Mengenal 7 Nama Pahlawan Revolusi yang Gugur Akibat G30SPKI

Pahlawan revolusi adalah tokoh bangsa yang gugur saat perang membela martabat dan kemerdekaan bangsa. Banyak pahlawan di Indonesia, mereka biasanya berasal dari tokoh politik, militer dan ekonomi, yang sama-sama berjuang untuk kemajuan bangsa Indonesia.

Namun, terdapat salah satu pahlawan yang disorot dalam berbagai pelajaran sejarah, yaitu 7 pahlawan revolusi korban G30S/PKI. Siapa saja mereka? Dalam artikel kali ini akan kita bahas dengan lengkap profil dan biodata tokoh-tokoh yang menjadi pahlawan tersebut. Namun sebelum itu, kita bahas terlebih dahulu pengertian dari pahlawan revolusi itu sendiri.

BACA JUGA: 15 Tempat Bersejarah di Indonesia Terpopuler, Wajib Dikunjungi!

Apa Itu Pahlawan Revolusi?

pikiran-rakyat

Pahlawan sendiri menurut Kamur Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merupakan orang yang berani untuk mempertahankan negara, atau orang yang menonjol dan berkorban untuk membela kebenaran, serta seseorang yang berjuan dengan gagah berani. Sementara itu, untuk konteks peristiwa G30S, yang memakan korban petinggi Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Maka dari itu, pengertian dari pahlawan revolusi dalam konteks tersebut adalah gelar yang diberikan oleh negera kepada perwira militer yang gugur dalam tragedi G30S. Hal ini ditetapkan berdasarkan Keputusan Presiden tahun 1965 dan ditetapkan sebagai Pahlawan Revolusi.

Terdapat 7 pahlawan revolusi yang ditetapkan melalui Keputusan Presiden tersebut, yaitu Jenderal Ahmad Yani, Mayjen TNI Raden Suprapto, Letjen S. Parman, Letjen M.T. Haryono, Mayjen D.I. Panjaitan, Mayjen Sutoyo Siswomiharjo, Brigjen Katamso, Kapten (Anumerta) Pierre Tendean. Bagaimana biodata pahlawan revolusi? Yuk kita simak penjelasannya di bawah ini!

1. Jenderal Ahmad Yani

pahlawan revolusi
kompas

Dalam daftar nama nama pahlawan revolusi, nama Jenderal Ahmad Yani menjadi yang paling pertama. Selain sebagai Jenderal yang dihormati, A. Yani juga dikenal sebagai seorang pemberani dan lihai dalam berstrategi. Lahir di Purworejo, pada tanggal 19 Juni 1922, Ahmad Yani mengikuti pendidiakan Heiho di Magelang dan PETA (Pembela Tana Air) di Bogor.

Ahmad Yani mengikuti tugas militer pada pemberontakan PKI Madiun pada tahun 1948, serta Agresi Militer Belanda hingga penumpasan DI/TII di Jawa Tengah. Puncak karir dari Ahmad Yani yaitu pada tahun 1958 ketika diangkat menjadi Komandan Komando Operasi 17 Agustus di Padang Sumatera Barat untuk menumpas Pemberontakan PRRI.

Sejak saat itu, Ahmad Yani masuk dalam jajaran elit militer di Indonesia, serta menjadi seorang tokoh penting di negara Indonesia. Bahkan sempat beredar kabar bahwa Ahmad Yani merupakan calon kuat penerus tonggak kepemimpinan Indonesia jika terjadi sesuatu kepada Soekarno. Namun amat disayangkan, A. Yani ditemukan tewas pada 1 Oktober 1965 pada pemberontakan G30S.

BACA JUGA: Derajat Letak Astronomis dan Geografis Indonesia Terengkap!

2. Letjend TNI Anumerta R. Suprapto

tirto.id

Nama pahlawan revolusi selanjutnya adalah Letnan Jenderal TNI Anumerta R. Supraptop. Supraptop menigkuti kursus di Pusat Latihan Pemuda, Latihan Keibodan, Sinendan, dan Syuisyintai. Dari pelatihan tersebut mengantakan Suprapto bekerja di kantor Pendidikan Masyarakat.

Pada masa kependudukan Jepang, Supraptop ikut berjuang merebut senjata pasukan Jepang di Cilacap. Berawal dari itu, Supraptop kemudian bergabung menjadi anggota Tentara Keamanan Rakyat di Purwokerto. Suprapto terbunuh dalam pemberontakan G30S dan menjadi korban dari pemberontakan tersebut bersama dengan petinggi TNI lainnya.

3. Letjend S. Parman

pahlawan revolusi
rri

Untuk menjawab pertanyaan siapa sajakah pahlawan revolusi Indonesia, salah satunya adalah Letnan Jenderal S. Parman. Terlahir dengan nama Siwondo Parman, lahir di Wonosobo, Jawa Tengah pada 4 Agustus 1918. Merupakan salah satu Jenderal atau petinggi TNI yang gugur pada saat G30S meletus.

Siswondo Parma mengikuti pendidikan dasar, menengah hingga pendidikan tinggi kedokteran. Hingga kemudian Jepang menguasai Indonesia dan Parman pun gagal mendapatkan gelar dokter. Kemudian Parman pun beralih dengan memperdalam dunia intelejen, bahkan Parman sempat dikirim ke Jepang untuk memperdalam intelejen.

Kepiawaian Parman dalam bidang intelejen, membuatnya harus gugur. Pada malam tanggal 30 September 1965, Parman diculik kemudian dibunuh bersama dengan petinggi TNI lainnya.

4. Letjen M.T. Haryono

tirto.id

Terlahir dengan nama Mas Tirtodarmo Haryono, merupakan salah satu petinggi TNI yang gugur pada G30S. Meskipun bukan merupakan seorang pahlawan revolusi yang selamat, namun Letjend kelahiran Surabaya 20 Januari 1924 ini telah mengorbankan nyawanya untuk negara.

Haryono menamatkan pendidikan di ELS (setingkat SD masa penjajahan Belanda) kemudian menempuh pendidikan kedokteran selama pendudukan Jepang. Namun pendidikan kedokterannya tidak tamat dan Haryono pun melanjutnykan dengan mendalami dunia militer. Kepiawannya dalam berbahasa, yaitu bahasa Belanda, Inggris, Jerman, menjadikan Haryono sebagai salah satu mediator dan negosiator yang ahli dalam komunikasi.

Haryono sempat menjadi Sekeretaris Delegasi Militer Indonesia pada Konferensi Meja Bundar, Atase Militer RI untuk Belanda dan Deputi III Menteri/Panglima Angkatan Darat. Hingga kemudian gugur pada 1 Oktober 1965 pada pemberontakan G30S dan menjadikannya salah satu pahlawan yang berjasa bagi Indonesia.

BACA JUGA: Peta Indonesia Telengkap dengan Gambar & Profil Provinsinya

5. Mayjend D.I. Panjaitan

pahlawan revolusi
kamikamu

Memiliki nama lengkap Donald Isaac Panjaitan, lahir di Balige Sumatera Utara pada 19 Juni 1925, meninggal pada usia 40 tahun ketika 1 Oktober 1965. Panjaitan berkarir sebagai militer ketika masa pendudukan Jepang, dengan menempuh pendidikan militer Gyugun. Panjaitan juga sempat di tempatkan di Pekanbaru, Riau pada saat Indonesia merdeka.

Selanjutnya, Panjaitan masuk untuk menjadi Tentara Keamanan Rakyat dan sepenuhnya yakin untuk menempuh jalan sebagai militer. Sebelum menemui ajalnya, Panjaitan menjabat sebagai Asisten IV Menteri/Panglima Angkatan Darat, dan juga sempat untuk mendapatkan tugas belajar ke Amerika Serikat.

6. Mayjend Anumerta Sutoyo Siswomiharjo

sejarahone

Mayjen Anumerta Sutoyo Siswomiharjo, merupakan pahlawan revolusi yang lahir di Kebumen, Jawa Tengah, pada 28 Agustus 1922. Merupakan seorang perwira tinggi TNI-AD, yang sempat menjabat sebagai atase militer di Inggris pada 1956-1959. Sutoyo pada mulanya menempuh pendidikan di balai Pendidikan Pegawai Tinggi di Jakarta.

Ketika Indonesia merdeka, Sutoyo masuk menjadi Tentara Keamanan Rakyat bagian Kepolisian. Lalu beberapa tahun berlalu, Sutoyo menjadi anggota Korps Polisi Militer dan diangkat menjadi ajudan Kolonel gatot Subroto. Selanjutnya, menjabat sebagai kepala bagian Organisasi Resimen II Polisi Tentara di Purworejo. Mayjend Sutoyo meninggal di Lubang Buaya pada 1 Oktober 1964, pada usia 43 tahun.

BACA JUGA: 10 Kota Terdingin di Indonesia, Nyaman Buat Rekreasi Keluarga

7. Kapten Pierre Tendean

pahlawan revolusi
pikiran-rakyat

Memiliki nama lengkap Pierre Andreas Tendean, lahir pada 21 Februari 1939, merupakan seorang pahlawan revolusi termuda yang gugur saat peristiwa G30S. Memiliki jabatan dan gelar Kapten CZI Anumerta P. Tendean, di usia 26 tahun telah gugur. Kapten Tendean menamatkan sekolah dasar hingga sekolah menengah atas di Semarang.

Kemudian melanjutkan pendidikan di Akademi Teknik Angkatan Darat (ATEKAD) di Bandung hingga lulus. Pada tahun 1962, Kapten Tendean menjabat sebagai komandan Peleton Batalyon Zeni Tempur 2 Komandi Militer II/Bukit Barisan di Medan. Pada tahun 1965 diangkat sebagai Menteri Koordinator Pertahanan Keamanan/Kepala Staf Angkatan Bersenjata Jenderal Nasution. Ketika bertugas sedang menjaga dan mengawal Nasution, Kapten Tendean tertangkan dan terbunuh.

Sementara A.H. Nasution berhasil kabur dan menjadi salah satu pahlawan revolusi yang selamat. Hal tersebut dialami oleh Nasution akibat pengorbanan dari Kapten Tendean itu sendiri.

Sekian daftar dan biodata pahlawan revolusi Indonesia yang gugur karena membela martabat bangsa dan mengorbankan nyawanya agar negara bisa bertahan dan berjalan dengan stabil. Semoga arwah para pahlawan bisa tenang di alam sana, dan mendapatkan termpat terbaik di sisi-Nya karena telah mengorbankan hidupnya dengan kelangsungan bangsa dan negara.