Sejarah Hari Raya Waisak Beserta Makna dan Tujuannya

Hari Raya Waisak merupakan salah satu hari penting bagi para penganut agama Buddha di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Tahun ini, perayaan Waisak dilaksanakan pada 16 Mei yang lalu. Terdapat makna penting bagi para penganut Buddha dalam hari raya ini.

Nah, dalam kesempatan kali ini, kita akan membahas bersama terkait sejarah, makna dan tujuan dari Hari Raya Waisak ini. Yuk, mari langsung kita mulai pembahasannya di bawah ini!

BACA JUGA: 3 Hari Besar Agama Buddha, Bukan Hanya Waisak. Sudah Tau?

Apa itu Waisak?

hari raya waisak
GenPI

Sebelum membahas lebih dalam tentang Hari Raya Waisak, tentu Sedulur harus tahu terlebih dahulu pengertian dari kata waisak itu sendiri. Berakar pada kata waisakha dari bahasa Sansekerta, hari ini dirayakan untuk peringatan kelahiran, pencerahan dan kematian sanga Buddha, Shiddharta Gautama.

Pada dasarnya, Hari Raya Waisak adalah serangkaian ritual untuk menghargai sosok penting dalam agama Buddha yaitu Shiddarta Gautama. Lantas bagaimana sejarah hari besar ini?

Sejarah Hari Raya Waisak di Indonesia

hari raya waisak
Wahana News Borobudur

Pada awalnya, perayaan Waisak awalnya adalah bentuk perlawanan pada misi penyebaran agama Kristen yang dibawa pasukan kolonial. Awalnya di area tersebut hanya dirayakan Natal sebagai hari libur nasional. Kemudian Buddhist Defence Committee dibentuk untuk melakukan pengajuan ini.

Henry Steel Olcott yang merupakan teosofi Barat yang kemudian menjadi umat Buddha bersama umat dan tokoh Buddhis lain yang memperjuangkan pengakuan hari raya Waisak ini. Perayaan pertama diakui dan dilaksanakan secara nasional pertama kali pada 18 April 1885, sebagai semangat baru pemersatu umat Buddha di seluruh dunia.

Peringatain Waisak di negara lain

hari raya waisak
Kumparan

Hari Raya Waisak adalah hari besar keagamaan umat Buddha yang ada di seluruh dunia. Agama Buddha sendiri menyebar secara masif dari asalnya India di Asia Selatan lalu ke daerah Asia Tenggara dan Asia Timur. Di beberapa negara lain, hari raya ini dirayakan dengan istilah yang berbeda.

Misal di India, Hari Waisak juga dikenal sebagai Visakah Puja atau Buddha Purnima. Di Tibet, Waisak disebut Saga Dawa. Di Malaysia dan Singapura disebut Vesak. Sedangkan di Thailand disebut Visakha Bucha.

Hari Waisak biasanya dilakukan dengan pelayanan khusus dan berbuat kebaikan, seperti membagikan makanan atau sedekah kepada para bhikkhu (biksu) serta pelepasan burung penangkaran.

Peristiwa yang dirayakan

hari raya waisak
Riau Pagi

Hari Raya Waisak merupakan hari besar agama Buddha. Waisak biasanya diperingati saat purnama sidhi atau terang bulan, untuk memperingati tiga peristiwa penting yang berkaitan dengan sejarah hidup Sang Buddha itu sendiri. Tiga peristiwa penting tersebut adalah:

  • Lahirnya Siddharta pada tahun 623 Sebelum Masehi, di taman Lumbini, Nepal pada bulan purnama, di bulan Waisak.
  • Calon Buddha mencapai penerangan sempurna di Bodhgaya, India tahun 588 Sebelum Masehi pada usia 35 tahun, pada bulan purnama, di bulan Waisak.
  • Buddha meninggal dunia pada usia 80 tahun di Kusinagar, India pada bulan purnama, di bulan Waisak, tahun 543 SM.

Perayaan Waisak di Indonesia

hari raya waisak
Ngopi Bareng

Hari Raya Waisak merupakan hari raya agama Buddha. Di Indonesia sendiri, umat Buddha merayakan Waisak di kompleks Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Berdasarkan Keputusan Presiden Indonesia Nomor 3 tahun 1983 tertanggal 19 Januari 1983, hari besar ini merupakan hari libur nasional.

Bagi umat Buddha Indonesia, ritual perayaan yang dilakukan saat hari raya ini adalah sebagai berikut:

  1. Pengambilan air berkat dari mata air (umbul) Jumprit di Kabupaten Temanggung dan penyalaan obor menggunakan sumber api abadi Mrapen, Kabupaten Grobogan.
  2. Ritual “Pindapatta”, suatu ritual pemberian dana makanan kepada para bhikkhu/biksu oleh masyarakat (umat) untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk melakukan kebajikan.
  3. Samadhi pada detik-detik puncak bulan purnama. Penentuan bulan purnama ini adalah berdasarkan perhitungan falak, sehingga puncak purnama dapat terjadi pada siang hari.

Perayaan pun akan dimeriahkan dengan beberapa kegiatan pendukung yang tidak mengurangi rasa khidmat, seperti pradaksina, pawai dan acara kesenian lainnya.

BACA JUGA: Mengenal Perayaan Cap Go Meh dan Fakta Menariknya

Adapun pemaknaan Hari Raya Waisak diperingati oleh umat beragama Buddha di Indonesia dan seluruh dunia terdiri dari bebeberapa makna penting. Berikut ini daftar pemaknaan yang dimaksud, yaitu:

1. Kelahiran Sang Buddha

Head Topics

Pemaknaan pertama jelas sebagai perayaan atas kelahiran Shiddarta Gautama sebagai Sang Buddha yang mencerahkan. Dari tiga peristiwa penting, salah satunya adalah kelahiran Shiddarta pada bulan purnama di antara bulan Mei, April atau awal Juni.

Kelahiran Sang Buddha terjadi pada tahun 623 SM di Taman Lumbini yang terletak di Kapilavastu, perbatasan antara Nepla dan India. Shiddarta lahir dari rahim seorang Ratu bernama Mayadevi. Taman Lumbini diresmikan sebagai salah satu Situs Warisan Dunia oleh UNESCO pada 1997.

2. Sang Buddha mendapat penerangan sempurna

Wahana News Borobudur

Pemaknaan kedua terkait peristiwa Shiddarta mencapai penerangan sempurna di Bodhgaya, India tahun 588 Sebelum Masehi pada usia 35 tahun, pada bulan purnama, di bulan Waisak. Penerangan sempurna ini didapatkan dari serangkaian proses yang meditatif.

Setelah melakukan pertapaan di Pohon Bodhgaya, yang terletak di sebuah kota kecil di India. Kota tersebut bernama Bihar.

3. Memperingati kematian Sang Buddha

Sisternet

Pemaknaan selanjutnya sebagai peringatan atas kematian Sang Buddha, pada usia 80 tahun yang terjadi pada tahun 543 SM. Sang Buddha wafat di Kusinara, yang kini disebut sebagai Kushinagar, sebuah kota di negara bagian Uttar Pradesh, India.

Di kota Kushinagar ini terdapat pusat ziarah Buddhis internasional yang selalu ramai dikunjungi, baik untuk keperluan ziarah maupun wisata.

4. Pemaknaan tentang berbuat Kebajikan

HUKUM Hukum

Di Indonesia sendiri, sebagaimana Sedulur dapat lihat dari ritual pelaksanaannya, terdapat ritual ‘Pindaptta’, yang merupakan ritual pemaknaan tentang berbuat kebajikan. Ritual ini juga merupakan pemaknaan yang banyak dinantikan oleh umat Buddha di Indonesia.

Ritual ini dianggap sebagai kesempatan bagi umat Buddha atau masyarakat umum untuk berbuat kebajikan. Mereka bisa memberi dana atau makanan kepada para biksu atau biksuni saat perayaan Trisuci Waisak.

5. Menyucikan diri dan menyempurnakan ibadah

Deposit Photos

Pemaknaan terakhir sebagai sebuah usaha untuk menyucikan diri dan menyempurnakan ibadah. Hal ini dilakukan dengan ritual ’Pradaksina’. Ritual yang berjalan mengelilingi tempat suci. Ritual ini dilakukan di dua tempat, Candi Borobudur dan Candi Mendut yang sama-sama berlokasi di Kabupaten Magelang.

Pradaksina berasal dari kata “daksina” yang bermakna dari timur. Ritual Pradaksina dilakukan mulai dari timur lalu bergerak ke selatan, mengikuti arah perputaran matahari. Sementara posisi candi harus di sisi kanan umat Budhha.

Para biksu biasanya melakukan Pradaksina tujuh kali, sambil membawa air berkah. Pradaksina menyimpan makna tentang penyucian diri dan penyempurnaan ibadah. Umat Budhha melakukannya sambil membaca doa dengan khusyuk.

BACA JUGA: Sejarah Candi Borobudur Beserta Fungsi dan Fakta Uniknya

Selain hari raya besar ini, terdapat hari raya yang juga dirayakan oleh umat Buddha. Hari raya tersebut adalah sebagai berikut:

  • Hari Raya Magha: Magha atau Magha Puja merupakan hari raya dalam bentuk upacara keagamaan. Dinamakan upacara Magha karena terjadi pada bulan Magha. Upacara peringatan tersebut biasanya dirayakan pada bulan purnama di bulan Februari sampai Maret.
  • Hari Raya Asadha: Asadha atau Asadha Puja merupakan hari raya yang oleh penganut Buddha aliran Theravada. Hari besar agama Buddha beserta tanggalnya yang satu ini berlangsung pada bulan Juli, dalam momentum hari bulan purnama ke 8 dalam penanggalan lunar. Hari raya ini diperingati untuk peristiwa penting saat sang Buddha Gautama menyampaikan khotbah pertamanya sebagai “dia yang tercerahkan”.

Nah itulah sejarah Hari Raya Waisak berserta dengan makna dan tujuan pelaksanaannya. Semoga penjelasan di atas menambah wawasan Sedulur, terutama terkait pemahaman agama. Agar toleransi umat beragama di Indonesia lebih harmonis dan memberikan keindahan.

Mau belanja bulanan nggak pakai ribet? Aplikasi Super solusinya! Mulai dari sembako hingga kebutuhan rumah tangga tersedia lengkap. Selain harganya murah, Sedulur juga bisa merasakan kemudahan belanja lewat handphone. Nggak perlu keluar rumah, belanjaan pun langsung diantar.

Bagi Sedulur yang punya toko kelontong atau warung, bisa juga lho belanja grosir atau kulakan lewat Aplikasi Super. Harga dijamin lebih murah dan bikin untung makin melimpah.