Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah salah satu isu kesehatan global terbesar di dunia menurut WHO. Virus tersebut sudah merenggut puluhan juta jiwa mengingat penularan HIV cukup pesat. Fatalnya, hingga kini manusia belum bisa mengalahkan virus, termasuk virus penyebab HIV. Jadi tak heran bila HIV dianggap sebagai penyakit yang tak bisa disembuhkan, seperti herpes, dan flu yang virusnya tetap akan ada di tubuh manusia bila mereka terinfeksi. Obat dan terapi diberikan untuk meredam gejala dan rasa tak nyaman yang ditimbulkan.
Banyak salah kaprah tentang HIV yang mungkin Sedulur percaya juga selama ini. Seperti HIV bisa menular melalui keringat dan lain sebagainya. Banyak pula yang menganggapnya sama dengan AIDS. Daripada kita pupuk terus, mari mengedukasi diri tentang HIV lewat ulasan berikut.
BACA JUGA: 12 Penyakit Menular Seksual: Ciri, Penyebab & Pengobatannya
1. Beda antara HIV dan AIDS
Merujuk laman resmi UNAIDS, HIV menyerang sistem kekebalan tubuh manusia sehingga membuat pengidapnya rentan terkena penyakit dan komplikasi lainnya, termasuk kanker dan penyakit berbahaya lainnya. Bagian yang diserang adalah sel CD4-positive T dan makrofaga yang semuanya adalah komponen penting dalam sistem imun.
Bila sudah masuk stadium lanjut, pengidap HIV akan mengalami yang disebut sebagai Acquired Immunodeficiency Syndrome atau yang dikenal dengan AIDS. Jadi, bisa disimpulkan bahwa .tidak semua orang yang terdiagnosa HIV memiliki AIDS. AIDS sendiri terdiagnosa bila seseorang dengan HIV terdeteksi memiliki penyakit kronis dan/atau kanker. Kebanyakan pengidap AIDS adalah orang dengan HIV yang tidak pernah memeriksakan diri dan menjalani pengobatan selama kurang lebih 10 tahun.
2. Gejala dan tanda
Kebanyakan orang yang terinfeksi HIV tidak menyadarinya di fase-fase awal. Ini disebabkan gejalanya benar-benar umum dan sering disalahartikan sebagai flu atau demam biasa. Menurut NHS, gejala tersebut antara lain.
- Demam
- Sakit tenggorokan
- Ruam merah di tubuh
Namun, ada pula gejala yang lebih berat seperti.
- Rasa lelah yang tak tertahankan
- Nyeri sendi
- Nyeri otot atau pegal
- Kelenjar yang membengkak di bagian leher, ketiak, dan/atau selangkangan
Gejala penularan HIV ini akan bertahan selama paling sebentar 1-2 minggu lamanya. Ini adalah fase awal di mana sistem imun sedang berusaha melawan virus dengan segala cara.
Di fase berikutnya, pengidap HIV bisa mengalami hal-hal berikut.
- Penurunan berat badan
- Diare kronis
- Berkeringat di malam hari
- Masalah pada kulit, seperti ruam dan luka
- Mudah terkena atau terinfeksi penyakit
3. Orang yang Berisiko
Bila Sedulur merasakan gejala di atas, bukan berarti serta merta kamu jadikan tanda bahwa tubuhmu terinfeksi HIV. Silakan bercermin apakah kamu memiliki risiko tinggi terinfeksi seperti kelompok-kelompok berikut.
- Aktif secara seksual dan pernah melakukan hubungan intim tanpa proteksi secara anal dan/atau oral
- Sudah mengidap penyakit menular seksual seperti klamidia, gonore, herpes, sifilis, dan bacterial vaginosis.
- Pernah menggunakan jarum bersamaan dengan orang lain atau pernah melakukan prosedur transfusi darah, tato atau tindik yang tidak aman dan tidak higienis.
BACA JUGA: 11 Rekomendasi Kondom yang Paling Bagus & Bikin Lebih Intim
4. Diagnosa awal bisa membantu mencegah komplikasi
Sebenarnya sebelum muncul gejala, seseorang boleh melakukan diagnosa dini dengan mengakses tes lab di fasilitas kesehatan yang menyediakannya. Caranya dengan menguji respon antibodi pasien. Jika produksinya tidak melebihi standar yang sudah ditetapkan, berarti seseorang dikatakan negatif HIV. Bila melebih standar, ia akan didiagnosa HIV meskipun belum menampakkan gejala apapun. Selain tes tersebut, biasanya laboratorium juga akan mengecek keberadaan penyakit lain seperti diabetes, anemia, ginjal, penyakit menular seksual, TBC, hepatitis, dan toxoplasmosis.
Di beberapa negara maju, tes HIV sudah bisa dilakukan secara mandiri dari mana saja, termasuk rumah. Ini mungkin belum tersedia di Indonesia yang tes SWAB untuk COVID-19 saja belum tersedia dalam bentuk kit mandiri.
5. Penularan
Orang yang terinfeksi, bisa saja tidak menimbulkan gejala di tahap awal. Namun, ia tetap bisa menularkan virus pada orang lain melalui kontak terhadap cairan tubuh seperti cairan dari organ kelamin, darah, dan ASI. Intinya penularan HIV terjadi ketika ada kontak dengan cairan yang keluar dari membran mukosa dan atau jaringan yang rusak.
- HIV bisa menular lewat beberapa aktivitas sebagai berikut.
- Hubungan seksual yang dilakukan tanpa proteksi sama sekali
- Penggunaan jarum bersamaan
- Transfusi darah dari orang yang sudah terinfeksi virus
- Ibu hamil dengan HIV yang menyusui bayinya juga bisa menularkan virus tersebut pada sang bayi
6. Hal yang bukan cara penularan HIV AIDS
Virus HIV tidak bisa tertransmisi melalui hal berikut.
- Gigitan nyamuk atau serangga lainnya
- Saliva atau air liur, sehingga berciuman dengan mulut tertutup dan penggunaan alat makan bersama tidak akan menularkan HIV
- Keringat juga tidak akan menyebarkan virus
- Penggunaan dudukan toilet umum tidak berisiko menularkan HIV pada orang lain
- Berpelukan dan berjabat tangan
- Air mata juga tidak mengandung virus
- HIV tidak bertransmisi melalui udara
- Tidak ada penularan HIV melalui luka kering
BACA JUGA: Fungal Acne, Kenali Penyebab dan Cara Mudah Mengatasinya
7. Pencegahan
Mengingat HIV adalah penyakit terminal yang akan bertahan selamanya di tubuh. Ada baiknya kita melakukan pencegahan sebelum terinfeksi. Sesuai dengan penjelasan tentang bagaimana cara penularan HIV di atas, berikut beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencegahnya.
- Setia menggunakan kondom saat akan berhubungan intim, baik kondom untuk pria maupun perempuan
- Bila sudah aktif secara seksual, lakukan tes rutin untuk melihat keberadaan bakteri atau virus yang menyebabkan penyakit menular seksual
- Hindari menggunakan jarum atau alat yang tidak steril ditusukan ke pembuluh darah.
- Bila Sedulur masuk dalam kelompok berisiko, biasanya ada terapi pencegahan yang disebut dengan Pre-Exposure Prophylaxis (PrEP).
8. Pengobatan dan terapi
Antiretroviral therapy (ART) dipakai sebagai terapi pengobatan pengidap HIV dan/ AIDS secara global, termasuk di Indonesia. Ada beberapa obat yang masuk dalam daftar ART dan dipercaya perpaduan beberapa jenis adalah cara paling tepat untuk meredam komplikasi akibat virus. Dokter akan meresepkan obat berdasarkan riwayat penyakit pasien.
Selain itu, pengidapnya juga disarankan menjalankan pola hidup sehat seperti menjalankan diet makanan sehat, olahraga rutin, tidak merokok, dan melakukan vaksinasi terutama vaksinasi hepatitis A/B, flu dan HPV. Kebanyakan orang Indonesia belum mendapatkan vaksinasi HPV karena banyak hal misalnya karena belum menikah dan merasa belum aktif secara seksual. Padahal vaksin HPV bisa diberikan bahkan saat masih anak-anak.
Saat menjalani terapi pengobatan, pasien bisa mengalami beberapa efek samping seperti.
- Muntah
- Diare
- Lelah
- Pusing
- Ruam di kulit
- Insomnia
Inilah yang umumnya membuat pasien enggan mengkonsumsi obat secara rutin. Biasanya akan bertahan beberapa waktu sampai tubuh terbiasa dengan reaksi obat tersebut. Konsultasi pada dokter bila efek samping bertahan cukup lama dan tak kunjung mereda.
BACA JUGA: Infeksi Saluran Kemih: Gejala Penyebab & Cara Mengobatinya
9. Salah kaprah tentang HIV
Ada beberapa stigma yang melekat pada pasien HIV. Berikut beberapa pandangan yang salah dan wajib kita hapus dari benak.
HIV adalah penyakit yang hanya menyerang penyuka sesama jenis
Ada sebagian pihak dengan entengnya mengatakan bahwa HIV adalah penyakit menular seksual yang hanya menyerang laki-laki yang tertarik pada sesama jenis. Nyatanya ini tidak benar. Siapapun bisa terkena HIV, baik perempuan ataupun laki-laki. Tidak peduli orientasi seksual kita.
Sudah jelas bagaimana cara penularan HIV dan AIDS terjadi karena aktivitas seksual yang tidak aman alias tidak menggunakan proteksi. HIV juga bisa meningkat risikonya pada orang-orang yang melakukan aktivitas seks dengan metode anal dan oral. Ibu hamil pun bisa terdiagnosa HIV dan menularkannya pada bayi di dalam janin. Itulah mengapa HIV bisa menjangkiti siapa saja tanpa pandang bulu.
Pengidap HIV tidak akan hidup lama
Di masa kini sudah banyak teknologi dan pengobatan yang bisa memungkinkan pasien HIV menjalani hidup normal dengan rentang usia yang panjang. Pandangan bahwa orang yang mengidap HIV tidak akan hidup lama mungkin muncul karena di masa lalu banyak orang yang baru menjalani terapi pengobatan saat mereka sudah di fase lanjut.
Semoga fakta serta bagaimana cara penularan HIV atau AIDS di atas bisa membuka wawasan kita. HIV adalah tantangan yang serius sehingga kita tidak bisa menutup mata pada keberadaannya. Bila belum terinfeksi, jaga kesehatan baik-baik dan lakukan tindakan preventif seoptimal mungkin. Namun, bila sudah terlanjur atau mengenal orang yang telah terdiagnosa, jangan pula mengucilkannya apalagi memberi label yang diskriminatif . Di masa kini, pengidap HIV bisa hidup normal seperti biasa, kok.