Masyarakat Ekonomi ASEAN atau yang disingkat MEA adalah sebuah rencana integrasi ekonomi yang dibuat pada 2015 lalu oleh negara-negara anggota ASEAN. Ia diharapkan berhasil terwujud pada tahun 2025 mendatang. Sesuai namanya, tujuan MEA adalah menaikkan fase kerjasama antar negara ASEAN dalam bidang ekonomi.
Sejauh ini ASEAN sudah memiliki perjanjian perdagangan bebas atau ASEAN Free Trade Area (AFTA) dan rencananya akan terus ditingkatkan ke arah yang lebih jauh. Apakah MEA akan mengekor integrasi ekonomi Uni Eropa? Apa pula manfaat dan risikonya buat Indonesia? Kita simak beberapa faktanya di bawah.
BACA JUGA: Tujuan Asean Didirikan Beserta Latar Belakang & Manfaatnya
1. Apa itu MEA?
MEA adalah singkatan dari Masyarakat Ekonomi ASEAN, terjemahan dari ASEAN Economic Community (AEC) yang cetak birunya disepakati pada tahun 2015 lalu. Melansir laman Kementerian Luar Neger RI, MEA memiliki empat pilar yang sudah disepakati sejak 2006 melalui ASEAN Economic Ministers Meeting, yaitu.
- Pasar dan basis produksi tunggal
- Kawasan ekonomi dengan daya saing tinggi
- Kawasan dengan pembangunan ekonomi merata dan adil
- Kawasan yang terhubung dengan ekonomi global.
Melansir tulisan Koichi Ishikawa dalam Journal of Contemporary East Asia Studies, tujuan komunitas ekonomi ASEAN ini pada dasarnya bertujuan memungkinkan adanya pergerakan bebas dari komoditas, jasa, investasi, pekerja, serta modal.
2. Sejarah pembentukan MEA
Sejarah MEA menurut laman Sekretariat ASEAN sudah ada sejak tahun 1992 saat perjanjian perdagangan bebas AFTA ditandatangani. Implementasinya kemudian diwujudkan di tahun 2002 setelah ASEAN menjadi salah satu kawasan yang terdampak krisis ekonomi global di tahun 1997. Melansir tulisan Kaihatu dalam Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan tentang AFTA, saat itu pemberlakuan ditetapkan setahun lebih cepat dari rencana karena ingin segera memperbaiki kondisi ekonomi ASEAN yang terpuruk karena krisis dan berharap kebijakan ini akan menarik lebih banyak Foreign Direct Investment (FDI).
AFTA awalnya hanya disepakati enam negara, termasuk Indonesia. Kemudian disusul empat negara lain secara bertahap hingga akhirnya di tahun 2010 semua negara sepakat berpartisipasi. Kebijakan liberalisasi ini berusaha menghapus diskriminasi antara perusahaan asing dan domestik dan memungkinkan persaingan yang lebih kompetitif. Lewat perjanjian itu kita sudah bisa merasakan berbagai manfaat seperti pembebasan visa untuk kunjungan antar sesama warga negara ASEAN, pengurangan bahkan pembebasan tarif untuk ekspor impor komoditas, pengiriman barang yang lebih murah dan cepat, dan berbagai kemudahan lain.
Di tahun 2003 pada ASEAN Summit, para pemimpin negara mengusulkan pembicaraan tentang AEC atau MEA dengan tujuan memperdalam dan meningkatkan kerjasama yang sudah dibentuk setahun sebelumnya. Melalui tulisan Ishikawa, MEA meliputi hal-hal yang sebelumnya belum dicantumkan dalam perjanjian seperti kebijakan terkait persaingan yang sehat, hak intelektual, standar bersama, pembangunan infrastruktur, hingga visi untuk mengurangi kesenjangan ekonomi. MEA juga menegaskan keinginan ASEAN untuk terintegrasi dengan rantai suplai global. Caranya dengan memperluas kerjasama perdagangan bebas dengan negara di luar Asia Tenggara.
BACA JUGA: NATO: Pengertian, Tujuan, Struktur Kerja & Anggotanya
3. Kemiripannya dengan EEC milik Uni Eropa
Tujuan MEA sedikit banyak memiliki kemiripan dengan European Economic Community yang sudah menjadi pelopor integrasi ekonomi. Dikembangkan di tahun 1990an, mereka berhasil terimplementasi di tahun 2000an hingga kini. Meski mengalami beberapa kendala dan masalah serta risiko seperti krisis di tahun 2008 hingga kemelut Yunani, bahkan Brexit, Uni Eropa masih menjadi kekuatan ekonomi regional yang disegani dan berpengaruh di dunia.
EEC sendiri hingga kini bukan tanpa tantangan. Sejumlah kelompok politik di negara-negara anggotanya, terutama partai-partai politik sayap kanan dan konservatif menyuarakan ketidakpuasan mereka selama ini. Bukan tidak mungkin akan ada negara lain yang mengekor Inggris keluar dari zone ekonomi Eropa mengingat makin banyak parpol sayap kanan yang menguasai pemerintahan.
4. Potensi MEA
MEA ASEAN adalah sebuah komitmen yang cukup ambisius. Seperti yang diungkap Ishikawa, ASEAN mungkin juga sedang mengamati dengan ketat perkembangan Uni Eropa. Mengingat secara ketahanan ekonomi, negara MEA didominasi negara berkembang dengan perekonomian yang belum bisa dibilang stabil. Bahkan Myanmar secara politik belum stabil hingga sekarang. Kestabilan politik sangatlah penting dalam pertumbuhan ekonomi seperti argumen World Bank dalam situs resmi mereka.
Tanpa kestabilan politik, iklim investasi pun tidak akan baik dan tidak ada jaminan pertumbuhan ekonomi mengingat rakyat harus dijamin pekerjaannya dan keamanannya untuk bisa bertahan hidup dan berkontribusi dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara. Namun, politik yang stabil saja tidak cukup. Dinamika dan pergantian kekuasaan yang rutin dan tertib harus pula terjamin. Bila tidak, World Bank juga mengindikasikan adanya kemungkinan tumbuhnya kroni dan oligarki yang rawan melakukan korupsi dan penumpukan kekayaan pada sebagian kecil penduduk saja.
BACA JUGA: 50 Negara Militer Terkuat di Dunia Sesuai dengan Peringkatnya
5. Belajar dari AFTA, MEA bukan perkara mudah
Merujuk tulisan Yi Hung Chiou dalam Journal of Current Southeast Asian Affair, AFTA sendiri bukan sebuah perjanjian yang terimplementasi secara menyeluruh. Ada beberapa faktor yang menyebabkan hal ini terjadi. Secara institusional, ASEAN adalah organisasi regional yang lemah secara komitmen dan integrasi. Tiap negaranya terlalu berbeda, yang paling kentara adalah sistem politik yang dianut. Ada yang menerapkan demokrasi utuh, demokrasi parsial, dan banyak yang masih memegang teguh otoritarianisme. Perbedaan ini ditambah dengan keengganan tiap negara untuk berkomitmen mengorbankan sebagian kedaulatan mereka untuk mengurangi apalagi membebaskan tarif perdagangan. Masih ada kesenjangan pertumbuhan ekonomi antar negara yang masih sangat mencolok.
Bila berkaca pada Uni Eropa, integrasi ekonomi mereka didukung oleh dominasi keseragaman dan komitmen untuk juga menciptakan stabilitas politik. Tidak hanya kebebasan bergerak bagi manusia dan komoditas, mereka juga memastikan keamanan mereka terintegrasi dan semua negara menerapkan sistem demokrasi yang kurang lebih sama prinsipnya.
6. Progres MEA sejauh ini
Melansir tulisan Ishikawa, pencapaian MEA sampai ia merilis tulisannya di tahun 2021 adalah pembebasan dan pengurangan arif pergerakan komoditas yang bernama ASEAN Trade in Goods Agreement (ATIGA). Dengan implementasi perjanjian ini, perdagangan antar negara ASEAN memang mengalami peningkatan. Di tahun 2012, kembali disepakati ASEAN Agreement of Movement of Natural Persons yang memungkinkan pekerja profesional di bidang teknik, kesehatan, arsitektur, akuntansi, dan wisata bergerak bebas di wilayah teritori negara-negara anggota ASEAN. Ditambah dengan penandatanganan FTA antara ASEAN dengan Hong Kong di tahun 2019. Ini menambah daftar ASEAN+1 yang sebelumnya sudah disepakati dengan Tiongkok pada 2009. Sejauh ini, sudah ada empat negara lain yang punya kerjasama FTA dengan ASEAN selain Tiongkok dan Hong Kong. Mereka adalah Australia, India, Jepang, Korea Selatan, dan Selandia Baru.
Menurut laman Kemlu, ada setidaknya 72 dari 118 prioritas MEA yang sudah diimplementasikan seluruh negara anggota pada 2017. Sementara, Indonesia sudah berhasil mengimplementasikan 85 di antaranya.
BACA JUGA: Fakta Menarik Filosofi 11 Bendera ASEAN yang Jarang Diketahui
7. Sampai tahap manakah MEA menurut teori integrasi ekonomi?
Ekonom Hungaria bernama Bela Balassa pernah menulis tahapan integrasi ekonomi, yaitu free trade area, custom union, common market, economic union, dan terakhir complete economic integration.
- Free trade area artinya pembebasan tarif perdagangan antar negara anggota.
- Custom union berarti serta pengurangan diskriminasi pada komoditas perdagangan antar negara anggota serta penyeragaman tarif perdagangan dengan negara non anggota.
- Common market artinya pembebasan pembatasan perdagangan serta factor movement yang mempengaruhinya seperti pergerakan pekerja, transfer modal, pinjaman, serta FDI.
- Economic union yaitu pembuatan kebijakan perdagangan bersama mulai dari restriksi komoditas, kebijakan, dan lain sebagainya. Gunanya untuk menghilangkan diskriminasi antar negara anggota.
- Total economic integration yang merupakan unifikasi kebijakan moneter, fiskal, dan sosial, serta berbagai sektor lain yang nantinya mempengaruhi iklim bisnis regional.
Jika Uni Eropa sudah masuk dalam integrasi ekonomi total, ASEAN masih berada di tahap FTA-plus dengan mengadakan kerjasama FTA dengan beberapa negara di luar anggota. MEA diharapkan bisa mengarah ke tahap berikutnya, custom union. Sejauh ini prosesnya masih alot untuk ASEAN mengingat baru Singapura yang benar-benar berani membebaskan tarif. Sementara, negara-negara lain masih benar-benar enggan. Memang dibutuhkan keberanian untuk mencapai tujuan MEA apalagi dengan iklim Indonesia yang masih bergantung pada komoditas impor ketimbang komoditas dalam negeri.
8. Manfaat MEA bagi Indonesia
Tujuan MEA sebenarnya baik, mengharapkan ASEAN menjadi negara yang bisa menarik investor asing dan berdaya saing global. Namun, masih banyak ketidaksiapan dan keengganan dari negara anggotanya. Ini karena ASEAN didominasi manufaktur karena bonus demografinya. Ditambah rendahnya upah yang membuat investor dan produsen luar negeri tertarik untuk memindah proses produksi ke sejumlah negara ASEAN, tak terkecuali Indonesia.
Beda misalnya dengan Eropa yang merupakan rumah untuk industri besar, tetapi menarik pekerja migran dari luar negeri. Ketidakseimbangan antara komoditas yang diproduksi dalam negeri dengan jumlah penduduk yang hanya berperan sebagai sasaran pasar konsumsi dan alternatif tenaga upah rendah menjadi kelemahan sendiri untuk ASEAN ketika bicara MEA.
Hal ini berlaku untuk Indonesia pula yang memiliki pola serupa dengan kebanyakan negara berpenduduk padat macam Filipina dan Vietnam. Memang ada peluang bagi produsen dalam negeri untuk menambah margin pendapatan dengan memanfaatkan perjanjian FTA. Pekerja profesional asal tanah air juga memiliki kesempatan untuk berkarier di negara ASEAN lain begitupun sebaliknya. Namun, seberapa besar persentase penduduk ASEAN dan Indonesia yang memiliki sertifikasi profesional tersebut? Itulah mengapa banyak pengamat masih ragu dengan implementasi MEA dan signifikansi dampaknya bagi ekonomi ASEAN, alih-alih kesejahteraan penduduk. Ambisi mengurangi kesenjangan pun dirasa masih jauh. Bahkan Ishikawa menyoroti kemungkinan negara anggota ASEAN terjebak dalam middle income trap karena kebanyakan penduduknya bekerja di sektor manufaktur yang menjadi satu-satunya daya tarik investor asing.
Latar belakang MEA hingga tujuan dan prospeknya sudah dibahas. Tentu masih banyak hal yang menarik untuk diulik. Sedulur bisa coba analisa dan baca lebih lanjut di berbagai sumber terpercaya lainnya.
Mau belanja bulanan nggak pakai ribet? Aplikasi Super solusinya! Mulai dari sembako hingga kebutuhan rumah tangga tersedia lengkap. Selain harganya murah, Sedulur juga bisa merasakan kemudahan belanja lewat handphone. Nggak perlu keluar rumah, belanjaan pun langsung diantar. Yuk, unduh aplikasinya di sini sekarang!
Bagi Sedulur yang punya toko kelontong atau warung, bisa juga lho belanja grosir atau kulakan lewat Aplikasi Super. Harga dijamin lebih murah dan bikin untung makin melimpah. Langsung restok isi tokomu di sini aja!