Kerajaan Demak: Sejarah, Masa Kejayaan & Masa Keruntuhan

Demak merupakan salah satu kota kecil di Jawa Tengah yang memiliki posisi penting dalam sejarah Indonesia. Di tempat inilah, sebuah kesultanan muslim bernama Kerajaan Demak pernah berdiri dan berjaya pada abad ke-16 sampai 17.

Melansir Ensiklopedia Britannica, Demak pernah menjadi jalur perdagangan rempah di Asia Tenggara sehingga pengaruhnya cukup besar pada masa tersebut. Secara geografis, Demak sendiri berbatasan langsung dengan Kudus, Semarang, dan Jepara.

Sayangnya, kesultanan ini akhirnya jatuh karena peperangan dan akhirnya digantikan oleh Kerajaan Mataram. Lantas, bagaimana sih sepak terjang Kerajaan Demak dari awal hingga keruntuhannya? Mari kita baca bersama-sama. 

BACA JUGA: Gerakan 3a: Pengertian, Sejarah dan Tujuannya

1. Sejarah singkat Kerajaan Demak

kerajaan demak
Tirto

Merujuk pada penelitian kualitatif Abdul Wahid Hasyim dalam Buletin Al-Turas, Kerajaan Demak naik seiring dengan menurunnya pengaruh Majapahit di Jawa. Dengan dukungan Wali Songo dan beberapa adipati di Gresik, Tuban, dan Jepara, Raden Patah akhirnya mendirikan Kesultanan Islam di kota tersebut menjelang abad ke-16. Patah sendiri merupakan putra dari Brawijaya V yang merupakan pemimpin terakhir Majapahit menjelang keruntuhannya. 

Raden Patah kemudian digantikan oleh menantunya, Pati Unus atau yang dikenal Pangeran Sabrang Lor. Tahtanya hanya bertahan tiga tahun dan setelah kematiannya, sang Patih digantikan oleh putra kandung Patah, Sultan Trenggono yang sekaligus menjadi raja terakhir Kerajaan Demak. 

2. Kebangkitan 

Indonesia Traveler

Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, pendiri Kerajaan Demak adalah Raden Patah. Masih bersumber pada artikel yang sama, Raden Patah merupakan seorang pelajar yang kemudian perlahan mendirikan pesantren di kawasan Glagah. Pengaruh Raden Patah dalam menyebarkan ajaran Islam memang sangat hebat. Hal ini tak lepas dari banyak muridnya yang berasal dari etnis Jawa dan keturunan Tiongkok.

Menurut tulisan Marwoto dalam jurnal Procedia, fakta bahwa ibu Raden Patah adalah keturunan Tionghoa membuat Patah bisa diterima dua etnis mayoritas di Jawa Tengah tersebut. Dalam waktu beberapa tahun, ia berhasil mengumpulkan ribuan santri dan membuat namanya makin dikenal. 

Ia kemudian diangkat menjadi Adipati Bintoro oleh sang ayah, Raja Brawijaya V yang saat itu masih memegang sisa-sisa pengaruh Kerajaan Majapahit. Sepeninggal sang ayah, Raden Patah kemudian berinisiasi untuk membangun kesultanan sendiri yang fokus pada penyebaran agama Islam.

Ia tak mau terlibat dalam perebutan kekuasaan dengan tokoh-tokoh Majapahit. Posisinya sebagai bangsawan yang sudah dikenal, pengetahuannya tentang Islam, serta hubungan darahnya dengan Majapahit membuat ide Patah mendirikan Kerajaan Demak diamini oleh beberapa tokoh Wali Songo serta sejumlah adipati di wilayah Jawa Tengah. Kerajaan Demak pun resmi berdiri di tahun 1478. 

BACA JUGA: Kerajaan Tarumanegara: Sejarah, Raja, Kejayaan & Peninggalan

3. Masa kejayaan dan kebijakan yang dibuat

Instagram @wartademak

 

Demak diuntungkan secara geografis karena berada di tengah Pulau Jawa sehingga memudahkan persebaran agama dan pengaruh Islam. Wilayahnya juga subur untuk menanam padi serta perairannya dilalui kapal-kapal dagang dari Semarang ke Rembang dan sebaliknya. Demak perlahan menjelma menjadi jalur perdagangan Asia Tenggara sejak Portugis menguasai Malaka. Kota ini menjadi ramai pendatang dan disinggahi para saudagar dari berbagai daerah dan negara.

Demak memasukkan nilai-nilai Islam dalam pembuatan kebijakan dan aktivitas pemerintah. Raden Patah dan Walisongo sebagai penasihatnya sepakat untuk menggunakan Al-Quran dan Hadist sebagai pedoman pemerintahan mereka. Keterlibatan ulama dan tokoh agama pun jelas terpampang nyata dalam praktik politik Kerajaan Demak.

Kerajaan Demak memberlakukan kebijakan yang unik dalam penyebaran pengaruhnya, yaitu.

  • Mencoba mengkombinasikan ajaran agama dengan budaya Jawa asalkan tidak bertentangan dengan syariah Islam. Tujuannya agar lebih mudah diterima oleh masyarakat. 
  • Menjaga citra baik dan terhormat seorang pemimpin muslim. 
  • Mengirim pengajar ke berbagai daerah di pulau Jawa dan Madura.
  • Mengoptimalkan fungsi masjid sebagai pusat edukasi dan kegiatan sosial selain tempat peribadatan. Salah satunya Masjid Demak yang sampai saat ini masih berdiri kokoh.  

Selain keagamaan dan pendidikan, Raden Patah juga melakukan berbagai proyek pembangunan. Ia juga memperkuat kekuatan militernya untuk mengantisipasi ekspansi Portugis yang sudah memasuki kawasan Malaka dan Ternate saat itu. 

Masih merujuk Hasyim, masa kejayaan Kerajaan Demak berlangsung selama pemerintahan Patih Unus. Ia bekerjasama dengan banyak Kerajaan Islam lain di nusantara, terutama untuk melawan pendatang Portugis. Itulah yang menjadi cikal bakal julukannya, Pangeran Sabrang Lor yaitu seorang yang menyeberang ke Utara. Banyak versi tentang kematian Dipati Unus, tetapi ia hanya memimpin selama tiga tahun. Posisinya kemudian diisi oleh Sultan Trenggono.

BACA JUGA: Penemu Listrik & Sejarah Penemuan Listriknya

4. Menjelang keruntuhan 

Instagram @ahmadsaifullah_

Sama dengan sultan-sultan sebelumnya, Trenggono juga masih melakukan ekspansi pengaruh. Hal ini secara bertahap membuat Demak dianggap sebagai ancaman oleh beberapa kerajaan lain seperti Pajang, Padjajaran, dan Mataram yang masih memegang kepercayaan Hindu. Sultan Trenggono sendiri seperti yang dilansir dari jurnal yang ditulis Mahfud, dkk. wafat saat ia sedang dalam misi penaklukan Panarukan. 

Sepeninggalnya, puncak kepemimpinan Demak pun kosong dan jadi ajang perebutan oleh beberapa tokoh yaitu Sunan Prawoto, putra Trenggono dan Arya Panangsang, putra Pangeran Sekar Seda Lepen. Pertentangan ini sebenarnya sudah ada sejak Pati Unus meninggal di mana Trenggono naik tahta karena terbunuhnya Pangeran Sekar.

Arya Penangsang berhasil membalaskan dendamnya pada Prawoto, tetapi upayanya menjadi Raja Kerajaan Demak dihalangi oleh putra Prawoto yang bernama Jaka Tingkir. Jaka Tingkir berhasil menyingkirkan Penangsang, tetapi ia memilih untuk mendirikan Kerajaan baru bernama Pajang hingga akhirnya Demak tinggal menjadi kenangan. 

5. Peninggalan dan warisannya di masa kini 

kerajaan demak
Instagram @wisatasemarang

Meski akhirnya runtuh, bekas peninggalannya masih bisa Sedulur lihat hingga kini. Masjid Agung Demak menjadi satu-satunya peninggalan kesultanan muslim tersebut. Arsitekturnya masih dipertahankan seperti aslinya meski sudah melalui beberapa renovasi. Selain jadi tempat ibadah untuk umat Islam, situs ini juga sering dikunjungi para peziarah yang ingin mengunjungi makam Sunan Kalijaga. Tiap tahunnya, masjid ini juga menyelenggarakan Grebeg Besar, ritual untuk memperingati Idul Adha. 

Terjawab sudah Kerajaan Demak di mana serta apa signifikansinya dalam penyebaran ajaran Islam di Jawa. Sayangnya, sama seperti kebanyakan kerajaan lain di dunia, pertikaian atau perebutan tahta selalu menjadi biang keruntuhan mereka. 

Sedulur yang membutuhkan sembako, bisa membeli di Aplikasi Super lho! Sedulur akan mendapatkan harga yang lebih murah dan kemudahan belanja hanya lewat ponsel. Yuk unduh aplikasinya di sini sekarang.