Tari Serimpi merupakan salah satu tari tradisional yang berasal dari keraton Mataram yang waktu itu masih berada di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Sehingga, dapat dikatakan bahwa tari ini berasal dari Daerah Istimewa Yogyakarta.
Tari ini termasuk dalam tari klasik yang hanya ditampilkan di wilayah keraton. Saat itu, tari ini menjadi salah satu tarian yang sangat mistis dan sakral. Jadi dapat dikatakan bahwa tari tradisional berasal dari tradisi keraton ini hanya dimainkan di dalam lingkungan keraton untuk acara kenegaraan dan memperingati kenaikan tahta sultan.
Tari klasik ini ditampilkan oleh empat orang penari sebagai simbol empat arah mata angin dan empat unsur dunia yakni api, udara, air, dan tanah. Tarian ini ditampilkan dengan gerakan lemah gemulai dan diiringi alunan gamelan.
Tema tari klasik ini adalah pertentangan antara nafsu dan akal serta benar dan salah. Dalam perkembangannya, tari ini banyak ditampilkan untuk menyambut tamu agung. Sementara, fungsinya sendiri pada masa lalu dipertunjukkan sebagai salah satu ritual sakral dalam acara-acara tertentu seperti pisowanan agung dan peringatan hari penting dalam keraton.
BACA JUGA : Kata Baku dan Tidak Baku: Pengertian, Fungsi dan Contohnya
Sejarah
Sejarah tari tradisional ini sudah ada sejak masa kejayaan Kerajaan Mataram saat pemerintahan Sultan Agung Hanyokrokusuma. Pada masa kekuasaan Sultan Agung, Kerajaan Mataram Islam mencapai puncak kejayaan dan sangat terkenal hingga ke penjuru nusantara.
Dirangkum dari laman Center of Excellence (CoE) Budaya Jawa, salah satu bukti kejayaan Mataram pada masa pemerintahan Sultan Agung adalah berkembangnya kesenian tradisional dari dalam keraton termasuk tari serimpi.
Pada masa pemerintahan Raja Mataram ke-3 tersebut, jenis tarian ini memiliki fungsi sakral yang dipertunjukkan pada acara tertentu saja, contohnya seperti acara pisowanan agung maupun acara peringatan hari penting kerajaan
Jenis tari Serimpi
Perpecahan Mataram membuat kemunduran kerajaan tersebut hingga titik nol. Keberadaan kesenian klasik dalam keraton termasuk tari serimpi juga mengalami kemerosotan. Sehingga, tari ini pun baru kembali dikenal oleh keraton Surakarta pada 1788 atau lebih dari 30 tahun tarian tersebut menghilang dari keraton.
Hal yang sama juga terjadi untuk tari serimpi berasal dari keraton baru dengan sebutan Ngayogyakarta yang memiliki wilayah kekuasaan di Barat kali opak. Selain itu, perpecahan keraton Mataram tersebut juga membuat perbedaan gerakan antara tradisional yang dikenal oleh keraton Surakarta dengan Ngayogyakarta.
Jenis tari tradsional yang berasal dari keraton Surakarta adalah serimpi anglir, serimpi mendung, dan serimpi bondan. Sementara jenis tari tradisional serimpi keraton Yogyakarta adalah serimpi babul layar, serimpi dhepel, dan serimpi genjung.
Pada masa perpecahan tersebut tarian ini memang masih dikenal sebagai kesenian yang dipertunjukkan khusus dan bersifat sakral di dalam keraton. Namun, sejak masa kemerdekaan, tari tradisional klasik ini berasal dari tradisi keraton ini mulai dikenalkan pada masyarakat umum dan dikenal sebagai salah satu kesenian hiburan hingga kini.
BACA JUGA : Purwakanthi: Pengertian, Jenis dan Contohnya di Sastra Jawa
Properti tari serimpi
Seiiring berkembang zaman, busana penari serimpi mengalami perubahan dan juga inovasi. Mulawanya penari memakai busana pengantin putri kebesaran untuk menari. Misalnya pemakaian busana pengantin putri dipakai untuk tarian Serinmpi Renggawati. Busana tari ini lalu berkembang memakai kain seredan dan baju tanpa lengan.
Tari serimpi memakai alat musik pengiring yang berfungsi sebagai pengiring, pengisi suara, dan ilustraor penggerak. Nama tari ini juga diambil dari musik pengiringnya.
Contohnya, Serimpi Pandelelori diambil dari nama gending utama untuk musik pengiring, yaitu gending Pandelori Pelog Barang. Tari Serimpi Teja memakai nama dari gending pengiring Teja Laras Slendo Patet Manyura.
Pola lantai tari serimpi
Terdapat tiga unsur komposisi gerak tari tradisional dari Yogyakarta ini. Yaitu gerak tari, unsur tata busana dan tema cerita yang diambil. Tarian ini dapat mengambil cerita dari Mahabarata, cerita leganda Jawa, dan cerita Menak.
Mengutip dari buku Tari Serimpi Ekspresi Budaya para Bangsawan Jawa, yang disusun oleh Arif E. Suprihono, pola sajian tari tradisional dibagi menjadi 3 bagian yaitu maju gawang, tarian pokok, dan mundur gawang. Berikut penjelasan mengenai pola lantai tari serimpi.
Maju gawang disebut juga dengan kapang-kapang. Gerakan ini mengambil sikap jalan biasa dan sikap lengan tertentu menuju tempat pentas. Maju gawang adalah gerakan berjalan yang menyesuaikan ritme iringan. Saat sedang melakukan gerak kapang-kapan disertai dengan belok kanan kiri. Rangkain gerak ini diakhiri dengan sikap duduk.
Tarian pokok menggambarkan isi tema yang disajikan perang antara dua tokoh, maka gerakan tari pokok diakhiri dengan adegan perang.
Mundur gawang merupakan gerakan mundur gawang kebalikan dari maju gawang. Setelah tarian pokok selesai, penari bergerak mundur. Gerakan tarian serimpi ini merupakan simbolisasi kehidupan manusia. Menurut pandangan filsafat Jawa, kehidupan manusia dibagi menjadi 3 tahapan yaitu lahir, hidup, dan mati.
Tarian serimpi ini dianggap sebagai sarana untuk memberikan pandangan hidup kaum bangsawan. Gerakan tari srimpi ini dipengaruhi oleh pentas bangunan seperti pendapa. Koreografi tarian dipengaruhi oleh penempatan tiang-tiang penyangga di pendapa. Tiang penyangga memisahkan bagian kiri, tengah, dan kanan ruang pendapa.
BACA JUGA : Pengeritan Syirkah Beserta Syarat, Rukun dan Jenisnya
Keunikan gerak tari serimpi
- Mempunyai kedudukan yang istimewa di dalam keraton
- Dilakukan oleh empat orang penari, disajikan dengan gerakan gemulai dan anggun. Gerakan tersebut adalah gambaran kesopanan, bud pekerti, serta lemah lembut yang menjadi karakter wanita Jawa.
- Tarian suci dan juga sakral
- Terdapat ragam tarian Serimpi
- Tidak membutuhkan sesajen
- Musik tari serimpi akan mengiringi ketika penari keluar panggung
Makna Tari Serimpi
Koreografi atau gerakan tari serimpi menggunakan inti cerita yang dibacakan langsung disebut dnegan pemaosan kandha. Kandha adalah ungkapan verbal yang berisikan latar belakang pementasan, tujuan diadakannya pagelaran, dan ringkasan cerita dari tariannya.
Terdapat tiga sumber cerita untuk tarian tradisional ini, yaitu tarian Serimpi seperti kisah Mahabarata, cerita Menak dan legenda Jawa. Tarian tradisional ini dilakukan oleh empat orang perempuan uang menggambarkan unsur kegagahan prajurut. Tari ini berkembang di Pura Mangkunegaraan mempunyai gerak tari maju beksan dan gerak tari perang memakai keris tari serimpi dan panah. Gerakan ini mengacu pada gerak tari prajurit.
Sebagai generasi penerus bangsa, sudah sepatutnya anak muda mengenal sekaligus mempelajari budaya daerah seperti tari tradisional serimpi asal Yogyakarta. Semoga penjelasan ini bisa memperluas pengetahuan Sedulur.
Mau belanja bulanan nggak pakai ribet? Aplikasi Super solusinya! Mulai dari sembako hingga kebutuhan rumah tangga tersedia lengkap. Selain harganya murah, Sedulur juga bisa merasakan kemudahan belanja lewat handphone. Nggak perlu keluar rumah, belanjaan pun langsung diantar.
Bagi Sedulur yang punya toko kelontong atau warung, bisa juga lho belanja grosir atau kulakan lewat Aplikasi Super. Harga dijamin lebih murah dan bikin untung makin melimpah.