Ulat sutra merupakan serangga holometabola dengan metamorfosa yang sempurna. Hal ini berarti terdapat keempat generasi stadia, yakni telur, larva atau ulat, pupa dan ngengat. Pemeliharaan ulat ini sudah dilakukan sejak beberapa abad lalu di Cina.
Seperti yang telah kita tahu, kebanyakan ulat sutra dimanfaatkan manusia sebagai sumber pembuatan kain. Kain yang dibuat dari sutra, dinilai memiliki kualitas yang tinggi. Sehingga tidak heran harganya relatif lebih mahal dari jenis bahan kain yang lain.
Nah, bagi Sedulur yang penasaran secara lebih lanjut dengan serangga holometabola yang satu ini, berikut gambar ulat sutra dan juga beberapa hal menarik tentangnya.
BACA JUGA: 10 Jenis Ikan Channa, Ikan Gabus Corak Cantik Berharga Jutaan
Jenis-jenis ulat sutra dan ciri-cirinya
Sama halnya seperti serangga dari famili lain, ada beberapa jenis ulat sutra yang bisa Sedulur jumpai saat ini. Setiap jenis tentu saja memiliki karakteristiknya sendiri-sendiri. Agar Sedulur tidak bingung, berikut ini jenis-jenis yang dimaksud.
Ras Cina
Ras Cina terdiri dari bivoltin dan univoltin yang mencakup banyak galur. Bentuk ulat sutra ras Cina itu polos, bentuk kokon bulat, dan lapisan kokonnya tipis. Kokon yang dimilikinya berbentuk jorong berwarna merah jambu, kehijauan, putih, dan juga kuning emas.
Selain itu, produksinya juga lebih pendek atau cepat. Oleh karena itu, jumlah sutra yang diproduksi cenderung lebih rendah jika dibandingkan dengan ras lain, seperti ras Jepang. Namun, serat sutera yang dihasilkan sangat halus, sehingga lebih mudah dipintal.
Daya tahan dari ras Cina ini cenderung lebih kuat dari ras lain. Ulat ini ternyata juga memiliki kepekaan terhadap kelembapan yang tinggi.
Ras Jepang
Ciri-ciri ulat sutra ras Jepang yakni bentuk badannya kecil, mampu bertelur dalam jumlah banyak, umur produksi relatif lebih panjang jika dibandingkan dengan ras Cina, rentan terhadap penyakit, kokonnya berwarna kuning atau hijau dan ada lekukkan di bagian tengahnya.
Ulat dari ras Jepang ini mampu memproduksi kokon yang lebih banyak dibandingkan dengan ras Cina. Ras Jepang juga memiliki varietas univoltin dan bivoltin. Ada banyak galur yang menghasilkan larva dengan ukuran menengah alias rata-rata.
Jenis ras yang satu ini juga mempunyai kecepatan tumbuh rata-rata, hampir sama seperti jenis ulat sutra yang lainnya.
Ras Eropa
Untuk ras Eropa hanya mencakup jenis univoltin saja. Bentuk-bentuk kepompong ulat sutra ini besar dengan kokon oval. Ras Eropa tumbuh lebih lambat dan cenderung tidak terlalu kuat, sehingga hanya bisa dibudidayakan pada musim semi yang hangat di daerah subtropis saja.
Ukuran tubuh ulat dan telur dari jenis ras ini cukup besar dengan siklus hidup yang terbilang panjang. Kokon yang dimiliki oleh jenis tersebut juga berukuran besar dengan adanya sedikit lekukkan di bagian tengahnya.
Untuk warna kokonnya, yakni putih atau kemerahan. Kokon tersebut juga dibalut dengan serat sutera yang cukup panjang.
Ras Tropik
Sesuai dengan namanya, ras Tropik ini hidup di daerah Tropis dan tahan terhadap suhu panas. Jenis ulat yang satu ini mempunyai ukuran kokon yang cenderung kecil. Ras Tropik hanya memiliki varietas polivoltin saja.
Selain itu, ukuran telur dari ulat ini kecil dan bobotnya ringan. Untuk larvanya, berukuran kecil namun kuat dan bisa tumbuh dalam waktu yang sangat cepat. Bentuk kokonnya menyerupai kumparan, terdapat banyak serabut (floss), dan kulit kokonnya tipis. Hal ini membuat produksinya tergolong rendah.
Siklus hidup ulat sutera
Telur
Ukuran dan beratnya telur ulat sutra ini bervariasi, sesuai dengan ras dan lingkungannya di mana ulat tersebut dibudidayakan. Setiap indukan bisa menghasilkan sampai 500 butir, tergantung dari galur dan juga rasnya.
Pupa
Antara 5 hingga 6 hari setelah kokon terbentuk, ulat akan berubah bentuk menjadi pupa di dalam kokon. Setelah itu, pupa berwarna kuning keputihan yang sebelumnya lembek akan berubah mengeras secara bertahap. Periode pupa ini bisa menghabiskan waktu antara 11 hingga 12 hari.
Ngengat
Ngengat dewasa berwarna putih susu dengan garis berwarna kecoklatan yang melintang pada sayap bagian depan, serta tubuhnya dilapisi oleh bulu yang lebat. Ngengat dewasa sudah tidak membutuhkan makanan, namun siklus hidupnya pendek dan tidak bisa terbang.
Ulat atau larva
Larva yang baru saja menetas memiliki warna hitam atau coklat tua dengan bobot sekitar 0,45 mg dengan panjang sekitar 3 mm. Larva tersebut mempunyai bentuk kepala yang besar, dan tubuhnya dilengkapi rambut.
Semakin bertambah umurnya, maka warna larva akan menjadi lebih muda. Pada saat waktunya mengganti kulit lama menjadi kulit baru (molting), ulat akan berhenti makan sekitar 24 jam. Ya, umumnya ganti kulit ini terjadi sebanyak 4 kali selama masa larva. Dengan ini, maka ada lima instar atau periode makan.
BACA JUGA: Ciri Gelembung Telur Ikan Cupang & Cara Merawat yang Benar
Fase penting dalam siklus hidup ulat sutra
Saat berada di stadia larva, ulat ini hanya akan makan daun murbei yang tidak terkena bahan kimia apa pun. Bisa dikatakan jika masa ini merupakan fase yang sangat penting untuk proses sintesis protein sutera dan juga proses pembentukan telur nantinya.
Manfaat ulat sutra
Ulat sutra ini bisa dimanfaatkan dalam bentuk kepompong maupun bentuk ulat atau larva. Untuk kepompongnya, biasanya digunakan untuk membuat kain sutra. Seperti yang sebelumnya sudah dikatakan, sutra menjadi salah satu bahan terbaik untuk membuat pakaian.
Sedangkan untuk dalam bentuk ulat atau larva, sering digunakan sebagai bahan untuk membuat supplement penambah stamina tubuh. Hal ini karena daging ulat tersebut terkenal memiliki kandungan protein yang cukup tinggi.
Budidaya ulat sutra
Budidaya ulat sutera idealnya dilakukan di wilayah dengan ketinggian antara 400 sampai 800 meter di atas permukaan laut. Dan untuk menambah kesejukan udara, Sedulur bisa juga menggunakan bantuan blower.
Dalam jangka waktu 10 hari, telur dari ulat ini biasanya sudah menetas. Kemudian sekitar satu bulan, mereka akan makan terus menerus sampai berubah menjadi kepompong.
Biasanya makanan ulat sutra adalah daun murbei. Namun agar bisa menghasilkan kain sutra yang halus dan lembut, Sedulur bisa memberinya daun singkong karet.
Setelah berhenti makan dan menjadi kepompong, mereka bisa mulai menghasilkan benang kokon. Kemudian pada hari keempat, kokon sudah bisa dipanen. Dari sekitar 10 kg kokon, bisa menjadi 1 kg benang saat dipintal. Benang tersebut dapat diolah menjadi kain sepanjang 8 meter dengan lebar 110 cm.
Jika dalam sehari beroperasi secara penuh, maka ditotal bisa dihasilkan sekitar 30 kg benang. Perlu Sedulur tahu, harga beli kokon untuk saat ini mencapai sekitar 50 ribu rupiah per kilogramnya.
Keuntungan budidaya ulat sutra
Ya, membudidayakan ulat sutera itu memang mendatangkan banyak keuntungan. Selain kepompong dan ulatnya, ada beberapa hal yang juga bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan uang.
Sedulur bisa memanfaatkan kotorannya sebagai pupuk dengan kualitas yang tinggi. Selain itu, tempat pembudidayaan ulat sutra pun juga bisa dijadikan sebagai destinasi wisata yang mendatangkan banyak pengunjung dan menambah penghasilan tambahan.
Kendala dalam budidaya ulat sutra
Walaupun budidaya ulat sutra ini tampak istimewa, namun tetap saja ada beberapa kendala yang harus dihadapi oleh para pelakunya. Menurut orang-orang yang telah menjalankannya, butuh biaya yang tidak sedikit untuk menambah luas lahan daun murbei sebagai pakan utama ulat tersebut.
Selain itu, biaya tambahan juga diperlukan untuk terus menyediakan pupuk organik. Pasalnya jika menggunakan pupuk kimia, daun murbei justru bisa meracuni ulat yang memakannya.
Selain urusan pakan, kendala lain juga datang dari sektor pemasaran. Tanpa didampingi oleh pemerintah, para pembudidaya hanya bisa menjual hasil panennya dalam kondisi mentah. Hal ini dapat membuat harga jual sutra menjadi anjlok.
Harga jual hasil budidaya
Harga untuk kokon atau kepompong ulat sutra itu sekitar 20 ribu sampai 50 ribu rupiah per kilogram. Dan jika sudah dalam bentuk kain jadi, maka harga untuk kain sutra pendek biasanya mulai dari 400 ribu rupiah hingga jutaan rupiah.
BACA JUGA: Cara Budidaya Porang Untuk Pemula, Bernilai Jual Jutaan
Nah, itulah beberapa hal mengenai ulat sutra yang perlu untuk Sedulur ketahui. Tingkat permintaan kain sutra di Indonesia sendiri masih cukup tinggi. Dan pasokannya belum sepenuhnya dapat dipenuhi, sehingga kadang kita masih sering impor kain maupun benang sutra.
Fenomena tersebut membuat banyak orang tertarik untuk memulai budidaya ulat sutra yang dirasa sangat menguntungkan. Apakah Sedulur juga berpikiran sama? Namun sebelum membuat keputusan, pahami secara lebih detail mengenai jenis ulat ini dan juga pembudidayaannya.
Sedulur yang membutuhkan sembako, bisa membeli di Aplikasi Super lho! Sedulur akan mendapatkan harga yang lebih murah dan kemudahan belanja hanya lewat ponsel. Yuk unduh aplikasinya di sini sekarang.
Sementara Sedulur yang ingin bergabung menjadi Super Agen bisa cek di sini sekarang juga. Banyak keuntungan yang bisa didapatkan, antara lain mendapat penghasilan tambahan dan waktu kerja yang fleksibel! Dengan menjadi Super Agen, Sedulur bisa menjadi reseller sembako yang membantu lingkungan terdekat mendapatkan kebutuhan pokok dengan mudah dan harga yang lebih murah.