Salah satu hari besar keagamaan di Indonesia yang tak kalah meriah dari lainnya adalah perayaan Cap Go Meh. Di Indonesia, tradisi etnik Tionghoa ini bisa ditemukan dengan mudah di berbagai daerah, salah satunya adalah Kota Singkawang, Kalimantan Barat. 

Biasanya, masyarakat yang merayakannya akan pergi menuju kuil untuk memanjatkan doa terlebih dahulu. Kemudian, perayaan berlanjut dengan berkumpul dan makan bersama anggota keluarga. Tak lupa, anggota yang lebih muda akan mendapatkan bingkisan amplop merah berisi uang atau angpau sebagai bentuk dari tradisi.

Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai perayaan Cap Go Meh beserta fakta menarik lainnya, simak berikut ini.

BACA JUGA: 3 Perayaan Hari Besar Agama Khonghucu, Bukan Hanya Imlek

-->

1. Apakah yang dimaksud dengan perayaan Cap Go Meh?

cap go meh
unsplash

Tradisi etnik masyarakat Tionghoa ini diadakan pada bulan purnama di bulan pertama. Menurut kalender Tionghoa, tradisi ini dirayakan pada hari ke 15 setelah tahun baru Lunar. Arti dari namanya sendiri adalah “Cap Go” yang berarti lima belas. Sedangkan “Meh” artinya adalah malam. Jika digabungkan, artinya adalah malam kelima belas, yang merupakan hari terakhir dari rangkaian masa perayaan Imlek. 

Perayaan Imlek sendiri dibagi menjadi dua bagian, yaitu Imlek, dan Festival Lampion. Perayaan tersebut sudah menjadi tradisi turun temurun masyarakat Tionghoa dan sangat identik dengan barongsai, tetabuhan, naga, dan petasan yang diyakini bisa mengusir roh jahat dan hawa buruk lainnya. Perayaan yang disebut dengan Festival Lampion ini dilakukan untuk menyambut tibanya musim semi. Seluruh warga Tionghoa akan melakukan sembahyang di depan pintu rumah pada tengah malam, tepatnya pukul 2, sebagai ungkapan terima kasih pada Tuhan.

Setelah berdoa, kemudian dilanjut dengan jamuan makan yang ditujukan untuk para leluhur. Kemudian, masyarakat Tionghoa akan melakukan upacara buang sial atau ciswak di klenteng. Makanan Cap Go Meh yang menjadi ciri khas perayaan ini di antaranya adalah kue keranjang, onde-onde, dan lontong Cah Go Meh. Ketiga menu tersebut akan memenuhi meja masyarakat yang merayakannya. 

Makan kue keranjang termasuk salah satu tradisi yang harus dilakukan. Masyarakat mempercayai bahwa orang zaman dulu percaya bahwa anak yang tidak mau makan kue keranjang, matanya akan melotot. Sampai saat ini, kepercayaan itu masih banyak diyakini dan berkembang di masyarakat. Tak heran, masyarakat masih membawa sesajen yang bertujuan untuk menghormati kepercayaan para leluhur. 

2. Tanda berakhirnya tahun baru Imlek

cap go meh
pixabay

Cap Go Meh adalah perayaan sekaligus tanda berakhirnya tahun baru Imlek. Sebelum berakhir, ada pula perayaan lain yang tentunya memiliki makna yang berbeda. Pada hari pertama, saudara tertua akan menjadi tuan rumah dan mengundang keluarga untuk mengunjungi dan bersilaturahmi satu sama lain. Hal ini tidak jauh berbeda dengan umat nasrani yang merayakan Natal dan umat muslim yang merayakan Idul Fitri. Mereka akan membagikan angpau dan mengucapkan selamat tahun baru beserta doa.

Pada hari kelima, ada yang namanya Festival Po Wu yang diyakini sebagai hari kelahiran Dewa Keberuntungan. Masyarakat Tionghoa akan mengadakan jamuan yang meriah dan besar pada hari tersebut. Tujuannya adalah untuk mengusir roh jahat dari rumahnya. Tak hanya itu saja, jamuan yang meriah juga bertujuan untuk menyambut sang dewa.

Pada hari kesembilan, terdapat perayaan ulang tahun Kaisar Giok atau Yu Hang Dadi. Festival ini merupakan kepercayaan masyarakat etnis Tionghoa dan penganut Taoisme. Kaisar Giok dipercaya sebagai penguasa surga. 

Kemudian, pada hari penutupan perayaan tahun baru Imlek yaitu hari kelima belas, merupakan perayaan yang disebut juga hari Valentine masyarakat Tionghoa. Hari terakhir itu menjadi momen yang tepat bagi pria dan wanita yang masih lajang untuk mencari pendamping. 

3. Bagaimana penyebutan Cap Go Meh di Tiongkok?

cap go meh
unsplash

Setelah mengetahui jawaban Cap Go Meh tanggal berapa, selanjutnya adalah penyebutan perayaan ini versi Tiongkok. Penyebutan perayaan tersebut merupakan serapan dari bahasa Hokkian, yang berarti malam kelima belas. Penyebutan ini merujuk pada penyelenggaraan acara yang memang jatuh pada tanggal 15 kalender China.

Berbeda dengan Indonesia, perayaan festival ini di China adalah Yuan Xiao atau Shang Yuan. Selain itu, banyak pula yang menyebut festival ini dengan Lantern Festival atau Festival Lampion dan Chinese Valentine’s Day atau Hari Kasih Sayang versi China. 

BACA JUGA: 3 Hari Besar Agama Buddha, Bukan Hanya Waisak. Sudah Tau?

4. Sejarah Cap Go Meh

pixabay

Awalnya, perayaan ini diperingati guna menghormati adanya Dewa Thai Yi, yang diyakini sebagai Dewa tertinggi di langit pada Dinasti Han (206 SM – 221 M). Acara berlangsung secara tertutup dan hanya dihadiri oleh anggota istana saja, tidak ada masyarakat umum. Namun, ketika pemerintahan Dinasti Han berakhir, perayaan ini lebih dikenal luas oleh masyarakat umum.

Di China, perayaan Cap Go Meh ditandai dengan berkumpulnya semua anggota keluarga yang kemudian menikmati pesta dan perayaan yang besar dengan berbagai hidangan yang istimewa dan mewah. Hidangan yang tersaji wajib mempunyai tiga unsur, yaitu darat, laut, dan udara.

Contohnya adalah daging sapi untuk kategori darat, daging ikan yang ditemui di laut, dan telur puyuh untuk kategori udara. Setelah acara pesta, perayaan akan dilanjutkan dengan kegiatan begadang ramai-ramai dan menggelar Festival Lampion untuk membuat rezeki semakin lancar. 

5. Kota Singkawang merupakan pusat perayaan Cap Go Meh di Indonesia

travelpixelz

Di Indonesia, perayaan tradisi Tionghoa ini memiliki pusat di Singkawang, Kalimantan Barat. Acara ini selalu dimeriahkan oleh barongsai, replika naga, serta lampion. Selain itu, ada pula perayaan Pawai Tatung untuk mengusir roh jahat. Tatung merupakan orang terpilih yang nantinya akan dirasuki oleh roh baik yang menjadi kebal. Perayaan tahun baru Imlek di Singkawang ini sudah diakui oleh UNESCO sebagai tradisi budaya yang harus dilestarikan dan dijaga dengan baik.

BACA JUGA: Ternyata Ini Fakta Unik Dibalik Hari Raya Imlek, Kamu Sudah Tahu?

6. Masyarakat Tionghoa bisa melanggar hal yang paling dianggap tabu

pixabay

Sejauh ini, Sedulur pastinya sudah mengetahui beda Imlek dan Cap Go Meh melalui informasi sebelumnya. Selanjutnya, ada pula fakta menarik dari perayaan ini yaitu masyarakat Tionghoa yang bisa melanggar hal yang paling dianggap tabu yang memberi dampak negatif. Contoh hal yang dianggap tabu tersebut ialah menangis, menjahit, makan bubur, membeli buku, berkata kotor, sampai membeli sepatu.

Ada makna yang terkandung dalam setiap hal tabu tersebut. Contohnya adalah makan bubur yang dianggap sebagai penghalang rezeki dan mendatangkan kemiskinan. Tak hanya itu, membeli buku juga dianggap tabu karena dalam bahasa Mandarin memiliki pelafalan “shu” yang artinya adalah “kalah”.

Demikian informasi serta fakta menarik yang berhubungan dengan perayaan Cap Go Meh di Indonesia. Tak hanya sebagai penentu berakhirnya Imlek, perayaan ini juga memiliki berbagai makna yang mendalam bagi masyarakat Tionghoa yang merayakannya. 

Sedulur yang membutuhkan sembako, bisa membeli di Aplikasi Super lho! Sedulur akan mendapatkan harga yang lebih murah dan kemudahan belanja hanya lewat ponsel. Yuk unduh aplikasinya di sini sekarang.

Sementara Sedulur yang ingin bergabung menjadi Super Agen bisa cek di sini sekarang juga. Banyak keuntungan yang bisa didapatkan, antara lain mendapat penghasilan tambahan dan waktu kerja yang fleksibel! Dengan menjadi Super Agen, Sedulur bisa menjadi reseller sembako yang membantu lingkungan terdekat mendapatkan kebutuhan pokok dengan mudah dan harga yang lebih murah.