Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa semua takdir manusia telah ditulis dalam lauhul mahfudz. Lauhul mahfudz adalah kitab yang menuliskan seluruh catatan tentang takdir dan kejadian yang terjadi di dunia dari awal sampai akhir.
Isi kitab lauhul mahfudz sendiri tidak ada seorang pun yang mengetahui. Bahkan, untuk mengubah setiap cerita yang disampaikan dalam kitab tersebut hanya bisa dilakukan oleh Allah SWT. Lantas seperti apa penjelasan tentang lauhul mahfudz dan juga sifatnya yang dijelaskan di dalam Al Quran? Simak selengkapnya di bawah.
BACA JUGA : Kisah Ashabul Kahfi Singkat Beserta Pelajaran Pentingnya
Pengertian lauhul mahfudz
Lauhul mahfudz berasal dari Bahasa Arab yaitu Lauh yang artinya tulang yang lebar dan dapat ditulisi. Sedangkan kata Mahfudz diartikan sebagai yang terpelihara. Sehingga ketika dua kata ini digabungkan akan mempunyai arti sebagai sebuah kitab yang terjaga dan segala sesuatu yangtertulis di dalamnya tidak akan berubah maupun rusak.
Sehingga kata tersebut dapat diartikan sebagai kitab tempat Allah SWT menuliskan semua catatan kejadian di alam semesta. Berikut ini contoh tulisan lauhul mahfudz Arab لَوْحُ المَحْفُوظٍ .
Arti lauhul mahfudz menurut ulama
Meskipun sudah dijelaskan secara gamblang dalam Al Quran. Ada beberapa tafsir dan pengertian yang memiliki perspektif berbeda dari para ulama Islam di dunia. Namun, perbedaan tafsir ini bukan berarti saling menyalahkan tapi untuk melengkapi dan menyempurnakan. Agar Sedulur bisa lebih memahami lebih dalam soal arti lauhul mahfudz menurut ulama, berikut ini ulasannya dari para ahli:
1. Ibnu Katsir
Ibnu Katsir menjelaskan, bahwa yang “tersimpan” dalam lauhul mahfudz adalah sebuah takdir yang sudah ditetapkan oleh Allah SWT. Tafsir dari Ibnu Katsir ini dapat dimaknai bahwa Al Quran berada di tempat yang paling tertinggi dan terjaga dari adanya penambahan, pengurangan, penyelewengan maupun penggantian. Dia mengutip sebuah riwayat dari Ibnu Jarir yang bersumber dari Anas bin Malik yang berbunyi:
إن اللوح المحفوظ الذي ذكر الله ( بل هو قرآن مجيد في لوح محفوظ ) في جبهة إسرافيل
Artinya: “Lauhul Mahfudz yang dijelaskan dalam ayat 21-22 surat Al Buruj berada di kening Malaikat Israfil.”
Riwayat lain dari Ibnu Hatim, menukilkan sebuah pernyataan Abu Al Abbas atau Abdurrahman bin Salman yang berbunyi:
ما من شيء قضى الله القرآن فما قبله وما بعده إلا وهو في اللوح المحفوظ واللوح المحفوظ بين عيني إسرافيل لا يؤذن له بالنظر فيه
Artinya: “Tiada sesuatu pun yang telah ditetapkan Allah, baik berupa Al Quran, dan yang sebelumnya dan yang sesudahnya melainkan berada di Lauhul Mahfudz (lembaran yang terpelihara). Dan Lauhul Mahfudz ini berada di antara kedua mata Malaikat Israfil, tidak diizinkan baginya melihat kepadanya.”
2. Ibnu Qoyim
Ibnu Qoyim menjelaskan, bahwa ungkapan “Mahfudz atau yang terjaga” kebanyakan ahli qiroat membacanya dengan jar sebagai sifat untuk Lauh. Hal ini dapat dipahami jika di dalam Lauhul Mahfudz tidak akan ada setan yang bisa masuk. Lauhul Mahfudz sudah ditetapkan untuk terjaga dari tindakan keji setan, seperti menambah atau mengurangi.
Dalam kitab At-Tibyan Fi Aqsamil Qur’an, halaman 62 berbunyi, maka Allah SWT menjaga tempatnya. Menjaga dari tambahan, pengurangan dan penggantian atau pengrusakan. Menjaga maknanya adalah terhindar dari penyelewengan sebagaimana menjaga lafaznya dari penggantian. Dan Dia menetapakn siapa yang akan menjaga hurufnya dari tambahan dan pengurangan dan menjaga maknanya dari penyelewengan dan perubahan.
Kemudian, sebagian kitab tafsir mengatakan bahwa lauhul mahfudz merupakan dahi dari malaikat Isrofil atau makhluk yang terbuat dari zambrut hijau, atau selain dari itu. Akan tetapi, pendapat ini tidak ada ketetapannya sehingga termasuk perkara ghaib yang tidak dapat diyakini. Dengan catatan, ada pendapat tersebut bersumber dari yang memberikan wahyu kepadanya.
3. Ibnu Mandzur
Seperti yang sudah disampaikan sebelumnya, Ibnu Mandzur juga ikut menyampaikan bahwa kata Lauh memiliki arti alas lebar yang terbuat dari papan kayu. Sementara itu, Azhari juga mengungkapkan bahwa Lauh dapat dipahami sebagai sebuah papan dari kayu. Dan, sesuai yang terdapat dalam Al Quran, bahwa dalam kitab “yang tersimpan” dalam Lauh Mahfuzh.” Hal ini bisa dimaknai yaitu Al Quran yang tersimpan atas kehendak Allah SWT.
BACA JUGA : Sejarah & Isi Perjanjian Hudaibiyah, Diplomasi Rasulullah SAW
Tafsir Alqur’an yang menyebutkan luhul mahfudz
Al Quran menyebut lauhul mahfudz sebanyak 17 kali. Berikut beberapa tafsir Al Quran yang menyebutkan kata lauhul mahfudz yang perlu Sedulur ketahui.
1.Q.S. Al-A’raaf : 37
Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah atau mendustakan ayat-ayat-Nya? Orang-orang itu akan memperoleh bahagian yang telah ditentukan untuknya dalam Kitab (Lauhul Mahfudz); hingga bila datang kepada mereka utusan-utusan Kami (malaikat) untuk mengambil nyawanya, (di waktu itu) utusan Kami bertanya: “Di mana (berhala-berhala) yang biasa kamu sembah selain Allah?” Orang-orang musyrik itu menjawab: “Berhala-berhala itu semuanya telah lenyap dari kami,” dan mereka mengakui terhadap diri mereka bahwa mereka adalah orang-orang yang kafir. (Q.S. Al-A’raaf : 37)
2.Q.S. Al-Waaqi’ah : 78
Pada kitab yang terpelihara (Lauhul Mahfudz), (Q.S. Al-Waaqi’ah : 78)
3.Q.S. Yaasiin : 12
Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab Induk yang nyata (Lauhul Mahfudz). (Q.S. Yaasiin : 12)
4.Q.S. Saba’ : 3
Dan orang-orang yang kafir berkata: “Hari berbangkit itu tidak akan datang kepada kami.” Katakanlah: “Pasti datang, demi Tuhanku Yang Mengetahui yang ghaib, sesungguhnya kiamat itu pasti akan datang kepadamu. Tidak ada tersembunyi daripada-Nya sebesar zarrahpun yang ada di langit dan yang ada di bumi dan tidak ada (pula) yang lebih kecil dari itu dan yang lebih besar, melainkan tersebut dalam Kitab yang nyata (Lauhul Mahfudz)”, (Q.S. Saba’ : 3)
Sifat lauhul mahfudz
Berikut sifat-sifat lauhul mahfudz yang perlu Sedulur pahami.
1. Tidak ada yang tertinggal atau terlupakan
Allah SWT berfirman:
وَعِنۡدَهٗ مَفَاتِحُ الۡغَيۡبِ لَا يَعۡلَمُهَاۤ اِلَّا هُوَؕ وَيَعۡلَمُ مَا فِى الۡبَرِّ وَالۡبَحۡرِؕ وَمَا تَسۡقُطُ مِنۡ وَّرَقَةٍ اِلَّا يَعۡلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍ فِىۡ ظُلُمٰتِ الۡاَرۡضِ وَلَا رَطۡبٍ وَّلَا يَابِسٍ اِلَّا فِىۡ كِتٰبٍ مُّبِيۡنٍ
Artinya: Dan kunci-kunci semua yang gaib ada pada-Nya; tidak ada yang mengetahui selain Dia. Dia mengetahui apa yang ada di darat dan di laut. Tidak ada sehelai daun pun yang gugur yang tidak diketahui-Nya. Tidak ada sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak pula sesuatu yang basah atau yang kering, yang tidak tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).
Allah SWT berfirman:
وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا طَائِرٍ يَطِيرُ بِجَنَاحَيْهِ إِلَّا أُمَمٌ أَمْثَالُكُمْ ۚ مَا فَرَّطْنَا فِي الْكِتَابِ مِنْ شَيْءٍ ۚ ثُمَّ إِلَىٰ رَبِّهِمْ يُحْشَرُونَ
Artinya: “Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan”
2. Seluruh informasi manusia tercatat di dalamnya
Allah SWT berfirman:
{ق وَالْقُرْآنِ الْمَجِيدِ (1) بَلْ عَجِبُوا أَنْ جَاءَهُمْ مُنْذِرٌ مِنْهُمْ فَقَالَ الْكَافِرُونَ هَذَا شَيْءٌ عَجِيبٌ (2) أَئِذَا مِتْنَا وَكُنَّا تُرَابًا ذَلِكَ رَجْعٌ بَعِيدٌ (3) قَدْ عَلِمْنَا مَا تَنْقُصُ الأرْضُ مِنْهُمْ وَعِنْدَنَا كِتَابٌ حَفِيظٌ (4)
Artinya: “Qaf. Demi Al-Qur’an yang sangat mulia. (Mereka tidak menerimanya) bahkan mereka tercengang karena telah datang kepada mereka seorang pemberi peringatan dari (kalangan) mereka sendiri, maka berkatalah orang-orang kafir, “Ini adalah suatu yang amat ajaib.” Apakah kami setelah mati dan setelah menjadi tanah (kami akan kembali lagi)? Itu adalah suatu pengembalian yang tidak mungkin. Sesungguhnya Kami telah mengetahui apa yang dihancurkan oleh bumi dari (tubuh-tubuh) mereka, dan pada sisi Kami pun ada kitab yang memelihara (mencatat).”
3. Kalimat Allah di dalamnya tidak akan habis
Allah SWT berfirman:
وَلَوْ أَنَّمَا فِى ٱلْأَرْضِ مِن شَجَرَةٍ أَقْلَٰمٌ وَٱلْبَحْرُ يَمُدُّهُۥ مِنۢ بَعْدِهِۦ سَبْعَةُ أَبْحُرٍ مَّا نَفِدَتْ كَلِمَٰتُ ٱللَّهِ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
Artinya: “Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
BACA JUGA : Kisah Nabi Adam, Manusia Pertama yang Diciptakan Allah SWT
Jodoh di lauhul mahfudz
Allah sudah menetapkan takdir jodoh hambanya di lauhul mahfudz. Di tempat inilah tak ada satupun makhluk yang mengetahui apa yang sudah ditetapkan Allah SWT untuk umat-Nya.
Dalam sebuah hadits juga diterangkah, Rasulullah SAW bersabda tentang jodoh sebagai cerminan dari diri seseorang. Hadist tersebut berbunyi:
“Ruh-ruh itu diibaratkan seperti tentara yang saling berpasangan, yang saling mengenal sebelumnya akan menyatu dan yang saling mengingkari akan berselisih.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hakikat jodoh dalam Lauhul Mahfudz
Lauhul mahfudz jodoh sebenarnya merupakan sebuah ketetapan Allah SWT yang mutlak diberikan kepada semua umat manusia. Sebagai takdir dari Allah SWT, manusia akan memiliki jodohnya masing-masing dan ini sudah tertulis pada lauhul mahfudz 5000 tahun lalu. Itu artinya sebelum manusia dilahirkan di bumi, takdir terkait jodoh sudah dituliskan.
Penentuan jodoh yang merupakan takdir dari Allah SWT ini sendiri juga dikuatkan dari Hadist Riwayat Muslim yang berbunyi berbunyi:
كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ
“Allah mencatat takdir setiap makhluk 5000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.”
Meski sudah ditulis dan ditetapkan di lauhul mahfudz, sebagai manusia harus selalu berusaha untuk memperjuangkan untuk dapat memperjuangkan jodoh terbaik untuk dirinya. Sebelum memilih jodoh, berikut kriteria yang harus dipertimbangkan bagi umat muslim.
1. Wanita dan pria yang baik agamanya
Menurut pendapat dari Ahmad Zarkasih dalam buku Menakar Kufu dalam Memilih Jodoh, ketika memilih calon pasangan yang baik, seorang muslim dianjurkan untuk mempertimbangkan dahulu tentang bagaimana agamanya. Hal tersebut sesuai dengan hadist Rasulullah SAW, yang berbunyi:
تنكح المرأة لأربع: لمالها ولحسبها وجمالها ولدينها، فاظفر بذات الدين تربت يداك
Artinya: “Wanita biasanya dinikahi karena empat hal: karena hartanya, karena kedudukannya, karena parasnya dan karena agamanya. Maka hendaklah kamu pilih karena agamanya (keislamannya), sebab kalau tidak demikian, niscaya kamu akan merugi.” (HR. Bukhari-Muslim)
2. Wanita penyayang dan juga subur
Seorang muslim juga dianjurkan untuk menikahi wanita yang subur dan juga penyayang. Sesuai dengan sebuah hadist yang berbunyi:
تزوجوا الودود الولود فاني مكاثر بكم الأمم
Artinya : “Nikahilah wanita yang penyayang dan subur! Karena aku berbangga dengan banyaknya umatku.” (HR. An Nasa’I dan Abu Dawud)
3. Mengetahui baik agama maupun akhlaknya
عن أبي هريرة قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : إذا أتاكم من ترضون خلقه و دينه فانكحوه إلا تفعلوا تكن فتنة في الأرض وفساد عريض . رواه الحاكم وقال هذا حديث صحيح الإسناد و لم يخرجاه
Artinya : “Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda: “Apabila datang kepada kalian siapa yang kalian ridhai akhlak dan agamanya, maka nikahkanlah ia. Jika tidak kalian lakukan, niscaya akan menjadi fitnah dan muka bumi dan kerusakan yang luas.” (HR. Al-Hakim – sanadnya shahih)
4. Hiasan terbaik bagi laki-laki adalah Wanita shalihah
الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَاالْمَرْأَةُ الصَّالِحَة
Artinya :“Dunia adalah hiasan, dan sebaik-baik hiasan dunia adalah wanita Sholehah.” (H.R Muslim)
5. Nikahi Wanita yang merdeka
مَنْ أَرَادَ أَنْ يَلْقَى اللَّهَ طَاهِرًا مُطَهَّرًا فَلْيَتَزَوَّجْ الْحَرَائِرَ
Artinya :“Barang siapa yang mau menghendaki Allah dalam keadaan suci dan disucikan, maka hendaklah dia mengawini wanita merdeka.” (HR. Imam ibnu Majah)
BACA JUGA : Pengertian Infaq Beserta Jenis, Contoh & Keutamaannya
Lauhul mahfudz kematian
Seperti yang sudah disinggung di atas bahwa takdir manusia semua sudah tertulis di lauhul mahfudz tak terkecuali kematian. Kapan manusia mati, bagaimana cara ia akan mati tidak ada satupun yang mengetahui kecuali Allah Swt. Kerahasiaan ini seharusnya menjadi cambuk bagi manusia agar selalu siap sedia dalam menyambutnya dengan mempersiapkan bekal kematian. Nabi Muhammad saw pernah bersabda:
الكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ، وَالعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللهِ
Artinya : “Orang cerdas adalah orang yang rendah diri dan beramal untuk kehidupan setelah kematian, dan orang lemah adalah orang yang mengikutkan dirinya pada hawa nafsunya dan berangan-angan atas Allah,” (HR. al-Tirmidzi, Ibnu Majah dan lainnya).
Salah satu persiapan untuk menyambut kematian adalah dengan bertaubat atas dosa-dosa yang pernah kita perbuat.
Syekh Ahmad al-Dardiri berkata: وَجَدِّدِ التَّوْبَةَ لِلْأَوْزَارِ * لَا تَيْأَسَنْ عَنْ رَحْمَةِ الْغَفَّارِ
Artinya : “Perbaruilah tobat karena beberapa dosa. Janganlah merasa putus asa dari rahmat Allah yang maha pengampun,” (Syekh Ahmad al-Dardiri, Manzhumah al-Kharidah al-Bahiyyah)
Lauhul mahfudz rezeki
Takdir manusia yang tertulis di lauhul mahfudz selanjutnya adalah rezeki. Perlu Sedulur pahami bahwa bentuk rezeki tidak hanya harta benda. Banyak sedikitnya rezeki serta kapan rezeki itu didapat menjadi rahasia-Nya yang tidak dapat diketahui walau bertanya kepada nabi sekalipun. Ketidakpastian itu berlaku juga untuk para karyawan industri dengan sistem honor bulanan. Dia tak dapat mengetahui apakah bulan besok dia selalu akan memperoleh honor yang sama maupun tidak sama bersamaan peraturan perusahaan.
Untuk itu, tugas manusia hanya bisa berusaha untuk mendapatkan rezeki yang halal dan barokah, seperti bekerja dengan giat dan pantang menyerah dalam berusaha.
وَمَا مِنْ دَاۤبَّةٍ فِى الْاَرْضِ اِلَّا عَلَى اللّٰهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۗ كُلٌّ فِيْ كِتٰبٍ مُّبِيْنٍ (هود: ٦)
Artinya: “Dan tidak satu pun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)” (QS Hud: 6).
Imam Syafi’i mengatakan: عَلِمْتُ أَنَّ رِزْقِي لَا يَأْكُلُهُ غَيْرِي فَاطْمَأَنَّ بَالِي “Aku mengetahui bahwa rezekiku tidak akan dimakan orang lain, maka menjadi tenanglah hatiku.”
Demikianlah penjelasan tentang Lauhul Mahfudz Rumaysho yang perlu Sedulur pahami dan juga renungkan. Mengerti tentang Lauhul Mahfudz berarti juga membuat para umat Muslim percaya bahwa takdir manusia mulai dari rezeki, jodoh dan juga kematian telah ditetapkan oleh Allah SWT.
Mau belanja bulanan nggak pakai ribet? Aplikasi Super solusinya! Mulai dari sembako hingga kebutuhan rumah tangga tersedia lengkap. Selain harganya murah, Sedulur juga bisa merasakan kemudahan belanja lewat handphone. Nggak perlu keluar rumah, belanjaan pun langsung diantar.
Bagi Sedulur yang punya toko kelontong atau warung, bisa juga lho belanja grosir atau kulakan lewat Aplikasi Super. Harga dijamin lebih murah dan bikin untung makin melimpah.