Seperti yang telah kita ketahui, ada banyak jenis gangguan mental yang berbahaya bagi kesehatan. Nah, mungkin sebelumnya Sedulur sudah pernah mendengar istilah self harm? Ya, salah satu gangguan mental yang menyebabkan para penderitanya melukai diri sendiri.
Bisa dibilang bahwa kasus terjadinya self – harm di indonesia masing sangat jarang. Terlebih lagi para penderitanya selalu menyembunyikan luka fisik dan melakukannya secara diam-diam. Jadi sangat sulit untuk mengidentifikasinya, kecuali atas pengakuan si penderita.
Banyaknya self harm art yang beredar, terkadang membuat kita berpikir bahwa gangguan mental ini terlihat keren. Namun tentu saja itu tidak baik untuk diri sendiri, bahkan orang lain. Untuk itu Sedulur perlu tahu lebih lanjut mengenai gangguan mental tersebut agar bisa sadar dan lebih waspada lagi.
BACA JUGA: Apa Itu Psikopat? Ini Gejala dan Ciri-ciri yang Harus Diwaspadai
Apa itu self harm?
Self harm/self injury adalah tindakan yang dilakukan dengan sengaja untuk menimbulkan rasa sakit atau luka pada tubuh diri sendiri. Misalnya saja seperti membakar kulit dengan bara api, menyayat kulit dengan benda tajam, sampai menggaruk kulit hingga lecet.
Namun ternyata tidak hanya luka fisik saja, lho. Ada juga perilaku gangguan mental ini dengan cara meminum alkohol atau obat-obatan secara berlebih. Selain itu, ada juga yang melakukan hubungan seksual dengan cara yang tidak aman dengan tujuan untuk meluapkan emosi negatif.
Perilaku menyakiti diri sendiri inilah, yang membuat para penderitanya merasa lebih puas, lega, dan juga tenang. Bahkan banyak dari mereka yang mengaku jika rasa sakit fisik ini mampu menggantikan rasa sakit secara emosional, yang mana rasa sakit tersebut tidak bisa mereka jelaskan.
Mungkin Sedulur belum tahu secara pasti mengapa rasa sakit fisik dapat menggantikan rasa sakit emosional. Nah, jadi salah satu fungsi otak itu adalah berperan dalam memberikan respon rasa sakit yang sama, lho.
Misalnya saja jika Sedulur sedang sakit hati, pasti ada anggota badan yang juga ikut sakit kan? Walaupun tidak sakit, namun paling tidak tubuh akan merasa lemas kan? Nah, itu bisa terjadi karena keduanya saling mempengaruhi antara satu sama lain.
Yang membuat self harm ini berbahaya, yakni karena perilaku tersebut dapat membuat kita kecanduan. Jadi sebenarnya kita akan merasa bersalah pada diri sendiri setelah melakukannya pertama kali. Dari dampak negatif tersebut, akan muncul dorongan untuk terus mengulanginya lagi.
Jenis-jenis Selfharm
Menurut pakar pakar dan psikolog, Selfharm ini bisa terbagi menjadi beberapa jenis. Pembagian tersebut dilihat dari tingkat keparahan yang dialami oleh para penderita gangguan mental yang satu ini. Langsung saja, berikut ini penjelasannya.
Superficial Self-Mutilation
Bisa dibilang ini adalah jenis self-harm yang paling ringan dan paling sering dilakukan orang-orang tanpa disadari. Saking ringannya, mungkin Sedulur sendiri juga pernah atau sedang mengalaminya tanpa disadari.
Superficial self-mutilation adalah suatu tindakan yang menyakiti tubuh, namun masih dalam tahap yang ringan dalam intensitas yang jarang. Misalnya saja seperti menarik rambut, menyayat kulit dengan benda tajam, membakar kulit dengan api, dan lain sebagainya.
Stereotypic Self-Injury
Kemudian yang berikutnya ada stereotypic self-injury. Pada jenis gangguan mental ini, para penderita akan menyakiti dirinya sendiri dengan tindakan yang sebenarnya tidak terlalu parah. Akan tetapi hal dilakukan secara berulang-ulang, sehingga bekas yang ditimbulkan cukup dalam.
Contohnya saja seperti membenturkan kepalan ke tembok atau pintu secara berulang. Jika dilakukan sekali, maka tidak akan ada bekas luka yang muncul. Namun jika sudah berulangkali, tentu saja muncul tanda memar. Biasanya orang yang mengidap autisme masuk ke dalam kategori yang satu ini.
Major Self-Mutilation
Kemudian ada jenis self-harm yang paling atau yang disebut sebagai major self-mutilation. Jenis ini disebut yang paling parah, karena mereka akan melukai tubuhnya dengan cara yang sangat ekstrem, bahkan bisa mengancam jiwanya.
Beberapa tindakan yang termasuk dalam jenis selfharm ini seperti merusak mata, memotong jari, dan tindakan-tindakan ekstrim lainnya. Umumnya, para penderita gangguan psikosis akan melakukan tindakan seperti ini.
Jenis-jenis luka akibat selfharm
Jika dilihat dari jenis luka yang ditimbulkan, ada beberapa jenis selfharm yang harus diwaspadai. Beberapa di antaranya, adalah sebagai berikut ini.
1. Pengadilan
Pengadilan atau yang juga sering disebut sebagai self harm cuts, adalah pemotongan yang dilakukan dengan berbagai jenis benda tajam seperti pisau, benang, pemotong, jarum, silet, hingga kuku jari. Jenis ini akan membuat goresan atau luka atau goresan pada berbagai bagian tubuh.
2. Luka bakar
Penderita dari jenis gangguan ini biasanya akan menggosok benda seperti kain, selotip, atau bahan lain demi menghasilkan luka bakar dari gesekan. Selain itu, mereka juga bisa membakar diri sendiri dengan menggunakan api secara langsung.
3. Membuat sketsa kata-kata yang menembus kulit
Pengukiran kata atau simbol di permukaan kulit dilakukan dengan menggunakan benda tajam seperti halnya pemotong kuku, cutter, dan silet. Kategori yang satu ini bisa mencakup banyaknya tato atau tindikan, karena penderitanya merasa jarum tato mampu mengatasi rasa sakit emosionalnya.
4. Memukul atau memukul kepala
Biasanya mereka akan membenturkan kepala mereka di pintu, tembok, atau benda keras lainnya. Tidak hanya kepala saja, beberapa anggota tubuh lain yang juga sering dibenturkan adalah dada, perut, belakang kepala, dan bahkan menabrakkan diri sendiri ke tembok atau pintu.
5. Trikotilomania
Trikotilomania merupakan dorongan untuk mencabut rambut, baik rambut di kepala, alis, kumis, jenggot, rambut hidung, dan lain sebagainya. Hal semacam ini bisa saja berubah dari kebiasaan menjadi kecanduan.
6. Dermatillomania
Dermatilomania adalah perilaku untuk membuka kembali luka sebelum mengering. Biasanya mereka akan menarik koreng atau kulit baru yang timbul dalam fase penyembuhan. Selain itu, mereka juga tidak segan-segan untuk menghilangkan jahitan atau plester demi keberlangsungan rasa sakit.
BACA JUGA: 12 Manfaat Menulis, Baik Untuk Kesehatan Mental?
Apa penyebab selfharm?
Seperti yang tadi telah kita bahas, para pelaku gangguan mental ini akan merasa bahwa mereka bisa melepaskan emosi negatifnya setelah melukai dirinya sendiri. Beberapa emosi yang dimaksud dalam hal ini seperti perasaan cemas, marah, depresi, perasaan bersalah atau sedih yang sudah lama dipendam.
Berakar dari rasa tidak tahu mengenai cara untuk mengatasi rasa emosi negatifnya, kesulitan mengekspresikan emosi, dan kurangnya pemahaman tentang emosi yang dia rasakan, membuat mereka akhirnya melakukan self-harm atau menyakiti diri sendiri secara fisik untuk mendapatkan jalan keluar.
Ciri ciri selfharm
Cukup sulit untuk mendeteksi orang yang menderita selfharm, karena biasanya mereka melakukannya secara diam-diam atau sembunyi-sembunyi. Selain itu, luka yang mereka buat juga di bagian tubuh yang tertutup. Namun jika Sedulur menemui ciri-ciri berikut ini, mungkin saja mereka membutuhkan bantuan.
- Tidak memiliki teman atau kerabat dekat, dan lebih suka menyendiri.
- Merasa kesulitan untuk berinteraksi dengan orang lain.
- Memiliki bekas luka bakar yang mencurigakan.
- Sering merasa bahwa dirinya itu tidak berharga, dan sering upload posting-an tentang keputusasaan.
- Sering membawa atau menyimpan benda tajam kemana saja ia pergi.
- Sering merasa cemas, depresi, dan juga menunjukkan ketidakstabilan emosional.
- Sering muncul bekas luka yang baru seperti goresan, memar, atau bekas gigitan.
- Sering mengenakan baju lengan panjang atau celana panjang walaupun dalam situasi yang panas (kecuali untuk wanita yang berhijab).
- Suka dengan quotes atau kutipan yang bertemakan tentang depresi dan masalah diri.
- Jika ditanyai tentang adanya bekas luka atau memar di tubuhnya, ia akan selalu mengatakan hal yang sama setiap saat. Misalnya saja seperti terbentur, terjatuh, maupun bentuk kecelakaan yang lain.
- Terdapat bekas luka dengan pola yang sama, dan itu terjadi secara berulang-ulang.
Apakah selfharm bisa disembuhkan?
Bagi yang menderita self-harm, sebaiknya segera menemui tenaga profesional, baik itu psikiater maupun psikolog. Dengan metode ini, maka penderita akan dibantu untuk mencari tahu akar permasalahannya.
Setelah itu, biasanya mereka akan menyarankan untuk melakukan terapi-terapi tertentu, dengan tujuan untuk menghilangkan rasa trauma yang mendalam. Jika tidak ditangani secara tepat, gangguan mental ini bisa mengancam keselamatan dan nyawa, lho.
BACA JUGA: 7 Ciri Mental Breakdown, Gangguan Kecemasan & Tips Mengatasinya
Self harm adalah tindakan yang berbahaya jika dibiarkan begitu saja. Walaupun pada awalnya tidak ada perubahan yang dirasakan, namun lama-kelamaan Sedulur akan sadar jika tindakan yang dilakukan tersebut telah merugikan diri sendiri.
Jadi misalnya Sedulur memiliki emosi yang harus diluapkan, maka lakukan kegiatan-kegiatan yang positif untuk melupakannya. Sedulur bisa memiliki bloxing atau tinju dengan samsak, bermain basket, jogging, atau kegiatan lain yang mampu menguras emosi dan perasaan negatif dalam diri sendiri.