Apakah Sedulur pernah mendengar istilah lateral thinking? Lateral thinking adalah sebuah metode atau cara berpikir dalam menyelesaikan sebuah masalah. Dalam bahasa Indonesia, istilah ini umum diterjemahkan sebagai berpikir lateral.
Secara sederhana, berpikir lateral merujuk pada cara berpikir dengan menggunakan pendekatan kreatif yang tidak biasa alias out of the box. Kemampuan berpikir lateral dapat memberikan banyak manfaat karena akan menghasilkan inovasi dalam menyelesaikan sebuah masalah maupun tantangan. Oleh karenanya, belakangan banyak orang yang mencoba merumuskan bagaimana cara mengembangkan kemampuan berpikir lateral.
Nah, apakah Sedulur juga penasaran dengan lateral thinking? Pada artikel kali ini, Super akan mengupas secara mendalam tentang lateral thinking, mulai dari definisi, manfaat, hingga cara mengembangkannya. Yuk, langsung disimak informasi selengkapnya berikut.
BACA JUGA: Performance Appraisal: Pengertian, Tujuan, Jenis, dan Contohnya
Definisi lateral thinking
Pertama-tama, kita cari tahu dahulu definisi lateral thinking atau berpikir lateral. Mengutip dari Glints, berpikir lateral adalah cara berpikir yang memungkinkan seseorang untuk menemukan ide-ide secara kreatif. Dengan kata lain, berpikir lateral merupakan kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah kompleks dengan menggunakan solusi yang kreatif.
Seperti diketahui, kebanyakan orang akan mengandalkan penalaran ketika menghadapi sebuah masalah. Mereka cenderung akan mencari cara yang lazim digunakan untuk mengatasi masalah yang dihadapinya tersebut. Namun, orang dengan kemampuan lateral thinking memiliki cara yang berbeda. Mereka akan mencari solusi lain yang mungkin tidak terpikirkan oleh kebanyakan orang.
Belakangan, lateral thinking banyak dimanfaatkan dalam menyelesaikan masalah di dunia kerja. Bahkan tak sedikit perusahaan yang secara sengaja mencari kandidat dengan kemampuan tersebut ataupun memberikan pelatihan agar karyawan dapat mengembangkan kemampuan berpikir lateral.
Lateral thinking Edward de Bono
Istilah lateral thinking pertama kali dicetuskan oleh Edward de Bono pada 1967. Mengutip dari laman DKV Binus, Edward de Bono menjelaskan bahwa berpikir lateral adalah cara berpikir untuk mencari solusi dari sebuah masalah sehingga terselesaikan melalui metode yang tidak umum. Dengan kata lain, penyelesaian masalah dengan berpikir lateral menggunakan cara yang biasanya diabaikan oleh pemikiran logis.
Pemikiran logis atau pemikiran tradisional sendiri umum dikenal dengan istilah berpikir vertikal. Pemikiran ini menggunakan pandangan yang wajar dan umum dipilih dalam menyelesaikan suatu masalah. Dengan kata lain, metode berpikir ini merupakan keterbalikan dari berpikir lateral yang cenderung memecahkan masalah dengan mengeksplorasi pendekatan yang menantang dan tidak biasa.
Meski begitu, konsep berpikir lateral disebut tidak bertentangan dengan berpikir vertikal. Sebab, Edward de Bono malah melihat berpikir lateral sebagai sebuah metode atau proses yang melengkapi berpikir vertikal sehingga diperoleh solusi lain dalam penyelesaian suatu masalah.
Masih berkaitan dengan berpikir lateral, Edward de Bono memperkenalkan konsep atau pernyataan “You cannot dig a hole in a different place by digging the same hole deeper” yang artinya “Kamu tak akan bisa menemukan lubang baru hanya dengan menggali lubang yang sama dengan lebih dalam.” Pernyataan ini memiliki makna bahwa dalam mencari solusi dari suatu masalah, kita tidak bisa hanya melakukan riset dari membaca satu sumber saja. Melainkan harus digunakan sumber-sumber lain untuk mendapatkan solusi yang paling tepat.
BACA JUGA: Contoh CV Fresh Graduate Tanpa Pengalaman Kerja & Tipsnya
Manfaat lateral thinking
Lateral thinking tidak hanya menjadi metode berpikir untuk menyelesaikan masalah. Melainkan juga memiliki beragam manfaat khususnya bagi individu yang bersangkutan. Dalam kaitannya dengan dunia kerja, lateral thinking juga bisa memberikan dampak baik dalam pengembangan karier seorang karyawan. Sebab, kemampuan berpikir lateral akan mendorong seseorang untuk menjadi lebih kreatif sehingga dapat melahirkan inovasi dan ide-ide baru. Berikut beberapa manfaat lateral thinking yang dapat Sedulur simak, sebagaimana dirangkum dari Glints dan MY Scorecard.
1. Mendorong berpikir kreatif
Manfaat berpikir lateral yang pertama adalah mendorong seseorang untuk berpikir kreatif. Hal ini dikarenakan pemikiran lateral akan membuka banyak ide dan pandangan sehingga membangun proses berpikir menjadi lebih kreatif. Sebab, seseorang akan menemukan banyak perspektif atau sudut pandang akan suatu permasalahan. Sehingga metode berpikir ini juga sekaligus dapat meningkatkan kemampuan untuk memecahkan masalah atau problem solving skill.
2. Mendorong untuk berinovasi
Masih berkaitan dengan manfaat yang sebelumnya, yakni mendorong untuk berpikir kreatif, lateral thinking juga dapat memantik munculnya ide-ide baru. Sebab, orang yang memiliki kemampuan lateral thinking terbiasa untuk berpikir secara tidak biasa alias out of the box. Sehingga mereka juga terbiasa untuk mencari hal baru di antara berbagai cara yang umum digunakan.
3. Menumbuhkan budaya untuk terus belajar
Lantaran terus terdorong untuk berpikir kreatif dan out of the box, orang dengan kemampuan lateral thinking akhirnya terbiasa untuk terus belajar. Hal ini dikarenakan ia akan berusaha mencari celah untuk menyelesaikan suatu permasalahan dengan wawasan baru yang diperolehnya.
BACA JUGA: Store Crew: Pengertian, Tugas, Gaji & Tanggung Jawabnya
Cara mengembangkan lateral thinking
Setelah menyimak pengertian dan berbagai manfaat lateral thinking, Sedulur mungkin tertarik untuk mengembangkan kemampuan satu ini. Kabar baiknya, ternyata ada sejumlah kebiasaan maupun cara yang dapat bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan lateral thinking. Berikut empat cara mengembangkan lateral thinking, sebagaimana dirangkum dari laman Glints dan Success at School.
1. Jangan membatasi diri
Seperti disampaikan sebelumnya, berpikir lateral artinya berpikir dengan cara yang tidak biasa. Dalam kaitannya dengan pemecahan masalah, metode ini mendorong untuk berpikir di luar dari apa yang menjadi kebiasaan serta mencari solusi dari cara-cara yang tidak biasa atau bahkan kerap diabaikan. Untuk itu, Sedulur tidak boleh membatasi diri sendiri agar mendapatkan solusi yang terbaik. Bahkan tak ada salahnya juga untuk selalu berpikir akan kemungkinan adanya cara yang lebih baik dari cara-cara yang biasa digunakan selama ini.
2. Buat mind mapping
Mind mapping merupakan gambar yang menunjukkan kerangka peta pikiran berdasarkan ide-ide yang ada di dalam pikiran. Membuat mind mapping artinya membuat visualisasi dari berbagai ide yang dimiliki untuk menemukan jalan keluar dari suatu masalah.
Mind mapping sendiri dianggap sebagai cara terbaik untuk menemukan jalan keluar dari permasalahan yang tidak bisa diselesaikan dengan logika. Sebab, mind mapping merupakan alat bantu visual di mana semua ide akan dipaparkan di atas kertas sehingga bisa menentukan secara lebih cermat apa yang harus dilakukan.
3. Menggunakan objek transisi
Cara mengembangkan lateral thinking yang berikutnya adalah menggunakan objek transisi. Apa itu? Objek transisi adalah benda atau orang yang dianggap menginspirasi untuk menemukan ide-ide baru. Objek tersebut akan menjadi pemantik imajinasi untuk menyelesaikan sebuah persoalan.
Misalnya, ketika menghadapi sebuah masalah, Sedulur dapat membayangkan seorang tokoh dan reaksi dari tokoh tersebut apabila menghadapi reaksi serupa. Imajinasi ini berangkat dari karakteristik maupun kebiasaan tokoh tersebut. Dengan demikian, Sedulur akan mendapatkan gagasan lain yang mungkin tidak terpikirkan sebelumnya.
4. Berpikir terbalik
Berpikir terbalik atau reverse thinking adalah cara penyelesaian masalah dengan memikirkan apa yang biasa dilakukan orang lain ketika menghadapi situasi serupa. Namun cara ini tidak dimaksudkan untuk meniru solusi yang sama. Melainkan mencari kebalikan dari solusi yang umum dilakukan tersebut. Cara ini bisa menjadi solusi ketika Sedulur merasa terjebak dalam menyelesaikan sebuah persoalan. Sebab, Sedulur akan terdorong untuk memikirkan cara lain berdasarkan cara yang umum digunakan tersebut.
BACA JUGA: Profesional adalah: Pengertian, Ciri, Etika, Cara & Konsepnya
Bidang pekerjaan yang membutuhkan lateral thinking
Telah diketahui bersama bahwa lateral thinking adalah cara berpikir di mana seseorang tidak membatasi dirinya dengan pikiran logis sehingga dapat menghasilkan ide-ide kreatif. Oleh karenanya, kebiasaan untuk berpikir lateral dapat menumbuhkan kreativitas seseorang. Kemampuan berpikir lateral pun juga berguna dalam dunia kerja.
Tak hanya untuk pengembangan karier, keterampilan lateral thinking rupanya juga sangat berguna dalam sejumlah bidang pekerjaan. Di antaranya adalah bidang pemasaran, periklanan, dan media ataupun jurnalistik.
Sebagai contoh, pemasaran atau marketing adalah bidang pekerjaan yang memiliki tujuan untuk memasarkan produk maupun membangun branding perusahaan. Untuk mencapai tujuan itu, perusahaan tidak hanya butuh memperkenalkan produk maupun profilnya semata. Namun juga memerlukan kreativitas dalam melakukan kampanye (campaign) agar pesan yang ingin disampaikan bisa diterima publik dengan baik.
Begitu juga dengan bidang periklanan dan media. Untuk menyampaikan pesan kepada publik, diperlukan cara-cara yang kreatif sehingga dapat tersampaikan secara baik. Cara kreatif dan berbeda juga berpeluang untuk menarik perhatian sehingga publik akan tertarik untuk melihat iklan atau informasi tersebut.
Demikian tadi pembahasan tentang lateral thinking. Dapat disimpulkan bahwa lateral thinking atau berpikir lateral adalah cara berpikir dalam menyelesaikan masalah dengan tidak terbatas pada hal-hal yang umum dilakukan. Semoga informasi ini dapat memberikan wawasan baru untuk Sedulur, ya!