Isu SARA di Indonesia menjadi salah satu isu sensitif yang tak jarang menimbulkan konflik bekepanjangan. Isu Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan ini semakin marak terjadi semenjak adanya politik identitas yang kerap kali digunakan oleh elit politik guna melancarkan kampanyenya.
Sebelum Sedulur salah memahami tentang apa itu arti SARA, yuk simak penjelasan mengenai pengertiannya dan juga konflik apa saja konflik SARA yang pernah terjadi di Indonesia di bawah ini!.
BACA JUGA : Pengertian Konflik Beserta Jenis, Faktor Penyebab & Contohnya
Pengertian SARA
Dikutip dai Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada oleh Heru Nugroho, SARA adalah akronim dari Suku, Agama, Ras, dan Antar Golongan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Dalam konsep SARA terdapat pengertian konflik horizontal yang dimotori oleh suku, agama dan ras dan juga konflik vertikal yang bersumber pada perbedaan “ekonomi-politik” antar-golongan (Taufik A.Mullah, 1997).
Dalam sejarahnya, sudah banyak rentetan kerusuhan dan konflik selalu didasarkan pada sentimen dan juga konsep SARA. Hal ini dikonstruksikan oleh para pemegang kekuasaan. Mereka cenderung tidak pernah bergeming dari perspektif lain dalam memahami penyebab kerusuhan, kecuali SARA yang selalu dijadikan sebagai kambing hitam.
Kategori SARA
SARA digolongkan menjadi tiga kategori. Berikut penjelasannya.
- Individual. Yang mana tindakan SARA dilakukan oleh individu maupun golongan dengan tindakan yang berseifat menyerang, mendiskriminasi, melecehkan atau menghina golongan lainnya.
- Institusional. Tindakan SARA ini merupakan tindakan yang dilakukan oleh institusi atau pemerintah melalui aturan maupun kebijakan yang bersifat diskriminatif bagi golongan tertentu.
- Kultural. Kategori SARA ini merupakan tindakan penyebaran tradisi atau ide-ide yang bersifat diskriminatif antar golongan.
BACA JUGA : Perubahan Sosial: Pengertian, Faktor, Proses & Contohnya
Isu SARA menjelang Pemilu 2019
Majelis Syura DPP PKS pada saat itu yaitu Hidayat Nur Wahid pernah mengingatkan tentang bahaya politik identitas atau SARA dalam setiap berlangsungnya kontestasi politik di Indonesia. Menurutnya politik SARA ini berpotensi akan melahirkan konflik di tengah masyarakat.
Karena itulah ia mengingatkan kepada semua pihak agar tetap berpegang pada dasar negara Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Menurut Presiden Joko Widodo sendiri kontestasi politik seharusnya diwarnai dengan adu gagasan dan juga program. Bukan justru saling mengadu domba, memecah belah, dan menebar kebencian antar sesama bangsa.
Konflik SARA yang pernah terjadi di Indonesia
Berikut beberapa konflik SARA yang cukup fenomenal di Indonesia.
1. Konflik agama di Ambon
Konflik SARA yang menjadi salah satu konflik yang fenomenal di Indonesia adalah konflik agama di Ambon. Konflik yang terjadi menyangkut agama dini paling tragis telah meletup pada tahun 1999 lalu. Konflik dan pertikaian yang terjadi di masyarakat Ambon-Lease sejak Januari 1999, telah berkembang menjadi aksi kekerasan brutal yang merenggut ribuan jiwa serta menghancurkan semua tatanan kehidupan masyarakat setempat.
Konflik yang terjadi kemudian meluas menjadi kerusuhan antar umat Islam dan Kristen yang mengakibatkan banyak nyawa harus jadi korban. Kedua kubu berbeda agama tersebut saling serang dan saling membakar bangunan serta sarana ibadah. Pada saat itu, ABRI dianggap telah gagal menangani konflik dan merebak isu bahwa situasi itu sengaja dibiarkan berlanjut untuk mengalihkan isu-isu besar lainnya. Kerusuhan yang merusak tatanan kerukunan antar umat beragama di Ambon tersebut berlangsung cukup lama sehingga menjadi isu sensitif bahkan hingga saat ini.
2. Konflik sosial suku Sampit
Konflik SARA yang selanjutnya adalah tragedi perang Sampit. Konflik berdarah antar suku ini juga menjadi salah satu konflik fenomenal yang pernah terjadi di Indonesia. Konflik ini terjadi antara suku Dayak asli dengan warga migran Madura. Pada saat itu, warga migran Madura telah membentuk hampir 21% populasi di Kalimantan Tengah. Hal ini membuat suku asli Dayak merasa tersaingi dengan keberadaan migran Madura.
Perlu Sedulur ketahui bahwa konflik ini terjadi pada tahun 2001 lalu. Dampak yang ditimbulkan dari konflik ini adalah suku asli Dayak merusak rumah, mobil, motor hingga tempat karaoke milik warga Madura.
3. Aksi penyerangan kelompok Syi’ah di Sampang Madura
Aksi penyerangan ini terjadi di Desa Karang Gayam, Kabupaten Sampang, Madura pada Agustus 2012 lalu. Pada aksi ini, sebanyak dua orang warga Syi’ah tewas dan enam orang lainnya mengalami luka berat serta puluhan warga mengalami luka ringan.
Kasus ini sebenarnya sudah berlangsung sejak tahun 2004. Akan tetapi, klimaksnya adalah aksi pembakaran rumah ketua Ikatan Jamaah Ahl al-Bait (IJABI), Tajul Muluk, beserta dua rumah jamaah pengikut aliran Syi’ah lainnya serta sebuah musala yang digunakan sebagai sarana peribadatan. Aksi tersebut dilakukan oleh sekitar 500 orang yang mengklaim diri sebagai pengikut ahlus sunnah wal jama’ah.
BACA JUGA : Asimilasi: Pengertian, Ciri-ciri, Pendorong & Penghambatnya
Upaya pencegahan konflik SARA
1. Preventif
Cara preventif merupakan upaya yang dilakukan untuk mencegah konflik SARA yang akan terjadi, ini dilakukan sebelum timbulnya konflik. Cara preventif konflik SARA dapat dilakukan dengan mengembangkan dan juga memupuk sikap toleransi, kerja sama, gotong royong, saling menghargai, dan menghormati. Hal yang paling penting adalah melihat perbedaan sebagai hal yang positif ketimbang melihatnya sebagai ancaman.
2. Represif
Cara selanjutnya adalah bertindak represif. Cara represif merupakan upaya yang dilakukan untuk menghentikan konflik yang sudah terlanjur terjadi. Cara ini bisa berupa pembubaran paksa, penangkapan, dan sebagainya.
3. Kuratif
Cara kuratif merupakan tindakan yang dilakukan sebagai upaya tindak lanjut atau penanggulangan akibat dari konflik yang terjadi. Tindakan ini dapat berupa pendampingan bagi korban konflik, perdamaian, kerja sama, dan lain sebagainya.
Demikianlah pengertian SARA dan beberapa konflik yang pernah terjadi di Indonesia. Sebagai bagian dari negara yang beragam, sudah sepatutunya kita saling menghormati dan menjaga persatuan.