Catcalling adalah fenomena yang masih sering kita jumpai sampai saat ini. Tidak hanya membuat resah, namun perlakukan tersebut juga dapat menimbulkan dampak buruk psikologis dari sang korban. Tidak sedikit kasus yang berawal dari catcalling, dan berujung pada depresi.
Oleh sebab itu, walaupun terlihat sepele, namun hal semacam ini tidak boleh dibiarkan begitu saja. Ya, meski tidak secara langsung, namun catcalling bisa menjadi awal dari masalah psikologis korban, terlebih jika terlalu sering dilakukan.
Nah, lalu sebenarnya bentuk catcalling itu seperti apa? Apakah catcalling termasuk pelecehan? Mari kita bahas selengkapnya!
BACA JUGA: 8 Manfaat Permainan Lompat Tali Untuk Fisik & Mental Anak
Apa itu catcalling?
Catcalling merupakan salah satu bentuk pelecehan seksual yang masuk ke dalam jenis street harrastment, yaitu melontarkan kata-kata komentar sensual dengan nada yang menggoda dan biasanya dilakukan di tempat-tempat umum. Sedangkan untuk pelaku dari tindakan ini, biasa disebut sebagai catcaller.
Baik itu catcalling Indonesia maupun di negara-negara lain, tindakan pelecehan ini memang lebih sering dialami oleh kaum wanita. Akan tetapi, tidak menutup pula kemungkinan laki-laki dapat mengalami pelecehan ini.
Berperilaku semacam ini, cenderung akan membuat orang lain (korban) merasa rasah. Atau bahkan bisa juga membuat korban merasa takut, cemas, kehilangan rasa percaya diri, hingga akhirnya depresi. Dampak catcalling ini ternyata berbahaya kan?
Namun sayangnya, masih ada banyak orang yang memaklumi dan menganggap jika catcalling adalah sebuah candaan atau lelucon saja. Ya, mungkin saja mereka tidak pernah berada di posisi korban, sehingga menganggap jika catcalling itu merupakan hal yang biasa saja.
Bentuk-bentuk catcalling
Dalam melakukan tindakan catcalling, biasanya para catcaller akan berbicara dengan nada yang ramah dengan gestur yang terlihat seperti menggoda. Catcaller dapat melakukan aksinya, baik itu seorang diri maupun berkelompok seperti saat sedang bersama teman-temannya.
Nah, bagi Sedulur yang merasa masih bingung, bentuk dan contoh catcalling adalah sebagai berikut ini:
- Dengan melontarkan kalimat layaknya pujian, misalnya “Selamat pagi, Cantik”, “Wangi banget sih, mau pergi ke mana?”, “Kamu cocok deh pake baju warna terang”, dan “Wah, rapi banget hari ini, mau aku antar?”.
- Dengan melontarkan kalimat-kalimat yang sensual, contohnya “Bagus banget sih badannya, nengok dong”, “Tambah besar aja hari ini”, dan “Eh itu apa yang menonjol, ups”.
- Dengan memberikan gestur yang terkesan vulgar, misalnya seperti bersiul, berkedip, memberikan tatapan yang penuh dengan nafsu, menjulurkan lidah, menggigit bibir bawah, melambaikan tangan, hingga mengeluarkan suara seperti sedang ciuman.
- Menghalang-halangi jalan korban atau menguntit hingga di tujuannya.
- Melakukan hal-hal yang terkesan menyindir, seperti batuk, menghembuskan angin hingga terdengar suara, dan juga berdeham.
BACA JUGA: 7 Ciri Mental Breakdown, Gangguan Kecemasan & Tips Mengatasinya
Penyebab catcalling
Sebuah penelitian yang pernah dilakukan, telah menyatakan jika tidak sedikit catcaller yang menganggap jika panggilan-panggilan tersebut hanyalah sebuah keisengan atau lelucon saja. Tidak sedikit dari mereka yang merasa tidak bersalah setelah melakukannya.
Mereka mengaku, jika tindakan tersebut dilakukan secara spontan dengan tujuan hanya ingin menyanjung tanpa adanya niat untuk merendahkan maupun menyakiti korban.
Selain itu, banyak pula catcaller lainnya yang melakukan catcalling dengan tujuan untuk menunjukkan ketertarikannya kepada korban. Tentu saja, mereka juga mengharapkan respons dari korban, seperti membalasnya dengan memberikan senyuman ataupun merasa tersanjung.
Ya, hal tersebut dilakukan karena mereka merasa bingung langkah apa yang harus diambil untuk menarik perhatian korban. Akan tetapi, tidak sedikit pula catcaller yang justru menginginkan respons negatif dari korban, misalnya seperti takut, terkejut, dan juga marah.
Tidak hanya itu, dalam penelitian juga dijelaskan jika sebagian kecil dari catcaller melakukan catcalling atas dasar kebencian terhadap kaum wanita secara berlebihan (misoginis) atau adanya sikap menolak feminisme.
Cara menyikapi catcalling
Catcalling dapat membuat para korbannya merasa tidak nyaman, sedih, malu, marah, takut, bahkan rendah diri. Hal ini terjadi karena merasa jika penampilannya telah ‘mengundang’ komentar dari orang lain.
Tidak jarang, korban catcalling juga merasa trauma sehingga kerap merasakan berbagai gejala-gejala seperti mati rasa, mual, sampai kesulitan untuk bernapas, terutama pada saat mengingat perlakuan atau ucapan pelaku.
Bahkan pada beberapa korban, jika perlakuan tersebut dibiarkan terus-menerus tanpa ada tindakan, maka kondisinya dapat berkembang menjadi PTSD (post-traumatic stress disorder) atau gangguan stres pasca trauma.
Lantas, bagaimana cara yang paling tepat untuk merespons tindakan catcalling? Nah, di bawah ini adalah beberapa tips yang dapat Sedulur lakukan:
- Katakan dengan tenang namun dengan intonasi yang tegas kepada pelaku, jika tindakan atau sikap mereka tidak bisa diterima.
- Apabila si catcaller mengikuti atau membuntuti langkah Sedulur, usahakan untuk tetap ada di tempat-tempat yang ramai agar Sedulur dapat meminta bantuan orang lain apabila tindakan pelaku dirasa mulai membahayakan.
- Bila perilakunya berulang, maka buatlah laporan catcalling tersebut ke petugas keamanan setempat maupun pihak yang berwenang. Jangan lupa untuk minta perlindungan dari pihak terkait.
- Jangan sendirian dan usahakan untuk selalu menghindari lokasi atau tempat di mana si pelaku sering melakukan tindakan catcalling.
Tidak perlu ragu ataupun malu untuk melaporkan tindakan catcalling yang Sedulur terima. Hal ini karena sudah ada undang-undang catcalling yang berlaku, yakni Pasal 315 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Pasal 8, Pasal 9, Pasal 34, Pasal 35 UU Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi.
BACA JUGA: Kenali Isu Kesehatan Mental, Jenis dan Cara Menjaganya
Memang tidaklah mudah menghindari apalagi mencegah tindakan catcalling. Akan tetapi, membiarkan tindakan tersebut dan tidak mengambil langkah tertentu, justru akan membuat para catcaller semakin menjadi-jadi. Catcalling adalah tindakan yang tidak bisa dibiarkan begitu saja.
Apabila Sedulur masih mempunyai pertanyaan terkait fenomena catcalling atau justru sudah merasakan dampak psikologis, maka jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter atau psikolog guna mendapatkan solusi dan penanganan yang paling tepat.
Sedulur yang membutuhkan sembako, bisa membeli di Aplikasi Super lho! Sedulur akan mendapatkan harga yang lebih murah dan kemudahan belanja hanya lewat ponsel. Yuk unduh aplikasinya di sini sekarang.