museum de javasche bank

Kalau Sedulur ingin mencoba wisata antimainstream di Surabaya, Museum De Javasche Bank mungkin bisa jadi pilihan menarik. Gedung yang merupakan peninggalan zaman kolonialisme Belanda ini memiliki gaya arsitektur yang unik dengan bangunan yang masih kokoh sampai sekarang.

Bagi Sedulur yang kurang familiar dengan nama Museum De Javasche Bank, mungkin akan lebih mengetahui nama Museum Bank Indonesia Surabaya. Tak hanya memberikan wawasan tentang sejarah keuangan tanah air, museum ini juga memiliki banyak koleksi uang yang beredar di Indonesia sejak tahun 1828.

Nah, bagi Sedulur yang tertarik untuk berkunjung ke Museum De Javasche Bank. Mari simak ulasan tentang museum berikut ini!

BACA JUGA: 6 Warung Nasi Madura di Surabaya Tersedap, Dijamin Nagih!

Awal Mula Museum De Javasche Bank

museum de javasche bank
Unsplash/Salman Rameli

Museum De Javasche Bank bermula dari didirikannya De Javasche Bank pada tahun 1828 oleh kolonialisme Belanda. Bank kolonial yang juga dikenal dengan istiah DJB itu lantas berubah menjadi Bank Indonesia pada 1 Juli 1953 dengan nama pertama Bank Sentral Republik Indonesia.

Bank DJB sendiri sangat erat dengan Sistem Tanam Paksa yang dilakukan oleh kolonialisme Belanda. Dimana hasil dari kerja tanam paksa, semua akan dikelola langsung oleh DJB sebelum dikirim ke Belanda dan sebagian kecil dibagikan kepada petinggi kolonialisme dan masyarakat Hindia Belanda.

DJB sendiri memiliki banyak cabang di berbagai daerah misalnya di Semarang, Padang, Makassar, Cirebon, Solo dan juga Pasuruan. Kota-kota tersebut dipilih karena sebagai titik koordinasi Hindia Belanda di masa lalu.

Setelah Indonesia merdeka, bangunan dari De Javasche Bank pun beralih fungsi. Pada sebagian area tetap dijadikan sebagai kantor Bank Indonesia, namun di sebagiannya lagi dialihfungsikan menjadi museum.

Bangunan gedung DJB juga sangat ikonik dan mencolok. Sedulur bisa melihat secara nyata gaya arsitektur Neo Renaissance yang mengedepankan gaya simetris pada pembentukan bangunannya. Sentuhan ini memang sangat kental dengan gaya Eropa, tapi ada beberapa bentuk gedung yang akhirnya diubah untuk menyesuaikan dengan iklim tropis Indonesia.

Kini bangunan Museum De Javasche Bank sudah dijadikan sebagai salah satu warisan budaya nasional dan dikelola sebagai museum serta cagar budaya untuk menyimpan sejarah perkembangan perekonomian Indonesia.

BACA JUGA: Museum Pendidikan Surabaya: Daya Tarik, Jam Buka, dan HTM

Koleksi Museum De Javasche Bank

Unsplash/Hadis Malekie

Gedung Museum De Javasche Bank dibagi menjadi tiga ruang. Dimana ruangan-ruangan tersebut memiliki berbagai macam koleksi yang sudah dibagi dalam kategori. Misal adalah ruang koleksi mata uang lama, ruangan koleksi konservasi, serta ruangan koleksi harta budaya.

Beberapa benda yang menjadi ciri khas dan koleksi utama dari museum ini diantaranya adalah:

1. Mesin hitung

Di museum ini terdapat sebuah mesin hitung uang logam. Tentunya, mesin hitung koin ini sungguh sangat tidak populer di era sekarang. Namun, dahulu mesin ini menjadi alat hitung utama perbankan agar menghindari kesalahan hitung. 

Cara kerja mesin ini pun cukup unik. Dimana mesin baru bisa bekerja jika uang logam dengan nilai nominal dan ketebalan yang sama dikumpulkan jadi satu. Setelah itu, uang disusun dalam tray yang tersedia pada mesin.

Tray ini akan bergerak mesin dinyalakan dan mulai menghitung uang yang masuk ke dalam mesin. Setelah koin keluar keseluruhan, maka akan ada muncul angka pada layar mesin sebagai keterangan jumlah uang.

2. Uang lama

Sebagai museum keuangan, tentu De Javasche Bank tidak bisa lepas dengan mata uang yang beredar dari masa kolonialisme hingga kemerdekaan tiba. Ada cukup banyak jenis uang yang dikoleksi museum ini.

Beberapa jenis mata uang yang bisa Sedulur temukan adalah Gulden Hindia Belanda, Uang Oktroi, Uang Logam Tembaga Duit,, Uang Jepang – Dai Nippon Teikoku Seihu, Uang NICA, hingga uang ORI.

3. Teller De Javasche Bank

Di Museum De Javasche Bank ini juga mempunyai koleksi teller atau kasir bekas De Javasche Bank Surabaya. Teller ini sendiri terbuat dari kayu berwarna kecokelatan dengan bentuk yang cukup simple.

Sedulur juga bisa menemukan sebuah jaring-jaring dengan celah yang digunakan sebagai pembatas antara teller dengan nasabah saat melakukan transaksi. Suasana bangunan yang dijadikan diorama teller juga sangat klasik dan khas nuansa Hindia Belanda.

Meski sudah berusia puluhan tahun lamanya, Sedulur bisa melihat kondisi setiap barang dan detail teller dengan sangat baik terawat.

4. CCTV brankas emas bank

Siapa sangka, pada zaman dahulu CCTV juga sudah dibuat dan menjadi alat pengamanan bank. Hal ini bisa Sedulur temukan di dalam Museum De Javasche Bank. Namun, jangan bayangkan CCTV yang dimaksud sama dengan CCTV zaman sekarang ya.

CCTV waktu itu adalah sistem lorong kaca yang disusun sedemikian rupa dari ruangan keamanan hingga ruangan brankas. Tujuannya, pengawas atau petugas keamanan bisa melihat secara langsung aktivitas di sekitar brankas dengan mengintip CCTV tersebut.

BACA JUGA: Taman Bungkul Surabaya: Lokasi, Daya Tarik, dan Harga Tiket

Lokasi dan Rute

museum de javasche bank
Unsplash/Salman Rameli

Museum De Javasche Bank sendiri berlokasi di Jalan Garuda No.1, Krembangan Selatan, Kecamatan Krembangan, Surabaya. Lokasinya yang berada di pusat kota memang memudahkan akses untuk menuju ke sana.

Salah satu sarana yang bisa Sedulur gunakan untuk sampai ke Museum De Javasche Bank adalah dengan menggunakan bus Surabaya Sightseeing and City Tour (SSCT) dengan tarif sekitar Rp 10 ribu saja. Namun sebelum menaiki bus SSCT ke sini Sedulur harus memastikan apakah rute ke De Javasche Bank tersedia.

Tapi, kalau Sedulur kesulitan menemukan SSCT, maka ada juga moda transportasi Suroboyo Bus. Pilih rute Suroboyo Bus yang ke arah Rajawali. Lalu turun di halte Jembatan Merah kemudian jalan kaki sekitar 300 meter saja. Tarif Suroboyo Bus cuma Rp5 ribu dan pembayaran bisa menggunakan QRIS.

Harga Tiket Masuk Museum

Museum De Javasche Bank memiliki waktu operasional pada hari Selasa-Kamis pukul 08.00 – 15.30 WIB dan hari Jumat dari pukul 11.30-13.00 WIB. Untuk hari Senin dan libur nasional museum ini tutup.

Sementara itu, untuk tiket masuk ke Museum De Javasche Bank hanya dikenakan biaya sebesar Rp 5 ribu saja. Tetapi jika pengunjung memiliki kartu pelajar, anak-anak di bawah 3 tahun, dan pegawai Bank Indonesia maka bebas berkunjung tanpa biaya masuk alias gratis.

Tips Berkunjung

Kalau Sedulur ingin berkunjung ke Museum De Javasche Bank, ada beberapa tips yang sepertinya bisa Sedulur lakukan nih. Berikut ini diantaranya:

  • Bagi Sedulur yang tertarik seputar sejarah perbankan di Indonesia, tempat ini cocok untuk dijadikan pilihan.
  • Terdapat tempat foto yang instagramable di luar gedung, lantai satu hingga lantai tiga jika Sedulur gemar untuk berfoto.
  • Tidak membuang sampah sembarangan.

Oia, karena wisata satu ini membutuhkan waktu beberapa jam untuk berkeliling. Sebaiknya Sedulur mempersiapkan air minum agar tidak haus ya. Sedulur bisa mencoba Air Minum Pirlo yang cocok banget untuk menemani jalan-jalan di museum.

Sedulur tidak perlu khawatir karena Air Minum Pirlo memiliki kemasan yang praktis dan mudah dibawa kemanapun. Belum lagi, harganya yang terjangkau dan tersedia di toko kelontong serta SuperApp.

SuperApp adalah aplikasi yang membantu kulakan sembako dan barang kebutuhan pokok untuk toko atau kebutuhan sehari-hari di rumah jadi mudah. Kalau kamu tertarik menggunakan SuperApp, bisa cari tahu lebih banyak informasinya lewat media sosial Instagram SuperApp. Selamat berlibur!

Nah, itu tadi informasi lengkap tentang wisata Museum De Javasche Bank di Surabaya. Museum yang juga dikenal sebagai Museum Bank Indonesia ini memang menjadi salah satu destinasi wisata edukasi yang menarik untuk dikunjungi. Semoga informasi kali ini membantu ya!