Menjelang usia 30, banyak kekhawatiran yang mengundang kecemasan. Inilah yang dinamakan fase Quarter Life Crisis.
Apakah usia Sedulur kini adalah 20-30 tahun dan mengalami banyak kekhawatiran di dalam hidup? Terlebih jika kekhawatiran itu datang dari rasa cemas terhadap masa depan yang akan dihadapi. Ketakutan jika diri ini tertinggal, tidak sukses, gagal, merasa tidak berguna, dan lain sebagainya. Jika demikian, mungkin saja Sedulur sedang ada dalam fase quarter life crisis.
Quarter life crisis umur 20 tidak semudah itu untuk dihindari. Pasalnya, permasalahan hidup di usia tersebut sudah mulai terlihat jelas. Tentu saja karena usia manusia pada 20an juga sudah cukup dewasa untuk pada akhirnya memikirkan sesuatu yang menjadi beban di usia tersebut. Namun jangan khawatir, kecemasan ini juga berkaitan dengan proses pendewasaan.
Quarter life crisis pada remaja dapat dipicu oleh banyak hal. Beberapa diantaranya bersifat umum. Artinya, kecemasan itu tidak hanya dialami oleh satu atau dua orang, namun juga pernah atau sedang dialami oleh banyak orang. Sedulur tentu harus tahu bagaimana cara menghadapinya.
Tak hanya quarter life crisis psikologi, quarter life crisis dalam islam juga menawarkan solusinya. Untuk memahami permasalahan ini lebih jauh, langsung saja simak penjelasan berikut ini.
Baca Juga: Afirmasi Positif adalah Cara Mencintai Diri Sendiri, Begini Tipsnya
Apa Itu Quarter Life Crisis?
Menurut Fischer, K (2008) dalam Ramen Noodles, Rent and Resumes: An After-College Guide To Life, quarter life crisis atau dalam Bahasa Indonesia disebut dengan istilah krisis seperempat baya adalah perasaan khawatir yang hadir atas ketidakpastian kehidupan mendatang seputar relasi, karier, dan kehidupan sosial yang terjadi sekitar usia 20-an.
Usia quarter atau seperempat disini diambil dari seperempat abad usia manusia. Meski demikian, krisis ini tidak mutlak terjadi di seperempat usia. Pada umumnya, hal ini muncul di rentang usia 20-30an. Usia tersebut identik dengan timing proses pendewasaan seseorang.
Teori Seputar Quarter Life Crisis
Dr. Oliver Robinson, Pengajar psikologi dari University of Greenwich, mengemukakan bahwa terdapat empat fase yang dialami krisis di usia seperempat abad ini.
- Pertama, adanya perasaan terjebak dalam sebuah situasi seperti dalam hal pekerjaan, hubungan, keuangan.
- Kedua, kecemasan itu akan diiringi dengan harapan akan adanya perubahan dalam hidup.
- Ketiga, akan adanya keinginan untuk kembali membangun hidup baru.
- Keempat, menetapkan komitmen seperti aspirasi, motivasi, dan tujuan dalam hidup.
Fakta Seputar Quarter Life Crisis
1. Tanda Quarter Life Crisis
Beberapa tanda yang bisa Sedulur identifikasi sebagai tanda krisis sudah di depan mata adalah adanya perasaan tidak bahagia menjalani rutinitas. Hal itu beriringan dengan cemas atas masa depan, adanya rasa minder dan tidak puas atas yang kini dimiliki. Selain itu, Sedulur juga bisa merasa kalah dari orang lain dan bimbang dengan rencana jangka panjang.
2. Dampak Quarter Life Crisis
Meski krisis ini bisa jadi dihadapi oleh banyak orang, namun beberapa diantaranya bisa jadi sulit keluar dari situasi ini. Jika demikian, krisis ini tidak akan hanya berhenti di akhir seperempat usia, tapi bisa berlanjut. Dampaknya sendiri akan berbeda tergantung pada setiap karakter orang.
Dampak apabila sulit keluar adalah kecemasan dalam diri yang tidak akan ada habisnya. Bisa jadi keresahan yang dialami di umur pendewasaan masih dirasakan hingga usia paruh baya. Berkaitan dengan proses pendewasaan, jika Sedulur berhasil keluar dari fase ini, maka Sedulur bisa menjalani hidup dengan lebih bijak yang memicu perkembangan pada diri Sedulur.
Baca Juga: 12 Cara Bersyukur pada Tuhan, Bikin Hati Tentram & Bahagia!
3. Pemicu Krisis
Di awal usia 20, secara alami manusia akan dihadapkan pada permasalahan yang biasa dialami orang dewasa. Beberapa pemicu keresahan yang membuat galau remaja di usia ini bisa seputar pekerjaan setelah terlepas dari status pelajar. Dipaksa untuk hidup mandiri juga menjadi sebuah awal baru yang memicu keresahan pada fase ini.
Selain yang berkaitan dengan kemandirian, ada pula aspek lain seperti hubungan dalam keluarga, percintaan, dan persahabatan. Sebagai manusia, permasalahan tidak hanya dihadapi oleh diri sendiri saja, tapi juga orang lain. Di usia ini, manusia dituntut untuk bisa mengerti dengan banyak keadaan yang tak hanya dihadapi diri sendiri, namun juga orang lain.
4. Dilema di Usia 20-30an
Beberapa masalah yang biasa dihadapi di usia 20-30an adalah dilemma dalam menentukan pilihan dalam hidup. Setelah lulus dari status pelajar, Sedulur akan dihadapkan pada banyak pilihan yang menentukan masa depan Sedulur sendiri. Belum lagi ekspektasi dari orang lain juga bisa jadi turut “ikut campur” dalam pengambilan keputusan nanti.
Tak hanya memilih, di usia ini juga sudah selayaknya seseorang menentukan makna hidup agar memiliki tujuan yang jelas dan hidup tidak menjadi hampa. Selain itu, di usia ini Sedulur juga akan kian menyadari realitas sebuah hubungan. Bisa jadi pertemanan semakin mengerucut hingga akhirnya Sedulur menyadari bahwa hubungan manusia sedemikian rupa adanya.
5. Permasalahan Utama Krisis
Beberapa permasalahan utama adalah terkait karir dan keuangan. Terutama bagi generasi milenial, pekerjaan tetap dan stabilitas keuangan masih belum cukup, ada faktor lain seperti rasa bahagia selama melakukan pekerjaan yang menjadi tolok ukur kesuksesan.
Selain karir dan keuangan, tekanan atas ekspektasi orang lain untuk menjadi sama dengan jalan hidup orang lain pada umumnya turut menjadi sumbangsih permasalahan dalam QLC. Hal itu seperti tuntutan untuk menikah di bawah 30 tahun, segera memiliki anak setelah menikah, mendapat pekerjaan seperti orang lain, dan lain sebagainya.
6. Apakah Hidup Membutuhkan Krisis?
Ya, tentu saja. Sebuah krisis menuntun seseorang untuk dihadapkan pada masalah, berpikir untuk memecahkan masalah, lalu berujung pada pemecahan atas masalah itu. Jika demikian, tak ada lagi pilihan selain untuk berkembang. Krisis di usia tertentu bisa menjadi langkah sebagai upaya pencarian jati diri.
Cara Menghadapi Quarter Life Crisis
Untuk menghadapi krisis yang satu ini, pertama Sedulur jangan panik. Hal pertama yang harus Sedulur yakini adalah bahawa semua ini adalah normal dan sewajarnya terjadi. Maka, bersabarlah dengan proses yang akan dilalui selanjutnya. Lakukan semuanya dengan nyaman, tidak perlu merasa tertekan apalagi membandingkan diri dengan orang lain.
Fokuslah pada diri sendiri, buat target untuk diri sendiri tanpa perlu melihat pencapaian orang lain dan menjadikannya sebuah patokan. Sedulur bisa mencari hobi untuk menentukan proses untuk berkembang dengan cara yang membuat hati gembira. Jadilah bermanfaat dan bersyukur atas pencapaian. Terakhir, hiduplah di masa sekarang dan temukan motivasi.
Nah, itulah sederet fakta terkait krisis yang sangat mungkin dialami semasa hidup. Sesungguhnya, setiap masalah hingga krisis akan selalu bisa dihadapi selama Sedulur tidak menyerah atas suatu masalah. Tak hanya itu, krisis juga menuntun pada hal baik berupa perkembangan diri atau pencapaian lainnya. Maka dari itu, terus semangat dan jangan lupa bahagia!
Kebahagiaan memang penting untuk dipikirkan, namun kesehatan fisik juga perlu didukung. Untuk itu, agar Sedulur bisa tetap semangat di tengah krisis, karena memiliki tubuh yang sehat. Sedulur harus mempertahankannya dengan menjaga asupan makan yang bergizi yang menggunakan bahan dengan kualitas terbaik.
Sedulur wajib menyediakan kualitas bahan makanan dengan membelinya di Aplikasi Super, karena Aplikasi Super menyediakan bahan sembako dan kebutuhan sehari-hari dengan harga super murah dan kualitas baik. Sedulur bisa klik di sini bagi yang belum memiliki Aplikasi Super dan langsung melakukan pembelian bahan kebutuhan sehari-hari. Selamat mencoba!