sultan ageng tirtayasa

Sultan Ageng Tirtayasa adalah salah satu pemimpin terkenal Nusantara yang namanya dikenal luas di Banten, wilayah kekuasaannya dahulu. Sang Sultan pernah membawa Banten ke masa kejayaan yang mirisnya bertolak belakang dengan keadaan Provinsi Banten saat ini. Meski tidak termasuk dalam 10 besar provinsi termiskin di Indonesia, studi Deris Dermawan, dkk. dalam jurnal Ecoplan tahun 2021 menunjukkan bahwa kesenjangan pendapatan di Banten cukup tinggi, pun masih banyak orang kesulitan mendapatkan pekerjaan di region ini.

Siapakah sebenarnya sosok ini? Mari kita berkenalan lebih dalam lewat biografi Sultan Ageng Tirtayasa. Siapa tahu, ada banyak pelajaran yang bisa kita petik sebagai generasi penerus.

BACA JUGA: Kerajaan Pajajaran: Sejarah, Raja, Kejayaan & Peninggalan

1. Kesultanan Banten 

Tirto.id

Sebelum membahas asal Sultan Ageng Tirtayasa, ada baiknya kita mengenal sejarah Kesultanan Banten telebih dahulu. Merujuk jurnal yang ditulis Usman Manor dalam Salus Cultura: Jurnal Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, sejak abad ke-16, Banten dikenal sebagai kota pelabuhan yang ramai dan strategis. Beragam etnik berkumpul di sana dan memengaruhi perkembangan ekonomi serta sosial wilayah tersebut. Tidak hanya perairan asin, tetapi juga sungai yang menunjang kesuburan tanah dan proses transportasi.

Kejayaan pelabuhan Banten didukung pula oleh kejatuhan Malaka ke tangan VOC yang akhirnya mendorong para saudagar beralih ke pelabuhan-pelabuhan di Jawa. Salah satunya Banten. Kejayaan ini sudah tercatat dalam catatan perjalanan seorang saudagar Tiongkok, Shun Peng Hsiang Sung di tahun 1413 sehingga bisa disimpulkan hal itu terjadi jauh sebelum kehadiran Ageng Tirtayasa.

Barulah di tahun 1500-an atau abad ke-16, Kesultanan Banten berdiri dengan raja pertamanya, Sultan Maulana Hasanuddin yang merupakan putra dari Sunan Gunung Jati, sang pendiri. Melansir jurnal Indonesian Historical Studies yang ditulis Wibowo di tahun 2021, dahulunya wilayah Banten masuk dalam kekuasaan Kerajaan Hindu Pajajaran. Sebelum akhirnya Sunan Gunung Jati membentengi pelabuhan Banten dari pengaruh Portugis.

2. Asal-usul 

sultan ageng tirtayasa
Kompas

Ageng Tirtayasa adalah putra Sultan ke-5 Banten, Abdul Ma’ali Ahmad dan pernah bergelar Pangeran Surya sebelum akhirnya mendapat gelar Sultan Abdul Fathi Abdul Fattah. Tidak jelas tanggal lahir Sultan Ageng Tirtayasa, tetapi Dinsos Provinsi Banten mencatat di situs resmi mereka bahwa sang sultan hidup selama kurang lebih 48 tahun dari tahun 1631 hingga 1692. Sepanjang usianya, sang sultan berhasil memimpin Kesultanan Banten hampir tiga dekade lamanya sebelum akhirnya tertangkap VOC di tahun 1683. Artinya, ia menaiki tahta di usia yang cukup belia yaitu 20 tahun, tepatnya di tahun 1651.

BACA JUGA:  Kerajaan Samudera Pasai: Sejarah, Kejayaan & Peninggalannya

3. Kepemimpinan Sultan Ageng Tirtayasa di Banten 

sultan ageng tirtayasa
Kumparan

Peran Sultan Ageng Tirtayasa cukup penting dalam keberlangsungan Kesultanan Banten. Ia mempertahankan kebijakan leluhurnya di Banten dari pengaruh penjajah, mulai dari Portugis dan di masa Tirtayasa, VOC Belanda.

Melansir tulisan Manor, strategi yang dijalankan Tirtayasa dalam mempertahankan kesultanannya cukup unik. Ia dengan cekatan menjalin kerja sama dengan kerajaan lain seperti Kesultanan Cirebon dan Mataram untuk memperkuat posisi politiknya di Nusantara. Ditambah dengan penguatan dari segi ekonomi dengan cara membangun jejaring internasional di Turki, Inggris, Prancis, dan Denmark. Bahkan dari kerja sama dengan negara-negara Eropa, Tirtayasa memungkinkan kesultanannya memiliki senjata api. 

Di bawah kepemimpinan Tirtayasa, Banten menjadi wilayah yang sangat sulit ditaklukan oleh VOC. Bahkan dengan cara kekerasan pun tidak bisa menggetarkan Tirtayasa untuk menyerah. Hasil perlawanan Sultan Ageng Tirtayasa memang cukup baik. Ia dan pasukannya berhasil membuat VOC beberapa kali mengajukan gencatan senjata. Namun, hal ini tetap tidak membuat Banten bergeming dan mau menyetujui perjanjian damai yang merugikan rakyat.

4. Kejatuhan Tirtayasa 

sultan ageng tirtayasa
History of Nusantara

Setelah beberapa kali perang yang sebenarnya merugikan kedua belah pihak, VOC memilih untuk mengggunakan cara-cara licik seperti membangun jebakan politik dengan menyewa beberapa utusan lokal untuk membujuk sang sultan. Merujuk sumber yang sama, VOC berhasil membujuk Cirebon dan Mataram untuk membantu melancarkan jurusnya pada Kesultanan Banten. Hal ini membuat posisi Banten tak lagi kuat karena sekutu terdekat mereka berbalik arah. 

Apalagi saat itu mulai ada perpecahan di internal Banten sendiri dengan terpecahnya wilayah menjadi menjadi dua bagian. Satu di bawah kepimpinan Pangeran Gusti dan sisanya dipimpin Pangeran Arya Purbaya. 

Puncak dari kejatuhan Tirtayasa terjadi ketika salah pangeran yang bergelar Sultan Haji memilih untuk membantu VOC menyingkirkan Tirtayasa. Ia berhasil menjebak sang sultan untuk menuju Keraton Surosowan yang ternyata sudah dikepung. Tirtayasa kemudian dipenjara pada Maret 1683 dan berakhirlah kekuasannya di Banten. Sultan Haji kemudian naik tahta menjadi Raja seperti yang sudah ia dan VOC rencanakan.

Namun, pemerintahannya hanya bertahan selama 5 tahun sebelum akhirnya sebuah perjanjian yang merugikan Kesultanan Banten ditandantangani. Kerajaan yang pernah berjaya ini pun sirna begitu saja dan pelabuhan Banten pun jatuh ke tangan VOC.

BACA JUGA: 9 Tokoh Kebangkitan Nasional beserta Biografi & Perannya

5. Keturunan Sultan Ageng Tirtayasa

Instagram @muhammad_abduh_jamhari

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, kedua keturunan Tirtayasa, Pangeran Gusti dan Pangeran Arya Purbaya berselisih hingga memecah Banten dari kesatuan menjadi dua adipati. Perpecahan ini diperparah dengan naiknya Pangeran Gusti atau Sultan Haji di tangga kekuasaan setelah membantu VOC menangkap sang ayah. Sang adik yang juga menjadi sasaran berhasil melarikan diri. Namun, hikayat Arya Purbaya akhirnya berakhir pula di tangan VOC. Setelah beberapa waktu mengasingkan diri untuk menghindari kejaran Belanda, ia pun tertangkap dan dipaksa berpisah dari istri serta putra-putrinya.

6. Pelajaran yang bisa dipetik 

Instagram @explore_serang

Dari biografi di atas, kita tahu nama asli Sultan Ageng Tirtayasa dan kontribusinya dalam mempertahankan Banten dari penjajah. Walaupun akhirnya tahta dan kekuasaan pula yang membuat salah satu keturunannya terbutakan dan justru mengkhianatinya sendiri. Tak heran bila Ageng Tirtayasa pun diabadikan namanya sebagai salah satu pahlawan dan ikon nasional. Ia mampu menunjukkan kegigihan dan heroisme dalam mempertahankan idealismenya dengan cara yang realistis pula.

Dari Tirtayasa, kita bisa belajar strategi politik kerja sama bukan bersaing dan berperang dengan sesama sendiri seperti beberapa kerajaan lain di Nusantara. Sayangnya, kekuatan dan kelicikan VOC berhasil memupus jaringan kerja sama dan persatuan yang sudah ia bangun dengan kerajaan tetangga.

Nah, Sedulur ternyata banyak pelajaran menarik dari hikayat sang sultan dari Banten ini. Gaya kepemimpinannya dan kecerdasannya dalam berpolitik dan berdagang tentu menjadi teladan sendiri buat kita para penerus. 

Mau belanja bulanan nggak pakai ribet? Aplikasi Super solusinya! Mulai dari sembako hingga kebutuhan rumah tangga tersedia lengkap. Selain harganya murah, Sedulur juga bisa merasakan kemudahan belanja lewat handphone. Nggak perlu keluar rumah, belanjaan pun langsung diantar. Yuk, unduh aplikasinya di sini sekarang!

Bagi Sedulur yang punya toko kelontong atau warung, bisa juga lho belanja grosir atau kulakan lewat Aplikasi Super. Harga dijamin lebih murah dan bikin untung makin melimpah. Langsung restok isi tokomu di sini aja!