan motivasi yang lain untuk melakukan hal sama.
- Lakukan pertemuan rutin baik untuk diskusi partai besar atau pertemuan one-on-one.
- Taruh kepercayaan tinggi pada tim sambil mengawasi dan memberikan arahan seperlunya.
10. Hal yang harus dihindari seorang pemimpin
Ada banyak hal yang bisa dilakukan, tetapi tidak sedikit yang dianjurkan untuk dihindari.
- Keinginan untuk disukai. Mengingat manusia adalah makhluk sosial, keinginan untuk disukai dan jadi favorit banyak orang memang tidak bisa dielakkan. Namun, mereka harus ingat bahwa ini adalah lingkungan profesional. Dalam ranah personal pun disukai semua orang adalah hal yang mustahil.
- Konservatif. Seorang pemimpin harus bisa beradaptasi dan menyukai perubahan untuk mencapai tujuan jangka panjang serta mengikuti perkembangan zaman. Cara termudahnya dengan terus memperluas wawasan dan bersedia mendengar masukan.
- Tidak tahu batasan personal dan profesional. Dalam ranah profesional, batasan adalah hal penting. Sesederhana tidak menghubungi karyawan di luar jam kerja.
- Tidak mempercayai orang lain. Seorang pemimpin harus bisa mendelegasikan tugas dengan baik dan konsisten. Ia bukan orang yang punya krisis kepercayaan dan akhirnya mengerjakan banyak hal sendiri.
- Tidak punya tujuan jelas sejak awal adalah blunder terbesar pemimpin. Sejak awal pasang target dan tujuan untuk dikomunikasikan pada karyawan agar mereka bisa melakukan tugasnya dengan tujuan yang jelas pula.
11. Kepemimpinan untuk tujuan personal
Tidak hanya untuk keperluan profesional, kepemimpinan juga dibutuhkan untuk pengembangan diri. Sedulur wajib bisa memimpin dan mengorganisasi diri sendiri. Ini tipsnya.
- Tingkatkan self-awareness alias kemampuan mengenali diri sendiri baik dari potensi, kekurangan, kecenderungan, dan lain sebagainya.
- Latih cara dan gaya komunikasi agar lebih jelas dan mudah dipahami.
- Latih empati dan praktikkan. Empati bisa dilatih dengan memperluas perspektif, baik dengan mengobrol atau membaca buku.
- Bagikan ilmu pada orang lain.
- Berlatih manajemen stres dan kecemasan.
- Kembangkan kemampuan memotivasi diri sendiri dan orang lain.
- Latih disiplin dengan membangun kebiasaan baik, seperti olahraga, mengurangi hobi gosip, dan lain sebagainya.
- Cari pengalaman dan jangan malas menantang diri sendiri. Ini akan melatihmu menghadapi lebih banyak variasi situasi sulit.
- Terus belajar.
- Fokus pada solusi, jangan berhenti pada identifikasi masalah saja.
- Coba lebih sering mendengarkan ketimbang bicara.
Bukan tentang kontrol dan kekuasaan saja, kepemimpinan juga tentang kemampuan memberdayakan diri sendiri dan orang lain untuk mencapai tujuan tertentu. Semoga artikel ini membuat Sedulur makin paham tentang kemampuan leadership, ya. Kini, Sedulur bisa mengasah kemampuan tersebut lebih dalam lagi.
Sedulur yang membutuhkan sembako, bisa membeli di Aplikasi Super lho! Sedulur akan mendapatkan harga yang lebih murah dan kemudahan belanja hanya lewat ponsel. Yuk unduh aplikasinya di sini sekarang.
Sementara Sedulur yang ingin bergabung menjadi Super Agen bisa cek di sini sekarang juga. Banyak keuntungan yang bisa didapatkan, antara lain mendapat penghasilan tambahan dan waktu kerja yang fleksibel! Dengan menjadi Super Agen, Sedulur bisa menjadi reseller sembako yang membantu lingkungan terdekat mendapatkan kebutuhan pokok dengan mudah dan harga yang lebih murah.