Suatu kondisi ketika makanan yang dikonsumsi terkontaminasi dengan parasit, bakteri, virus, dan berbagai organisme menular lainnya adalah keracunan makanan. Adanya kontaminasi berbagai organisme menular tersebut bisa saja terjadi apabila pengolahan makanan tidak dilakukan dengan tepat. Umumnya, kontaminasi makanan terjadi lewat makanan.
Beberapa bakteri yang dapat menimbulkan kasus tersebut diantaranya adalah Shigella, Clostridium Botulinum, Listeria, Salmonella, bahkan Escherichia Coli atau E. Coli. Adapun beberapa informasi menarik dan penting untuk disimak seputar keracunan bisa didapatkan melalui artikel ini. Baca selengkapnya, ya.
BACA JUGA: 10 Penyebab Sakit di Ulu Hati, Gejala & Cara Mengobatinya
1. Apa itu keracunan makanan?
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, jika seseorang mengonsumsi makanan atau minuman yang sebelumnya telah terkontaminasi parasit, bakteri, maupun virus, maka akan menyebabkan masalah pencernaan seperti keracunan makanan. Umumnya, masalah yang satu ini dapat muncul beberapa jam setelah mengonsumsi makanan tersebut. Kebanyakan kasus dari kondisi ini gejalanya berupa diare, mual, dan muntah. Biasanya, jika kondisinya masih termasuk ringan, seseorang bisa menanganinya sendiri di rumah. Namun, jika kondisinya sudah parah, maka harus ada campur tangan tenaga ahli medis.
2. Gejala dan ciri ciri keracunan makanan
Bisa jadi, gejala keracunan makanan didapatkan persis setelah makan. Namun, beberapa kasus juga menyebutkan bahwa gejala juga akan didapatkan hingga tiga hari setelah mengonsumsi makanan yang sudah terkontaminasi dengan berbagai bakteri atau parasit lainnya tersebut. Umumnya, gejala tersebut dapat berupa:
Lemah
Lemah merupakan salah satu ciri utama yang umum dari penyakit masalah pencernaan tersebut. Biasanya, gejala ini juga dipicu dengan adanya mual, muntah, serta diare yang bisa dirasakan sebelumnya. Jika seseorang merasa lemah, maka sebelumnya telah mengalami penurunan nafsu makan. Jika nafsu makan menurun, tubuh akan kekurangan asupan makanan dan menjadi lemah.
Mual dan muntah
Gejala lainnya adalah mual dan muntah. Kondisi ini bisa terjadi sekitar satu sampai delapan jam setelah memakan makanan yang sudah terkontaminasi dengan bakteri dan virus. Muntah dan mual juga merupakan salah satu bentuk reaksi tubuh jika mengalami masalah pada pencernaan.
Berbagai macam racun dan organisme yang berbahaya akan dikeluarkan dengan mudah jika sudah muntah. Maka dari itu, kebanyakan orang akan merasa lebih baik kondisinya setelah muntah. Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa kondisi ini terjadi berulang kali. Apalagi, jika muntah diiringi dengan diare. Jika kondisi tersebut sudah terjadi, maka lebih baik untuk menemui dokter agar segera ditangani.
Sakit perut
Selain mual dan muntah, sakit perut juga akan dirasakan. Bagian perut di bawah tulang rusuk serta perut di atas panggul akan menjadi sangat nyeri. Hal tersebut dikarenakan adanya patogen yang berfungsi untuk menghasilkan racun. Sehingga, usus dan lapisan dalam lambung akan menjadi teriritasi.
Diare
Diare yang dialami menjadi sebuah tanda adanya konsentrasi feses yang menjadi lebih encer dari sebelumnya. Sehingga, seseorang akan lebih sering BAB. Bahkan, ada pula seseorang yang BAB selama lebih dari tiga kali dalam waktu satu hari.
Dalam kondisi yang sudah parah, diare akan disertai dengan lendir dan darah pada feses. Jika Sedulur mengalami kondisi parah ini, maka harus segera menemui tenaga medis untuk mendapatkan pertolongan. Pastikan, cairan tubuh Sedulur kebutuhannya terpenuhi, ya.
Demam
Gejala yang dialami selanjutnya adalah terjadinya peningkatan suhu tubuh selama lebih dari 38 derajat celcius. Hal tersebut disebut juga dengan demam. Demam menjadi salah satu bentuk mekanisme tubuh dalam melawan adanya peradangan.
Sistem imun akan melepaskan senyawa pirogen yang terdapat pada tubuh. Sehingga, tubuh akan mengalami demam yang tinggi. Aktivitas sel darah putih untuk melawan infeksi dalam tubuh pun juga akan meningkat seiring dengan demam yang tinggi.
Hilangnya nafsu makan
Saluran pencernaan seseorang akan menjadi tidak enak diiringi dengan rasa mual yang terjadi. Maka dari itu, seseorang akan kehilangan nafsu makan. Jika dipaksakan, makanan akan terasa ingin dimuntahkan karena merasa makanan tersebut tidak bisa ditelan oleh mulut. Hilangnya nafsu makan juga menyebabkan tubuh menjadi lemas.
Sakit kepala
Sakit kepala atau pusing menjadi sebuah pertanda bahwa tubuh mengalami dehidrasi. Apalagi, jika diiringi dengan muntah dan diare. Pastinya, cairan tubuh akan berkurang lebih banyak. Sehingga, seseorang akan mengalami dehidrasi.
BACA JUGA: Nyeri Saat Haid? Obat Pereda Sakit Ini Bisa Kamu Konsumsi
3. Penyebab keracunan makanan
Jika makan tidak diolah, disimpan, dan ditangani dengan baik, maka besar potensinya untuk mengalami kontaminasi silang. Makanan yang menyebabkan keracunan kehamilan tersebut misalnya adalah telur mentah, susu, daging merah, kerang, makanan laut, daging mentah, makanan kalengan, keju lembut, roti isi kemasan, bahkan makanan siap saji. Selain faktor bahan makanan yang bisa menyebabkan kontaminasi silang, ada pula faktor lainnya. Berikut adalah rangkumannya:
- Memakan makanan yang sudah kadaluarsa atau expired.
- Makanan tidak disimpan di suhu yang tepat, seperti produk daging dan susu yang seharusnya disimpan di kulkas.
- Tangan yang tidak dicuci terlebih dahulu saat menyentuh makanan.
- Makanan tidak dimasak secara merata, terutama sosis, daging unggas, dan burger
- Menggunakan pisau bekas memotong daging yang kemudian digunakan untuk memotong roti, yang bisa menyebabkan kontaminasi silang. Bisa juga dengan meletakkan daging merah di atas makanan yang siap saji dan air dari dagingnya menetes ke dalam hidangan tersebut.
- Talenan tidak dicuci dengan bersih sebelum menggunakannya. Apalagi, jika sebelumnya menggunakan talenan untuk memotong daging mentah.
4. Faktor risiko keracunan makanan
Ada beberapa faktor risiko yang lebih tinggi untuk mengalami keracunan makanan, diantaranya adalah:
- Orang lanjut usia yang memiliki sistem imun rendah seiring dengan bertambahnya umur.
- Bayi dan anak-anak, yang sistem imun nya belum berkembang sepenuhnya layaknya orang dewasa. Sehingga, memiliki respon terhadap organisme kontaminan dalam makan yang rendah.
- Seseorang yang memiliki penyakit kronik atau kondisi khusus. Contohnya adalah diabetes dan penyakit liver. Sehingga, respon kekebalan tubuh terhadap berbagai organisme kontaminan akan menurun. Untuk seseorang dengan kondisi khusus, contohnya adalah orang yang sedang menjalani kemoterapi.
- Wanita yang sedang mengandung, karena memiliki metabolisme tubuh yang berubah.
BACA JUGA: Kenali 10 Penyebab Kram Perut Serta Ciri & Cara Mengatasinya
5. Cara mencegah keracunan makanan
Sebelum mengetahui keracunan makanan obatnya apa, maka ketahui terlebih dahulu cara untuk mencegahnya. Kondisi tersebut dapat diakibatkan dari kontaminasi makanan. Mulai dari proses pengambilan bahan baku, cara menyajikan hidangan, sampai pengedaran bisa timbul kontaminasi makanan. Tempat seperti katering, kantin, hingga tempat tinggal sendiri bisa terjadi efek tersebut. Adapun cara mencegahnya adalah sebagai berikut:
- Mencuci alat makan, alat masak dan tangan menggunakan sabun dan air mengalir.
- Karena sebagian besar organisme kontaminan bisa mati dalam suhu tertentu, maka usahakan untuk memasak pada suhu yang tepat.
- Jika memiliki makanan yang sudah berubah warna dan memiliki bau yang tidak sedap, maka jangan ragu untuk membuangnya.
- Selalu simpan berbagai macam bahan sesuai dengan tempatnya. Misalnya, daging harus disimpan di dalam lemari pendingin agar terhindar dari kontaminasi silang.
6. Cara mengatasi keracunan makanan
Untuk mengatasi masalah pencernaan tersebut, ada beberapa cara yang bisa dilakukan secara alami dan tepat. Minum air putih sedikit demi sedikit agar tubuh tetap terhidrasi. Selain air putih, ada pula berbagai macam buah yang bisa mengobati keracunan makanan, seperti apel, pir pepaya, dan pisang. Buah buahan tersebut bisa digunakan sebagai pertolongan pertama.
BACA JUGA: Penyakit Muntaber: Kenali Gejala dan Cara Mengobatinya
7. Pengobatan
Jika tubuh dirasa kurang membaik dan malah bertambah parah, segera konsumsi berbagai obat keracunan makanan. Misalnya adalah obat diare atau obat antibiotik. Namun, penggunaan obat tersebut dapat dilakukan sesuai anjuran dokter, ya. Jadi, jangan asal minum obat tanpa berkonsultasi dahulu.
Apabila merasa mengalami keracunan makanan, maka cara untuk mengobati masalah tersebut harus disesuaikan dengan penyebab utamanya. Biasanya, kondisi tersebut akan sembuh dengan sendirinya. Namun, tidak menutup kemungkinan untuk menjadi semakin parah. Jika mengalami kondisi tersebut, pastikan untuk memperbanyak konsumsi air putih agar tidak dehidrasi dan beristirahat dengan cukup.