Bagi Sedulur yang bekerja di bidang sistem informasi tentu tidak asing dengan istilah data flow diagram atau DFD. Namun pada artikel kali ini, Super bukan akan membahas tentang DFD. Melainkan hal lain yang masih berkaitan erat dengan DFD, yaitu diagram konteks atau context diagram. Sederhananya, diagram konteks merupakan bagian dari tingkatan DFD. Diagram ini menggambarkan keseluruhan proses dalam suatu sistem.
Ingin tahu lebih jauh mengenai diagram konteks? Yuk, simak informasi selengkapnya termasuk cara membuat dan contohnya-contohnya berikut ini!
BACA JUGA: Pengertian Flowchart Serta Fungsi, Jenis, Simbol & Contohnya
Pengertian diagram konteks
Sebelumnya sudah disinggung bahwa diagram konteks atau context diagram merupakan bagian dari diagram aliran data atau data flow diagram (DFD). Mengutip dari Kata Data, diagram ini digunakan untuk menetapkan konteks dan batasan sistem pada suatu pemodelan.
Sebagai suatu bagian dari DFD, context diagram merupakan bagian atau tingkatan tertinggi yang hanya memuat satu proses. Dengan kata lain diagram konteks menunjukkan seluruh input ke dalam sistem maupun output dari sistem yang menggambarkan keseluruhan sistem.
Adapun proses pada context diagram umumnya ditandai dengan nomor atau angka nol. Oleh karenanya, diagram ini juga kerap disebut sebagai DFD level 0.
Pengertian menurut para ahli
Untuk lebih memahami tentang diagram konteks, berikut beberapa pengertian menurut para ahli.
- Jogiyanto (2005) – context diagram adalah diagram yang terdiri atas suatu proses dan menggambarkan ruang lingkup suatu sistem.
- Andri Kristanto (2003) – context diagram adalah sebuah diagram sederhana yang menggambarkan hubungan antara entitas luar, masukan, dan keluaran dari sistem. Diagram ini direpresentasikan dengan lingkaran tunggal yang mewakili keseluruhan sistem.
BACA JUGA: Statistik: Pengertian, Fungsi, Tujuan dan Jenis-jenisnya
Simbol-simbol
Dikutip dari situs Unikom, terdapat tiga simbol yang umum digunakan dalam context diagram. Ketiga simbol itu meliputi terminator, process, dan data flow. Berikut penjelasan tentang simbol diagram konteks.
1. Terminator
Simbol pertama adalah terminator yang ditandai dengan bentuk persegi panjang. Simbol ini memiliki arti pihak luar yang berada di luar sistem namun berhubungan dengan sistem secara tidak langsung. Hal-hal di luar sistem itu memiliki peran dalam hal memberi data atau menerima informasi.
2. Process
Simbol berikutnya adalah process atau proses yang dilambangkan dengan bangun lingkaran. Simbol ini menandakan bahwa di dalam diagram berisi mengenai suatu sistem yang akan dibuat.
3. Data flow
Terakhir adalah data flow atau aliran data. Simbol ini ditandai dengan bentuk anak panah. Data flow menunjukkan data informasi yang mengalir dari satu pihak ke sistem dan sebaliknya.
Manfaat diagram konteks
Terdapat sejumlah manfaat menggunakan context diagram untuk menggambarkan suatu sistem. Salah satunya ialah diagram ini dapat memudahkan dalam memahami sistem komputer yang sedang dikembangkan, terutama bagi orang yang belum menguasai komputer. Selain itu ada beberapa manfaat lainnya sebagaimana dikutip dari Kata Data berikut ini.
- Sistem yang dibuat dengan diagram ini dapat dengan mudah dikembangkan dalam data flow diagram agar menjadi lebih detail.
- Context diagram cenderung lebih mudah untuk diubah dan dikembangkan karena notasi yang terhubung masih terbatas.
- Memudahkan banyak pihak dalam menggunakan dan mendapatkan informasi pada diagram karena menampilkan sistem secara transparan.
- Cenderung mudah dipahami karena memiliki sistem yang sederhana.
- Kemudahan dalam memahami diagram DFD level 0 ini juga membawa keuntungan berupa apabila terjadi masalah maka akan dapat diselesaikan dengan mudah
BACA JUGA: Business Requirements Document, Dokumen Penentu Bisnis
Contoh diagram konteks
Untuk lebih mudah memahami tentang context diagram, berikut beberapa contoh yang bisa Sedulur simak. Contoh-contoh berikut juga bisa menjadi referensi untuk Sedulur dalam membuat diagram sendiri.
1. Diagram konteks siklus pendapatan
2. Diagram konteks perpustakaan
3. Diagram konteks penjualan
Cara membuat diagram konteks
Setelah memahami tentang diagram konteks, kini Sedulur dapat mulai mencoba membuatnya sendiri. Selain memperhatikan contoh-contoh diagram seperti yang sudah dipaparkan di atas, Sedulur juga dapat menyimak uraian langkah-langkah berikut ini.
- Pertama, sebelum mulai membuat diagram, Sedulur perlu untuk berdiskusi dengan klien atau pihak terkait. Sebab, pembuatan diagram konteks umumnya berkaitan dengan sistem yang dikerjakan bersama atau atas permintaan klien. Nah, dari hasil diskusi tersebut, Sedulur dapat mengidentifikasi dua hal, yakni entitas eksternal dan aliran data.
- Jika proses identifikasi sudah selesai, langkah berikutnya adalah membuat analisis yang meliputi sebagai berikut.
- Identitas arus data di dalam sistem
- Identitas arus data dari entitas eksternal
- Gambar dan beri label untuk semua proses yang mewakili pekerjaan di dalam sistem.
- Gambar dan beri label pada setiap entitas yang terhubung dalam sistem, baik itu entitas internal maupun entitas eksternal.
- Tambahkan aliran data yang mewakili perpindahan data antarproses maupun entitas.
- Setelah diagram selesai dibuat, Sedulur dapat kembali berdiskusi untuk membahas hasil diagram tersebut.
BACA JUGA: DFD (Data Flow Diagram): Pengertian, Fungsi, Jenis & Contoh
Mengenal data flow diagram (DFD)
Telah diketahui bersama bahwa context diagram merupakan bagian atau tingkatan dari DFD. Untuk itu, berikut ini Super juga akan memaparkan sedikit tentang apa itu DFD dan perbedaannya dengan context diagram.
Dirangkum dari berbagai sumber, DFD merupakan singkatan dari data flow diagram atau bisa diterjemahkan sebagai diagram aliran data. Singkatnya, DFD merupakan diagram yang menggambarkan bagaimana data diproses dalam suatu sistem dari segi input dan outputnya.
Lantas, apa perbedaan diagram konteks dan DFD?
Kedua hal tersebut sekilas terlihat sebagai hal yang sama, yakni merupakan sebuah diagram. Namun sebenarnya keduanya memiliki perbedaan dari segi fungsi maupun isi atau proses yang dijelaskan di dalamnya.
Secara umum, pembuatan diagram konteks atau context diagram mengawali pembuatan DFD. Sehingga sebuah DFD biasanya merupakan hasil pengembangan dari sebuah context diagram. Selain itu context diagram juga biasanya masih bersifat umum. Sementara DFD yang merupakan hasil pengemabangan dari context diagram memuat informasi yang cenderung lebih detail. Di sisi lain, seperti yang telah diketahui context diagram juga dikenal sebagai DFD level 0. Sehingga dapat diketahui bahwa istilah diagram konteks dan DFD level 0 merujuk pada satu hal yang sama.
Itu dia rangkuman tentang diagram konteks atau context diagram, termasuk mengenai pengertian, manfaat, hingga contoh dan cara membuatnya. Selain itu juga telah dipaparkan perbedaan antara context diagram dengan DFD yang perlu untuk Sedulur ketahui.
Nah, semoga informasi ini dapat membantu Sedulur untuk memahami apa itu diagram konteks sehingga dapat membuatnya sendiri, ya!
Mau belanja bulanan nggak pakai ribet? Aplikasi Super solusinya! Mulai dari sembako hingga kebutuhan rumah tangga tersedia lengkap. Selain harganya murah, Sedulur juga bisa merasakan kemudahan belanja lewat handphone. Nggak perlu keluar rumah, belanjaan pun langsung diantar.
Bagi Sedulur yang punya toko kelontong atau warung, bisa juga lho belanja grosir atau kulakan lewat Aplikasi Super. Harga dijamin lebih murah dan bikin untung makin melimpah.