Proses siar Islam di Pulau Jawa tak lepas dari peran wali songo. Mereka melakukan beragam cara agar Islam dapat diterima baik di masyarakat Jawa. Ada beberapa wali yang memanfaatkan tradisi masyarakat untuk mendukung kegiatan menyiarkan agama Islam. Seperti Sunan Kalijaga dengan menggunakan wayang dan Sunan Bonang menggunakan gamelan.
Sunan Bonang berdakwah dengan cara memainkan gamelan, sehingga Islam bisa diterima baik di masyarakat secara umum. Sunan Bonang mempunyai nama lain yaitu Raden Maulana Makdum Ibrahim dan termasuk sebagai penyebar agama Islam di tanah Jawa tepatnya pada abad ke-14 Masehi. Agar makin memahami siapa keturunan Sunan Bonang dan apa saja karya Sunan Bonang, berikut ulasan lengkapnya.
BACA JUGA: Kisah dan Sejarah Sunan Ampel: Ajaran Moh Limo
Sejarah Sunan Bonang
Raden Maulana Makdum Ibrahim atau akrab dikenal sebagai Sunan Bonang merupakan salah satu wali songo yang punya peran menyiarkan agama Islam di Jawa. Raden Makdum Ibrahim lahir tepatnya tahun 1465 M di Surabaya. Ayah Sunan Bonang adalah Sunan Ampel yang juga seorang wali dan ibunya yaitu Nyai Ageng Manila.
Hidupnya banyak dihabiskan di pondok pesantren bernama Pesantren Ampel Denta yang mana pesantren ini dipimpin oleh ayahnya, Sunan Ampel. Ketika di pesantren, ia diajarkan tentang Islam dan sang ayah yaitu Sunan Ampel mempersiapkan sang anak untuk meneruskan tugasnya menyiarkan agama Islam.
Saat mulai dewasa, Sunan Bonang kemudian pergi ke Pasai yang berada di Aceh. Di tanah rencong tersebut, Raden Makdum Ibrahim berguru dengan Syekh Maulana Ishak di mana ia merupakan ayah dari Sunan Giri.
Raden Makdum Ibrahim tak hanya belajar banyak dari Syekh Maulana Ishak dan sang ayah Sunan Ampel. Sebab, ia juga belajar ilmu agama Islam dari beberapa ulama lain sehingga keilmuaannya sangat bagus. Ia mampu mengusai fikih, usuludin, tasawuf, seni, sastra, arsitektur, hingga bela diri.
Keterampilan silat Sunan Bonang ini ternyata sangat berguna tatkala ia melawan Raden Said. Raden Said musuh Raden Makdum Ibrahim pernah terjadi dan tercatat dalam sejarah. Sampai akhirnya, Raden Said atau Sunan Kalijaga tobat dan ikut melakukan dakwah agama Islam di Pulau Jawa.
Alasan diberi nama “bonang”
Raden Makdum Ibrahim tidak menyangka bahwa akhirnya ia diberikan nama bonang. Sebenarnya ada dua versi mengapa Raden Makdum Ibrahim diberikan nama ini. Versi pertama, nama ini diambil dari salah satu nama gamelan Jawa yaitu bonang karena Raden Makdum Ibrahim merupakan penemu salah satu perangkat gamelan tersebut.
Kemudian, versi lainnya saat sedang berdakwah dan menjadi imam suatu Masjid di Demak, Sunan Bonang tinggal di Desa Bonang. Tinggal di Desa Bonang membuat Raden Makdum Ibrahim mendapat julukan baru yaitu Sunan Bonang. Itulah beberapa versi yang menyebabkan Raden Makdum Ibrahim mendapat nama tersebut.
BACA JUGA: Kerajaan Demak: Sejarah, Masa Kejayaan & Masa Keruntuhan
Cara dakwah
Raden Makdum Ibrahim punya cara sendiri dalam menyiarkan agama Islam ke masyarakat Jawa. Sunan Bonang berdakwah dengan cara media seni dan budaya. Ia memakai perangkat gamelan bernama bonang demi mendapatkan simpati dari masyarakat. Raden Makdum Ibrahim memainkan gamelan berjenis bonang ini kepada masyarakat. Sehingga, membuat penduduk sekitar menjadi penasaran dan tertarik memperhatikan cara bermainnya.
Raden Makdum Ibrahim pun terkenal dapat memainkan wayang layaknya Sunan Kalijaga. Ia menampilkan wayang setiap dakwah dan kerap menambahkan ricikan, misalnya ricikan kuda, gajah, harimau, kereta perang guna memperkaya pertunjukan.
Kemudian dalam bidang sastra, Raden Makdum Ibrahim pernah mengarang “Suluk Wujil”. Isi dalam “Suluk Wujil” adalah sebuah karya sastra terbesar yang pernah dimiliki Nusantara. Sebab, isinya menyangkut tentang menafsirkan kehidupan beragama. “Suluk Wujil” merupakan karya Sunan Bonang. Hanya saja, naskah asli ini sekarang berada di perpustakaan Universitas Leiden, Belanda. Dalam sejarahnya, Raden Maulana Makdum Ibrahim sangat fokus untuk menjalani peran sebagai ulama dan seniman.
Ajaran Sunan Bonang
Raden Makdum Ibrahim mampu memadukan ajaran ahlusunah bergaya tasawuf dan garis salaf ortodoks. Ia mampu menguasai ilmu fikih, usuludin, tasawuf, seni, sastra, dan arsitektur. Ajaran Sunan Bonang berisikan tentang filsafat cinta isyq. Sehingga, bisa dibilang ajaran ala Raden Makdum Ibrahim mirip dengan Jalaluddin Rumi. Menurutnya, cinta sama dengan iman, termasuk pengetahuan intuitif (makrifat) dan kepatuhan kepada Allah SWT.
Dalam kegiatan ini, Raden Makdum Ibrahim saling bahu-membahu dalam mengajarkan agama Islam kepada masyarakat Jawa bersama muridnya yaitu Sunan Kalijaga. Kelak Sunan Kalijaga ini merupakan salah satu wali songo yang menyiarkan agama Islam menggunakan wayang.
BACA JUGA: Kenali Alat Musik Bonang: Jenis, Fungsi & Cara Memainkannya
Istrinya
Di antara Sedulur mungkin penasaran, siapa istri Raden Maulana Makdum Ibrahim? Istri Sunan Bonang yaitu Dewi Hirah, putri dari Raden Jakandar. Dari pernikahan dengan Dewi Hirah, Raden Maulana Makdum Ibrahim atau biasa dikenal Sunan Bonang dikaruniai keturunan, antara lain Dewi Ruhil, Jayeng Katon, dan Jayeng Rono.
Makam Sunan Bonang
Sebagai anggota wali songo, Raden Makdum Ibrahim berdedikasi besar dalam proses dakwah agama Islam di tanah Jawa. Ia pun memiliki beberapa murid yang punya tugas mulia menyiarkan agama Islam di masyarakat Jawa. Di antaranya anggota wali songo seperti Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Drajad, dan Sunan Muria. Ia wafat pada usia 60 tahun tepatnya pada tahun 1525 M.
Petilasannya konon diketahui berada di empat tempat yaitu di wilayah Tuban, Lasem, Bawean, dan Madura. Makam Raden Makdum Ibrahim adalah salah satu makam paling penting di antara wali songo di Jawa Timur, setelah makam dari Sunan Ampel dan Sunan Giri.
Sunan Bonang merupakan salah satu wali songo yang mempunyai peran besan dalam menyiarkan agama Islam. Cara dakwahnya pun akhirnya ditiru juga oleh sang murid Sunan Bonang yaitu Sunan Kalijaga atau Raden Said. Sama seperti gurunya, Sunan Kalijaga menyiarkan agama dengan cara media wayang agar bisa diterima di masyarakat.
Demikian ulasan mengenai sejarah Sunan Bonang, termasuk tempat kelahiran dan ajarannya dalam menyiarkan agama Islam. Tanpa keberadaan wali songo, masyarakat di Jawa mungkin tidak bisa mengenal Islam seutuhnya. Peran mereka sangat berjasa. Tidak hanya dari ajarannya, namun juga cara berdakwahnya patut diteladani. Semoga penjelasan ini mampu menambah wawasan dan pengetahuan Sedulur tentang sejarah Islam.
Mau belanja bulanan nggak pakai ribet? Aplikasi Super solusinya! Mulai dari sembako hingga kebutuhan rumah tangga tersedia lengkap. Selain harganya murah, Sedulur juga bisa merasakan kemudahan belanja lewat handphone. Nggak perlu keluar rumah, belanjaan pun langsung diantar. Yuk, unduh aplikasinya di sini sekarang!
Bagi Sedulur yang punya toko kelontong atau warung, bisa juga lho belanja grosir atau kulakan lewat Aplikasi Super. Harga dijamin lebih murah dan bikin untung makin melimpah. Langsung restok isi tokomu di sini aja!