Istilah sandwich generation belakangan ini kerap jadi bahan perbincangan. Tapi, apa sebenarnya makna dari istilah ini? Yuk simak penjelasan berikut!
Sedulur pasti pernah mendengar fenomena sandwich generation yang banyak diperbincangkan oleh anak muda belakangan. Fenomena ini menjadi momok bagi mereka yang akan memasuki usia produktif. Tak jarang, mereka yang mengaku mengalami fenomena ini lantas merutuki nasib sebagai generasi ini dan mengadu di media sosial.
Tapi sebenarnya fenomena apa sih ini? Apakah kita termasuk jadi bagian dari fenomena ini? Bisakah kita mengatasinya? Yuk simak penjelasan terkait generasi sandwich di bawah ini!
Sandwich Generation, Makna dan Tips Mengatasinya
Apa itu sandwich generation?
Istilah generasi sandwich ini memang kerap digaungkan belakangan ini. Akan tetapi apa sebenarnya makna dari istilah ini? Sebelumnya, untuk memahami konsep ini Sedulur perlu tahu padanan kata sandwich generation, yakni generasi roti apit, generasi roti lapis, generasi terapit, dan generasi terjepit.
Sesuai dengan padanan kata Bahasa Indonesia itu, tampak jelas bahwa sandwich generation adalah kelompok orang dewasa yang ‘terjepit’ kewajiban menanggung dua generasi sekaligus, yakni orang tua mereka yang sudah lanjut usia dan tidak bisa bekerja, serta anak mereka yang memang belum memasuki usia produktif.
Mereka yang tergolong dalam generasi terjepit ini kerap merasa kesulitan untuk memenuhi kebutuhan semua orang yang menjadi tanggungan mereka. Mulai dari membiayai pengobatan dan kehidupan orang tua yang tentu tidak sedikit, serta menanggung biaya sekolah dan kehidupan anak yang juga tinggi. Tak heran jika generasi ini jadi harus bekerja sangat keras dan masih tak mampu hidup berkecukupan.
Penyebab sandwich generation?
Fenomena generasi roti apit ini dapat terjadi karena berbagai faktor. Pertama dan paling umum, adalah karena orang tua yang tak memiliki literasi finansial yang mumpuni sehingga mereka tidak menyiapkan rencana keuangan di masa pensiun. Akibatnya, setelah pensiun orang tua pun hanya dapat bersandar pada anak mereka untuk membiayai kehidupan mereka. Sedangkan di sisi lain, anak mereka juga sudah beranjak dewasa dan memiliki keluarga sendiri yang juga menjadi tanggungan.
Kedua, generasi ini juga dapat tercipta karena orang tua yang memiliki keterbatasan kemampuan atau sakit di usia produktifnya. Sehingga anak mau tidak mau harus mengambil alih peran sebagai pencari nafkah keluarga.
Sulitnya, situasi ini bak lingkaran setan yang akan terus menghantui. Saat usia produktif dihabiskan untuk menanggung biaya dua generasi sekaligus, maka kita akan kesulitan untuk mempersiapkan hari tua yang baik atau berinvestasi. Akibatnya, saat tiba masa pensiun, kita terpaksa harus mengandalkan anak untuk menopang kehidupan.
Baca Juga: 15 Cara Mengatur Keuangan Dengan Gaji Kecil, Super Mudah!
Dampak fenomena generasi sandwich
Fenomena ini sekilas tampaknya biasa saja. Banyak orang yang berada di dalamnya dan tampak baik-baik saja. Namun, menjadi bagian dari generasi ini ternyata memiliki dampak besar bagi kehidupan dan kesehatan, lho. Berikut beberapa dampak dari fenomena ini.
- Burnout
Burnout atau kelelahan bekerja merupakan fenomena yang kian umum terjadi belakangan ini. Sedulur mungkin juga pernah merasakannya. Rasa lelah ini terjadi karena Sedulur bekerja terlalu keras dan tidak punya cukup waktu untuk beristirahat melepas lelah. Mereka yang bekerja keras dan memiliki banyak tanggungan akan lebih rentan mengalami kelelahan ini. Dampaknya, Sedulur akan stress dan justru tidak mampu memberikan hasil yang maksimal bagi pekerjaan ataupun keluarga.
- Perasaan bersalah yang terus menghantui
Sedulur yang tergolong dalam generasi sandwich pasti memiliki perasaan bersalah yang terus menghantui. Pasalnya, Sedulur akan merasa tak mampu memberikan yang terbaik bagi orang tua maupun anak yang menjadi tanggungan Sedulur. Saat tak mampu memberikan keinginan orang tua atau anak, Sedulur akan terus merasa bersalah. Apalagi jika ada kebutuhan yang tak berhasil Sedulur cukupi.
- Mengabaikan kebutuhan diri
Saking sibuknya bekerja dan mengurusi orang tua serta keluarga, mereka yang mengalami generasi sandwich ini kerap abai akan kebutuhan diri sendiri. Mereka lupa bahwa selain orang tua dan anak, mereka juga perlu mengurus diri mereka dan kebutuhan mereka. Akibatnya, kesehatan mental diri pun akan mulai terganggu.
- Rasa cemas dan kekhawatiran yang berlebih
Mereka yang memiliki tanggungan terlalu banyak, kerap merasakan kekhawatiran dan rasa cemas berlebih. Rasa takut tak mampu menghidupi keluarga yang menjadi tanggung jawab akan terus terbayang di kepala, sehingga mereka terus merasa cemas. Kecemasan ini bisa jadi berkepanjangan dan menyebabkan gangguan kesehatan.
Solusi sandwich generation
Lalu, bagaimana solusinya untuk keluar dari lingkaran setan generasi roti apit ini? Tenang, lingkaran ini bisa diputus kok dengan tekad dan pengetahuan yang tepat. Belakangan ini, kesadaran finansial mulai tumbuh di kalangan anak muda Indonesia. Kita jadi paham akan pentingnya investasi bagi kehidupan masa tua, dan cara-cara menciptakan passive income. Ini adalah alat penting yang perlu dimiliki untuk keluar dari lingkaran generasi sandwich.
Pertama, Sedulur yang sudah terlanjur menjadi generasi roti apit bisa memulai investasi dari sekarang. Meski hanya sedikit-sedikit, tidak apa-apa karena setidaknya ini akan membantu masa depan Sedulur. Alihkan tabungan diam Sedulur menjadi investasi yang bergerak seperti saham, reksadana, emas, deposito, property, atau obligasi.
Untuk bisa mendapatkan tabungan yang cukup, Sedulur juga perlu mempersiapkan jalan passive income atau pendapatan pasif. Artinya, pendapatan yang akan mengalir secara pasif tanpa Sedulur melakukan pekerjaan sehari-hari. Contoh dari pendapatan pasif ini adalah menyewakan rumah untuk dikontrak, menjual asset digital di internet, dropshipping, atau membuat konten di platform yang menghasilkan uang seperti Youtube.
Sandwich generation dalam Islam
Lalu, bagaimana Islam menyikapi fenomena generasi ini? Sedulur yang muslim pasti sudah sering mendengar mengenai keutamaan birrul walidain atau berbakti kepada kedua orang tua. Menanggung kehidupan orang tua merupakan salah satu bentuk birrul walidain yang mendapat keutamaan di sisi Allah SWT. Dalam Islam, membiayai kerabat, termasuk orang tua, merupakan bentuk sedekah yang akan diganjar dengan pahala demikian besar. Selain itu, menurut ahli fikih Al Qadhi Abu Syuja, menafkahi orang tua adalah wajib hukumnya jika terpenuhi satu dari dua syarat berikut. Orang tua yang miskin dan hilang akal sehatnya, atau orang tua yang miskin dan sudah tak mampu mencari nafkah.
Setelah memahami pembahasan terkait sandwich generation di atas, bagaimana pendapat Sedulur tentang fenomena ini? Apakah Sedulur termasuk salah satu di antara yang mengalaminya? Selalu semangat ya, bagi Sedulur yang memiliki tanggungan ganda. Meski berat dijalani, namun akan ada ganjaran manis yang menanti di masa depan.
Jika Sedulur mengalami sulitnya menjadi generasi roti lapis, cobalah menambah sumber penghasilan dengan menjadi Super Agen. Pekerjaan Super Agen memiliki waktu kerja yang sangat fleksibel sehingga cocok menjadi sambilan. Hasilnya pun cukup menggiurkan, Sedulur bisa mendapat penghasilan tambahan jutaan rupiah per bulannya. Yuk install Aplikasi Super dan daftar jadi Super Agen sekarang juga!