Profil & Kumpulan Puisi Chairil Anwar, Pelopor Puisi Indonesia

Puisi Chairil Anwar merupakan salah satu buah karya sastra paling legendaris di Indonesia. Meski Sedulur bukan penggemar karya puisi, tapi setidaknya pasti pernah mendengar bait penggalan puisi dari tokoh sastra satu ini. Bagaimana tidak, puisinya kerap dibacakan dan digubah ulang dalam media pop mainstream. Bahkan Sedulur dapat menemukannya dalam soal pelajaran Bahasa Indonesia anak sekolah.

Puisi karya Chairil Anwar mengangkat banyak tema. Mulai dari cinta, perjuangan, isu sosial, hingga pendidikan. Sebagai penyair dan sastrawan, memang lingkungan adalah inspirasi terbesar. Namun yang membuat Chairil Anwar begitu istimewa bukan hanya kisah atau isu yang diangkatnya saja melainkan juga diksi dan penataan bahasanya yang begitu indah serta menyentuh. Agar lebih mengenal sastrawan kenamaan Indonesia satu ini beserta dengan karya-karyanya, yuk kita simak pembahasan berikut ini!

BACA JUGA: 18 Tokoh Pahlawan Nasional Indonesia dan Sejarah Perjuangannya

Mengenal Sosok Chairil Anwar

sejarahjakarta

Bukan hanya karya puisinya saja yang menarik untuk dipelajari, sosok Chairil Anwar sendiri sangatlah menarik untuk dibahas. Sosok Chairil Anwar tidak hanya tercermin dari catatan dan kesaksian orang di sekitarnya. Kekuatan karakter beliau pun terpancar melalui karya-karyanya. Termasuk pula puisi Aku Chairil Anwar yang mencerminkan gairah dan individualitasnya.

Chairil Anwar lahir di Medan pada 26 Juli 1922. Ia mulai berkecimpung di dunia sastra pada tahun 1940 saat pindah ke Batavia (kini Jakarta) bersama ibunya. Ia mulai rajin menulis karya puisi yang kemudian diterbitkan untuk pertama kali di tahun 1942. Dari sini Chairil mulai mendapatkan popularitasnya. Ia telah menerbitkan setidaknya 92 puisi dalam kurun waktu 1942-1949. Ia juga sempat menghadapi peliknya penjajahan Jepang di mana karya Chairil Anwar tak dapat dipublikasikan dan hanya beredar di atas kertas murah hingga akhirnya diterbitkan pada tahun 1945.

Kisah Chairil Anwar sebagai penyair namun tak selalu mendapatkan respon positif dari masyarakat Indonesia. Pada awal-awal karirnya sebagai penyair, Chairil Anwar mengirimkan puisi-puisinya ke majalah Pandji Pustaka untuk dimuat. Banyak dari puisi Chairil yang berakhir dengan penolakan karena kental akan unsur individualisme dan berseberangan dengan semangat kebersamaan yang saat itu sedang dikampanyekan secara besar-besaran.

Beliau namun tak menyerah dengan penolakan maupun situasi penjajahan Jepang yang membuat karyanya tak dapat dipublikasikan dengan baik. Upayanya berbuah hasil di kemudian hari, namanya harum sebagai sastrawan populer Indonesia. Bahkan, puisinya banyak yang diterjemahkan ke dalam Bahasa asing dan dipasarkan secara global.

BACA JUGA: Arti Ambigu Adalah Kata yang Bermakna Ganda, Apa Maknanya?

Karya-karya Chairil Anwar

wikipedia

Puisi Chairil Anwar singkat namun mampu menyihir dengan kata-kata. Jika dibandingkan dengan penyair lain di zamannya, puisi Chairil memang mayoritas cukup pendek dan mudah dibaca serta dipahami. Emosi dari puisi karya beliau akan langsung tersampaikan tanpa Sedulur perlu rumit menelaah maknanya.

Chairil juga dikenal sebagai pelopor puisi modern Indonesia. Julukan ini berangkat dari karyanya yang memang keluar dari pakem puisi konvensional dengan rima dan bait yang tertata. Puisi Chairil cenderung lebih bebas dalam mengeksplorasi diksi maupun bentuk.

Berikut beberapa puisi bintang karya Chairil Anwar yang populer dan perlu untuk Sedulur ketahui.

Puisi aku karya Chairil Anwar

tirto

Kalau sampai waktuku

‘Ku mau tak seorang ‘kan merayu

Tidak juga kau

 

Tak perlu sedu sedan itu

Aku ini binatang jalang

Dari kumpulannya terbuang

 

Biar peluru menembus kulitku

Aku tetap meradang menerjang

 

Luka dan bisa kubawa berlari

Berlari

hingga hilang pedih peri

 

Dan aku akan lebih tidak peduli

 

Aku mau hidup seribu tahun  lagi

BACA JUGA: 12 Contoh Novel Sejarah Indonesia Terbaik yang Diincar Pelajar

Puisi Chairil Anwar doa

Photo by Jeremy Yap on Unsplash

Kepada pemeluk teguh

Tuhanku

Dalam termangu

Aku masih menyebut namamu

 

Biar susah sungguh

mengingat Kau penuh seluruh

 

cayaMu panas suci

tinggal kerdip lilin di kelam sunyi

 

Tuhanku

 

aku hilang bentuk

remuk

 

Tuhanku

 

aku mengembara di negeri asing

 

Tuhanku

di pintuMu aku mengetuk

aku tidak bisa berpaling

Puisi Chairil Anwar ibu

Photo by Kristina Paukshtite from Pexels

Pernah aku ditegur

katanya untuk kebaikan

Pernah aku dimarah

katanya membaiki kelemahan

Pernah aku diminta membantu

katanya supaya aku pandai

 

Ibu…

Pernah aku merajuk

katanya aku manja

Pernah aku melawan

katanya aku degil

Pernah aku menangis

katanya aku lemah

 

Ibu…

Setiap kali aku tersilap

Dia hukum aku dengan nasihat

Setiap kali aku kecewa

Dia bangun di malam sepi lalu bermunajat

Setiap kali aku dalam kesakitan

Dia ubati dengan penawar dan semangat

dan bila aku mencapai kejayaan

Dia kata bersyukurlah pada Tuhan

Namun…

Tidak pernah aku lihat air mata dukamu

Mengalir di pipimu

Begitu kuatnya dirimu…

 

Ibu…

Aku sayang padamu…

Tuhanku….

Aku bermohon pada-Mu

Sejahterahkanlah dia

Selamanya…

BACA JUGA: 12 Kumpulan Puisi Ibu yang Menyentuh Kalbu & Penuh Cinta

Puisi Chairil Anwar Krawang-Bekasi

Photo by Alifia Harina from Pexels

Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi

tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi.

 

Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,

terbayang kami maju dan berdegap hati?

 

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi

Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.

Kenang, kenanglah kami.

 

Kami sudah coba apa yang kami bisa

Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan 4-5 ribu nyawa

 

Kami cuma tulang-tulang berserakan

Tapi adalah kepunyaanmu

 

Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan

 

Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan atau tidak untuk apa-apa,

 

Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata

Kaulah sekarang yang berkata

 

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi

Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

 

Kenang, kenanglah kami

Teruskan, teruskan jiwa kami

Menjaga Bung Karno

menjaga Bung Hatta

menjaga Bung Sjahrir

 

Kami sekarang mayat

Berikan kami arti

Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian

 

Kenang, kenanglah kami

yang tinggal tulang-tulang diliputi debu

Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi

Puisi Chairil Anwar perjuangan: Diponegoro

puisi chairil anwar
wikipedia

Di masa pembangunan ini

tuan hidup kembali

 

Dan bara kagum menjadi api

 

Di depan sekali tuan menanti

Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.

Pedang di kanan, keris di kiri

Berselempang semangat yang tak bisa mati.

 

MAJU

 

Ini barisan tak bergenderang-berpalu

Kepercayaan tanda menyerbu.

 

Sekali berarti

Sudah itu mati.

 

MAJU

 

Bagimu Negeri

Menyediakan api.

 

Punah di atas menghamba

Binasa di atas ditindas

 

Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai

Jika hidup harus merasai.

 

Maju.

Serbu.

Serang.

Terjang

Puisi Chairil Anwar sia-sia

puisi chairil anwar
Photo by Dario Fernandez Ruz from Pexels

Penghabisan kali itu kau datang

membawaku karangan kembang

Mawar merah dan melati putih:

darah dan suci

Kau tebarkan depanku

serta pandang yang memastikan: Untukmu.

 

Sudah itu kita sama termangu

Saling bertanya: Apakah ini?

Cinta? Keduanya tak mengerti.

 

Sehari itu kita bersama. Tak hampir-menghampiri.

 

Ah! Hatiku yang tak mau memberi

Mampus kau dikoyak-koyak sepi.

BACA JUGA: 15 Puisi Hari Ibu untuk Ibu Tersayang yang Mengharukan

Puisi Chairil Anwar tentang pendidikan hidup: derai-derai cemara

puisi chairil anwar
Photo by Brett Sayles from Pexels

Cemara menderai sampai jauh

terasa hari akan jadi malam

ada beberapa dahan di tingkap merapuh

dipukul angin yang terpendam

 

Aku sekarang orangnya bisa tahan

sudah berapa waktu bukan kanak lagi

tapi dulu memang ada suatu bahan

yang bukan dasar perhitungan kini

 

Hidup hanya menunda kekalahan

tambah terasing dari cinta sekolah rendah

dan tahu, ada yang tetap tidak terucapkan

sebelum pada akhirnya kita menyerah

Puisi Chairil Anwar cinta dan benci

puisi chairil anwar
Photo by Nicolas Messifet on Unsplash

Aku tidak pernah mengerti

Banyak orang menghembuskan cinta dan benci

Dalam satu napas

 

Tapi sekarang aku tahu

Bahwa cinta dan benci adalah saudara

Yang membodohi kita, memisahkan kita

 

Sekarang aku tahu bahwa

Cinta harus siap merasakan sakit

Cinta harus siap untuk kehilangan

Cinta harus siap untuk terluka

Cinta harus siap untuk membenci

 

Karena itu hanya cinta yang sungguh-sungguh mengizinkan kita

Untuk mengatur semua emosi dalam perasaan

 

Setiap emosi jatuh… Keluarlah cinta

 

Sekarang aku mengetahui implikasi dari cinta

Cinta tidak berasal dari hati

Tapi cinta berasal dari jiwa

Dari zat dasar manusia

 

Ya, aku senang telah mencintai

Karena dengan melakukan itu aku merasa hidup

Dan tidak ada orang yang dapat merebutnya dariku

Setelah membaca puisi-puisi karya Chairil Anwar di atas, apakah Sedulur jadi terinspirasi untuk menulis pula? Meski tak sebagus karya Chairil Anwar, namun setiap karya pasti memiliki penggemarnya sendiri. Karena itu, jangan pernah takut untuk berkarya. Ambillah pena dan kertasmu dan mulailah bergerak serta berkarya.

Karya Chairil Anwar kini dipublikasikan dalam 3 buku yakni Deru Campur Debu (1949), Kerikil Tajam Yang Terampas dan Yang Putus (1949), dan Tiga Menguak Takdir (1950). Ketiga buku ini memuat puluhan puisi Chairil dari yang sangat populer hingga yang tak banyak diketahui orang.