Zaman Neolitikum: Pengertian, Ciri-Ciri, dan Peninggalannya

Zaman Neolitikum adalah periode masa prasejarah saat manusia masih menggunakan berbagai macam peralatan yang terbuat dari batu. Para ahli sejarah juga sering menyebut zaman ini dengan istilah Zaman Batu Muda.

Pada era Neolitikum, peradaban manusia mengalami perkembangan yang sangat besar. Mereka sudah bisa berburu, bercocok tanam dan menghasilkan persedian makanan sendiri. Dimana sebelumnya manusia prasejarah hanya meramu atau mencari makanan saja.

Bagi Sedulur yang ingin mengetahui lebih dalam tentang kebudayaan neolitikum beserta dengan peninggalannya. Mari simak ulasan berikut ini!

BACA JUGA: Seni Kriya: Pengertian, Sejarah, Fungsi, Jenis & Contohnya

Mengenal era Neolitikum

Neolitikum
Science Photo Library

Zaman Neolitikum merupakan salah satu era yang menjadi awal mula terciptanya kehidupan manusia modern seperti sekarang ini. Pada zaman itu, kebudayaan manusia yang awalnya hanya meramu dan berburu mulai memasuki era dimana mereka sudah bisa bercocok tanam sendiri dan mengembangkan berbagai macam sumber daya alam.

Menurut Dwi Ari Listiyani dalam buku Sejarah 1: Untuk SMA/MA Kelas X (2009), zaman Neolitikum adalah fase atau tingkat kebudayaan pada masa prasejarah dengan ciri budaya masyarakatnya yang menggunakan peralatan batu asah, bertani secara tetap, beternak dan membuat tembikar sendiri.

Era Neolitik sendiri diperkirakan terjadi pada milenium ke-10 sebelum masehi. Kebudayaan ini terus berkembang hingga akhirnya manusia prasejarah benar-benar hidup menetap pada tahun 8.000 SM.

Perkembangan manusia pada zaman itu tak lepas dari berakhirnya era musim es. Mencairnya sebagian besar es di seluruh dunia membuat dataran menjadi lebih subur sehingga sangat cocok untuk dijadikan media bercocok tanam.

Tak hanya itu, potensi mengembangkan dan memproduksi makanan sendiri juga terus dilakukan dengan cara beternak. Masyarakat zaman Neolitik juga terus menciptakan berbagai macam peralatan dari batu yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.

Pada zaman ini juga manusia mulai menetap dan membangun rumahnya secara sederhana. Manusia di zaman neolitikum juga bisa membuat perhiasan dan kerajinan yang dibuat dari akar kayu, pecahan batu, sampai kulit hewan.

Ciri zaman neolitik

Neolitikum
All That’s Interesting

Sebagai zaman peradaban baru, era neolitik atau batu muda memiliki beberapa ciri khusus. Hal ini terlihat dari budaya dan kebiasaan yang tercipta dari masyarakat pada zaman tersebut.

Berikut ini ciri-ciri Neolitikum yang bisa Sedulur ketahui.

  • Ada banyak alat batu yang sudah diasah dan dihias.
  • Terdapat rumah sederhana manusia prasejarah. Rumah-rumah ini menjadi tempat tinggal permanen dan menunjukkan budaya menetap pada satu tempat.
  • Pola mencari makanan sudah bukan lagi meramu atau food gathering tapi berubah menjadi food producing.
  • Manusia pendukung zaman Neolitikum mulai menerapkan konsep bercocok tanam dan beternak.
  • Berkembangnya kebudayaan kapak lonjong dan persegi
  • Sisi religiusitas masyarakat Neolitikum sudah mengenal kepercayaan tertentu

Melihat ciri di atas, mungkin Sedulur mulai memahami bahwa pemikiran manusia pada era Batu Muda sudah cukup maju dan pintar.

Berdasakan catatan sejarah, pada era tersebut mayoritas manusia yang hidup adalah kelompok manusia purba berjenis Homo Sapiens. Namun muncul juga manusia pendukung kebudayaan Neolitikum lainnya seperti Proto Melayu yang ada sekitar tahun 2.000 SM. Beberapa contoh manusia pendukung ini adalah Suku NIas, Toraja, Dayak, dan Sasak.

BACA JUGA: Teori Asal Usul Nenek Moyang Bangsa Indonesia, Terlengkap

Budaya yang berkembang

Perkembangan budaya era Batu Muda cukup besar dan pesat. Hal ini tidak lepas dari berubahnya konsep kehidupan dari masyarakat purba saat itu.

Namun, bila dilihat dari budaya yang sudah tercipta dan dibangun. Ada 2 kebudayaan besar yang berkembang dan jadi cikal bakal masyarakat modern sekarang ini. Pertama adalah Kebudayaan Kapak Persegi dan Kebudayaan Kapak Lonjong.

Era kapak lonjong

Kapak Lonjong
British Museum

Kebudayaan Neolitikum yang pertama adalah budaya kapak lonjong. Kebudayaan ini tidak lepas dari banyaknya manusia purba yang memanfaatkan kapak ini sebagai alat utama untuk bertahan hidup.

Kapak lonjong sendiri adalah kapak yang penampangnya berbentuk lonjong seperti telur. Pada ujung kapak yang berbentuk lancip digunakan sebagai poros tangkai yang lantas diikat secara menyiku. Material kapak lonjong sendiri terbuat dari batu kali berwarna hitam yang dipahat dan dihaluskan.

Pada perkembangannya, ada dua jenis kapak lonjong yang digunakan oleh manusia zaman Neolitikum. Pertama ada kapak lonjong besar yang dikenal sebagai walzenbeil. Kapak jenis ini pertama kali ditemukan di wilayah Irian Jaya.

Sementara itu, jenis kapak yang kedua adalah kapak kecil yang diberi nama keinbeil. Di Indonesia, kebudayaan Neolitikum semacam ini banyak dijumpai di wilayah Kepulauan Tanimbar dan Seram,

Kebudayaan kapak lonjong juga bisa dijumpai di negara Asia lainnya seperti Burma, Cina, dan Jepang.

Era kapak persegi

Kapak persegi
Australian Museum

Budaya zaman Batu Muda selanjutnya adalah kapak persegi. Kapak persegi merupakan kapak memanjang dengan penampang lintangnya berbentuk persegi panjang atau trapesium. Manusia purba pada zaman dahulu banyak memanfaatkan bayu api atau kalsedon sebagai bahan membuatnya.

Kapak batu sendiri pertama kali ditemukan oleh salah satu peniliti sejarah asal Belanda, Van Heine Geldern. Beberapa kapak yang ditemukan berada di wilayah Asia, terutama Indonesia seperti di Sumatra, Jawa dan Bali.

Dari catatan temuan ini, Van Heiren berteori bahwa perkembangan manusia Neolitik terjadi melalui jalur barat yaitu dari Asia (Yunani, Cina Selatan) ke Asia Tenggara, Semenanjung Malaka, Sumatra sampai Maluku.

Pengembangan kapak persegi sendiri merupakan evolusi dari kapak lonjong. Senjata ini tidak banyak digunakan sebagai alat bertani atau berburu karena lebih banyak dipakai sebagai hiasan dan identitas diri.

Salah satu alasannya tidak lepas dari hiasan kapak persegi yang banyak dikombinasikan dengan batu-batu berwarna indah. Kapak ini juga memiliki beberapa variasi seperti kapak bahu, kapak tangga, kapak atas dan kapak bilah.

BACA JUGA: Homo Sapiens: Pengertian, Persebaran, Ciri Ciri & Penemuan

Peninggalan Neolitikum

Berdasarkan teori budaya zaman Batu Muda di atas, banyak penemuan zaman prasejarah yang akhirnya memiliki hubungan dengan Neolitikum. Setidaknya pada zaman tersebut, manusia purba sudah bisa menciptakan alat makan, perhiasan, hingga pakainnya sendiri.

Berikut ini beberapa peninggalan zaman Neolitikum yang sudah berhasil ditemukan dan diidentifikasi oleh para ahli.

Perhiasan

Neolitikum
Catawiki

Peninggalan pertama yang berhubungan erat dengan era Batu Muda adalah harta karunnya. Harta ini berbentuk perhiasan yang terbuat dari berbagai macam batu mulia.

Salah satu perhiasan zaman Neolitikum yang cukup banyak ditemukan adalah gelang, manik-manik dan anting yang terbuat dari batu permata atau batuan berwarna indah seperti agat, kalsedon, dan jaspis.

Di Indonesia, contoh peninggalan Neolitikum ini banyak ditemukan di wilayah Tasikmalaya, Cirebon, dan Bandung.

Pakaian

Manusia Neolitikum
Kidadl

Peninggalan selanjutnya adalah pakaian. Masyarakat Neolitikum diperkirakan sudah memiliki budaya menggunakan baju sebagai kebutuhan utamanya. Baju-baju tersebut terbuat dari kulit hewan yang juga merupakan hasil buruan di hutan.

Teori ini sendiri cukup kuat karena ditemukannya alat pemukul kulit kayu purba di wilayah Kalimantan sampai Sulawesi Selatan.

Gerabah

Peninggalan Zaman batu muda
Antiques Boutique

Gerabah atau tembikar juga menjadi salah satu peninggalan utama dari era Neolitikum. Meskipun peninggalan ini hanya menyisakan pecahan-pecahan kecil, namun sudah cukup membuktikan adanya perkembangan kehidupan pesat pada era tersebut.

Peninggalan gerabah zaman neolitikum ini banyak dijumpai di wilayah bukit kerang Sumatera. Temuan ini juga banyak didapatkan di pesisir selatan Pulau Jawa seperti Yogyakarta dan Pacitan.

Alat serpih

Neolitikum
The Washington Post

Terakhir adalah alat serpih. Peningggalan zaman Neolitikum ini berbentuk pecahan kecil batu yang sengaja dibentuk seperti segitiga, trapesium dan setengah lingkaran.

Berdasarkan penelitian, alat pecahan batu ini banyak digunakan sebagai alat bantu berburu dan beternak. Selain itu, alat serpih juga dipakai sebagai ujung tombak atau ujung panah.

Demikian tadi ulasan lengkap tentang peradaban zaman Neolitikum. Era manusia purba yang terjadi pada medio 8.000 sebelum masehi itu menunjukkan bahwa manusia mengalami perkembangan pesat dengan memanfaatkan batu asah.

Konon, era ini juga menjadi titik mula perkembangan manusia modern seperti sekarang ini. Apakah Sedulur setuju dengan teori tersebut?

Mau belanja bulanan nggak pakai ribet? Aplikasi Super solusinya! Mulai dari sembako hingga kebutuhan rumah tangga tersedia lengkap. Selain harganya murah, Sedulur juga bisa merasakan kemudahan belanja lewat handphone. Nggak perlu keluar rumah, belanjaan pun langsung diantar. Yuk, unduh aplikasinya di sini sekarang!
 
Bagi Sedulur yang punya toko kelontong atau warung, bisa juga lho belanja grosir atau kulakan lewat Aplikasi Super. Harga dijamin lebih murah dan bikin untung makin melimpah. Langsung restok isi tokomu di sini aja!