Sebelum menjadi negara republik seperti sekarang, Indonesia terdiri dari beberapa kerajaan yang terpisah-pisah berdasarkan wilayah kekuasaannya. Salah satu yang cukup kondang adalah Kerajaan Kalingga di Jawa Tengah. Melansir Perpustakan Nasional, kerajaan tersebut berdiri di abad ke-7 hingga awal abad ke-8 sebelum akhirnya berubah nama menjadi Kerajaan Mataram. 

Bagaimana sepak terjang dan apa saja peninggalan berharga yang mereka tinggalkan? Berikut beberapa fakta menarik tentang Kerajaan Kalingga yang harus Sedulur baca. 

BACA JUGA: Kerajaan Demak: Sejarah, Masa Kejayaan & Masa Keruntuhan

Awal berdirinya Kerajaan Kalingga 

kerajaan kalingga
Kompas

Kerajaan Kalingga berdiri pada abad ke-7 Masehi dan bertahan hingga awal abad ke-8. Kerajaan Kalingga bercorak agama Budha dan berlokasi di Jawa Tengah. Di masa itu, Kalingga bersanding dengan Kerajaan Sriwijaya di Sumatra menjadi dua kekuatan terbesar di kawasan nusantara karena letak geografis mereka yang strategis untuk perdagangan. 

-->

Wilayah Kalingga cukup luas, termasuk pesisir pantai utara Jawa hingga membentang ke selatan. Pusat pemerintahannya diperkirakan oleh banyak sejarawan berada di dataran tinggi Dieng. Ini karena banyak jejak peninggalan tersisa yang masih bisa dilihat generasi masa kini. 

Para pendiri 

Disparpora Kabupaten Batang

Catatan sejarah dari Tiongkok seperti dikutip dari tulisan W. J. Van der Meulen yang berjudul In Search of “Ho Ling”,  tidak mengetahui pasti kapan dan siapa pendiri Kalingga. Namun, Tirto lewat liputannya mengungkap bahwa pendirian Kalingga tercatat dalam prasasti Sojomerto. Di sana tercatat tahun 654 sebagai tahun berdirinya Kalingga dengan Dapunta Syailendra sebagai pendiri. Namun, Raja pertama Kerajaan Kalingga adalah Prabhu Wasumurti. Kemudian, dilanjutkan oleh Prabhu Wasugeni, sebelum akhirnya digantikan oleh Prabhu Kirathasingha. Raja ini adalah suami sang putri, Dewi Wasuwari atau Ratu Shima yang juga akan berkuasa pada akhirnya. 

Jejak internasional

Sejarah.id

Beberapa sejarawan mengenal Kalingga dalam berbagai julukan lain seperti Holing dan Keling. Julukan tersebut didapat kerajaan ini dari hubungan diplomatiknya dengan Tiongkok dan India. 

Melansir tulisan van der Meulen, Kerajaan Kalingga mendapatkan nama Holing dari para penjelajah Tiongkok yang mencatat bahwa beberapa perwakilan dari Kalingga dilaporkan pernah sampai di Tiongkok pada pertengahan abad ke-7. Seorang biksu bernama Hui Ning atau Hwining juga dikabarkan pernah berkunjung ke Kalingga untuk belajar pada Janabadra, salah satu guru besar yang disegani oleh kalangan Budha di Jawa saat itu. Tercatat mereka sudah melakukan kerjasama sejak abad ke-7 hingga abad ke-9 meski sudah berganti nama. 

BACA JUGA: Kerajaan Tarumanegara: Sejarah, Raja, Kejayaan & Peninggalan

Masa Keemasan di bawah pemerintahan Ratu Shima 

Tempo

Salah satunya adalah Ratu Shima atau yang dalam literatur Tiongkok dijuluki Ratu Simo. Ia dikenal sebagai pemimpin yang tegas dan tidak pandang bulu. Bahkan ia bisa menghukum putranya sendiri karena bersalah. Integritasnya yang tinggi membuat Kalingga makin dipercaya di ranah internasional. Di masa pemerintahan Ratu inilah  masa kejayaan Kerajaan Kalingga berlangsung. Hal ini diakui pula di catatan sejarah Tiongkok seperti dilansir di tulisan van der Meulen tadi. Beberapa komoditas ekspor yang menjadi daya tarik sejumlah kerajaan nusantara saat itu adalah perak, cangkang penyu, gajah, dan badak. 

Ratu Shima mungkin satu dari sedikit sosok pemimpin perempuan di era Jawa Kuno. Kepemimpinannya jadi bukti bahwa gender bukanlah hal yang harus dipermasalahkan. 

Meski tak banyak sumber yang bisa mendeskripsikan sosok Ratu Shima. Beberapa seniman nusantara sepakat untuk menggambarkan sang ratu sebagai sosok pemimpin yang toleran, adil, dan membawa kerukunan. Salah satunya lewat  Pameran Pertunjukan Shima yang pernah dihelat di tahun 2014 serta pertunjukan drama Shima, Sang Ratu Adil di tahun 2019-2020. 

Raja terakhir Kerajaan Kalingga

kerajaan kalingga
Bungdus

Ratu Shima memimpin Kalingga selama dua dekade sebelum akhirnya mangkat. Ia kemudian digantikan sosok Raja Sanjaya. Melansir Perpusnas, sejarah Kerajaan Kalingga mulai berakhir ketika Kerajaan Sriwijaya memperluas kekuasaannya dengan menduduki wilayah selatan Jawa. Ini membuat Kerajaan Hindu Mataram merangsek naik ke Utara dan akhirnya disatukan oleh Raja Sanjaya menjadi dinasti baru. 

Hal ini dikonfirmasi para sejarawan Tiongkok sesuai dengan tulisan van der Meulen yang mengungkap bahwa di tahun 800an, setelah beberapa tahun tak berkabar, para utusan Kalingga kembali ke Tiongkok. Namun, mereka menggunakan istilah “Keraton” untuk menyebut kerajaan baru mereka. Seperti yang kita tahu Kerajaan Mataram Hindu adalah cikal bakal Keraton Yogyakarta di masa kini. Ekspansi Sriwijaya dan keputusan Sanjaya mengganti nama Kalingga menjadi Mataram dengan merupakan titik keruntuhan Kerajaan Kalingga. Dari sini pula corak agama Kerajaan Kalingga yang dulunya Budha berubah menjadi Hindu.

BACA JUGA: Silsilah Keluarga Kerajaan Inggris Beserta Pewarisnya, Lengkap!

Peninggalan 

kerajaan kalingga
Museum Nusantara

Kalingga memiliki banyak peninggalan di wilayah dataran tinggi Dieng dan beberapa wilayah Jawa Tengah seperti Jepara dan Gunung Muria. Sejumlah sejarawan juga percaya bahwa Pekalongan adalah salah satu pusat perdagangannya karena dahulu memiliki pelabuhan yang strategis untuk aktivitas ekspor impor. Ini menurut catatan Cheng Ho asal Dinasti Ming seperti dilansir Tempo. Peninggalan lainnya berupa prasasti yang dipercaya sebagai awal pendirian Kalingga juga ditemukan di Gunung Wukir menurut tulisan van der Meulen. 

Berikut beberapa daftar peninggalan Kalingga: 

  • Prasasti Tuk Mas di lereng Gunung Merapi 
  • Prasasti Sojomerto 
  • Candi Bubrah di Desa Tempur, Jepara 
  • Candi Angin di Kecamatan Keling, Jepara 
  • Berbagai arca dan tempat persembahan di Puncak Songolikur, Gunung Muria

Pelajaran yang bisa dipetik 

kerajaan kalingga
What an Amazing World

Kerajaan Kalingga memang tidak bertahan lama, tetapi peninggalannya masih ada hingga kini lewat Keraton Yogyakarta, prasasti serta situs candi yang berada di beberapa wilayah di Jawa Tengah. Kerajaan ini juga bisa dibilang minim permusuhan internal. Tidak seperti kebanyakan kerajaan nusantara lainnya yang runtuh karena konflik di antara para pewaris tahtanya. 

Kalingga juga memberikan kesempatan untuk pemimpin perempuan seperti Ratu Shima. Hal yang cukup langka di era Jawa Kuno. Ditambah dengan kemampuan mereka untuk menjalin hubungan diplomatik dan dagang secara internasional. Bahkan tidak hanya menunggu, mereka cukup aktif mendatangi negara-negara tetangga untuk menjalin kerja sama. Ini menunjukkan bahwa Kalingga adalah kerajaan yang progresif, melampaui masanya. 

Beragam fakta Kalingga di atas bisa jadi wawasan baru buat Sedulur. Ternyata di masa lalu, meski akses tak semudah sekarang, para tokoh nusantara tak hilang akal untuk menjalankan berbagai bisnis. Tentunya tantangan di masa kini berbeda. 

Mau belanja bulanan nggak pakai ribet? Aplikasi Super solusinya! Mulai dari sembako hingga kebutuhan rumah tangga tersedia lengkap. Selain harganya murah, Sedulur juga bisa merasakan kemudahan belanja lewat handphone. Nggak perlu keluar rumah, belanjaan pun langsung diantar. Yuk, unduh aplikasinya di sini sekarang!

Bagi Sedulur yang punya toko kelontong atau warung, bisa juga lho belanja grosir atau kulakan lewat Aplikasi Super. Harga dijamin lebih murah dan bikin untung makin melimpah. Langsung restok isi tokomu di sini aja!