Teori Gujarat adalah teori terkait kedatangan Islam ke Indonesia. Salah satunya diduga berasal dari Gujarat, India. Didorong oleh aktivitas perdagangan dan pelayaran antarbenua yang berlangsung berabad-abad. Hal tersebut dapat dijelaskan oleh teori dari Gujarat.
Dalam kesempatan kali ini, kita akan bahas bersama seperti apa itu teori Gujarat dan bagaimana Islam masuk ke Indonesia. Selain teori yang akan kita bahas saat ini, terdapat juga teori lainnya yaitu teori Mekkah, teori Persia, dan teori China. Lantas seperti apa teori dari Gujarat satu ini? Yuk, kita simak!
BACA JUGA: Animisme: Pengertian, Sejarah, Contoh & Perbedaanya
Apa itu teori Gujarat?
Teori Gujarat dikemukakan oleh ahli dari Belanda bernama Pijnapel, ilmuwan berasal dari Universitas Leiden di Belanda. Menurut Pijnape, kesimpulan teori Gujarat adalah Islam yang ada di Indonesia datang dari Gujarat yang dibawa oleh para pedagang dari India Barat.
Sejak awal abad ke-13 Masehi, banyak pedagang asal Gujarat yang masuk ke Nusantara (Indonesia saat itu). Hal ini terjadi atas dasar hubungan dagang antara masyarakat Indonesia dengan pedagang Gujarat yang datang lewat jalur Indonesia-Cambay-Timur-Tengah-Eropa.
Teori Gujarat bukti berasal dari banyak percampuran budaya yang terjadi di daerah pesisir dan banyak pernikahan yang terjadi antara para pedagang asing dan penduduk setempat. Teori Gujarat masuknya Islam ke Indonesia didukung oleh ilmuwan Belanda lain yaitu Snouck Hurgronje.
Snouck Hurgronje, mengatakan hubungan dagang Indonesia dengan pedagang Gujarat sudah berlangsung lebih awal, bahkan sebelum orang-orang Arab datang. Terlebih, saat itu Islam diketahui memiliki pengaruh kuat di kota-kota India. Contoh, para muslim Dakka merupakan pedagang perantara antara Timur Tengah dan Indonesia.
Bukti teori Gujarat
Pencetus teori Gujarat masuknya Islam ke Indonesia adalah Pijnapel dan didukung oleh Hurgronje. Selain oleh mereka berdua, teori ini didukung oleh Moquette. Pada tahun 1912, Moquette menunjukan beberapa bukti, di antaranya:
- Batu nisan Sultan Malik As-Saleh di Pasai, Sumatera Utara (1927) dan batu nisan Syekh Maulana Malik Ibrahim di Gresik yang punya kesamaan dengan batu nisan di Cambay, Gujarat, India.
- Marcopolo dari Venesia (Italia) memberi keterangan, dirinya pernah singgah di Perlak pada tahun 1292, yang penduduknya sudah memeluk agama Islam. Ia menyatakan, ada banyak pedagang Islam asal India juga yang menyebarkan ajarannya.
- Terdapat inskripsi tertua yang mendukung pendapat Hurgronje bahwa hubungan antara Sumatra dan Gujarat sudah berlangsung lama.
BACA JUGA: 10 Kerajaan Islam Pertama di Indonesia Beserta Peninggalannya
Kekurangan teori Gujarat
Karena ini masih merupakan perkiraan atau teori, tentu saja ada kekurangan teori Gujarat. Sir Thomas Arnold tidak setuju dengan pendapat Moquette dan menyanggah bahwa Islam berasal dari India bagian Coromandel dan Malabar. Menurut Arnold, pedagang dari Coromandel dan Malabar yang menyebarkan Islam ke Nusantara.
Selain itu, kelemahan lainnya adalah perbedaan mazhab, di mana Kerajaan Samudra Pasai menganut Mazhab Syafi’i. Sedangkan Muslim Gujarat lebih banyak menganut Mazhab Hanafi. Kelemahan lain dari teori ini adalah saat Islamisasi Samudera Pasai, Gujarat saat itu masih berupa Kerajaan Hindu.
Kelebihan teori Gujarat
Teori yang menyatakan bahwa Islam di Indonesia berasal dari Gujarat didukung oleh batu nisan Sultan Samudra Pasai Malik As-Shaleh. Dalam nisan yang berangka 1297 M tersebut, terdapat corak yang mirip dengan nisan yang ada di Gujarat.
Selain itu, pendapat Hurgronje didukung adanya inskripsi tertua tentang Islam di Sumatera yang mengindikasikan hubungan antara Sumatera dan Gujarat. Sumatera Utara, khususnya Pasai, juga disebut dalam kisah perjalanan seorang musafir Maroko bernama Ibnu Battuta sebagai tempat yang penting bagi rekonstruksi perkembangan Islam di Kepulauan Sumatera.
Teori ini semakin diperkuat dengan temuan tiga batu nisan muslim dari paruh pertama abad ke-15 Masehi yang ditemukan di daerah Pasai. Ketiga batu nisan tersebut memiliki persamaan dengan batu nisan Maulana Malik Ibrahim di Gresik yang meninggal pada 1419.
Kedatangan Islam berdasarkan teori Mekkah
Selain teori dari Gujarat, terdapat juga teori Mekkah. Teori ini didukung oleh beberapa tokoh, diantaranya: Van Leur, Anthony H. Johns, T.W Arnold, Buya Hamka, Naquib al-Attas, Keyzer, M. Yunus Jamis, dan Crawfurd.
Bersumber dari Modul Sejarah Indonesia Paket C Kemendikbud Ristek, teori Arab menyebutkan jika ajaran agama Islam datang langsung ke Indonesia melalui orang-orang Arab (Mesir) pada abad ke-7 Masehi.
BACA JUGA: Tri Koro Dharmo: Sejarah Berdiri, Tujuan, dan Tokoh Pendirinya
Kedatangan Islam berdasarkan teori Cina
Teori masuknya Islam ke Indonesia selanjutnya adalah teori Cina. Teori ini dicetuskan oleh Slamet Mulyana dan Sumanto Al Qurtuby yang menyebutkan jika Muslim Cina datang ke Indonesia dan mengajarkan ajaran Islam pada penduduk Indonesia. Teori Cina didukung beberapa bukti, di antaranya:
- Ada perpindahan orang-orang muslim Cina dari Kanton ke Asia Tenggara, khususnya Palembang pada tahun 879 M.
- Terdapat masjid tua berarsitektur Cina di tanah Jawa.
- Raja pertama Demak yang merupakan keturunan Cina yaitu Raden Patah.
- Gelar raja-raja demak yang ditulis menggunakan istilah Cina.
- Catatan dari Cina yang menyatakan bahwa pelabuhan-pelabuhan di Nusantara pertama kali diduduki oleh para pedagang Cina.
Nah, itulah penjelasan terkait teori Gujarat, semoga penjelasan di atas bisa memberikan pemahaman sejarah masuknya Islam ke Indonesia. Sebagai masyarakat Indonesia, kita harus tahu seperti apa sejarah yang terjadi di negara Indonesia yang kita cintai satu ini.
Mau belanja bulanan nggak pakai ribet? Aplikasi Super solusinya! Mulai dari sembako hingga kebutuhan rumah tangga tersedia lengkap. Selain harganya murah, Sedulur juga bisa merasakan kemudahan belanja lewat handphone. Nggak perlu keluar rumah, belanjaan pun langsung diantar.
Bagi Sedulur yang punya toko kelontong atau warung, bisa juga lho belanja grosir atau kulakan lewat Aplikasi Super. Harga dijamin lebih murah dan bikin untung makin melimpah.