Pernahkah Sedulur membaca salah satu bentuk contoh cerpen pendidikan? Cerpen adalah suatu karya sastra tulis yang sepertinya sudah banyak dibaca sedari kecil. Cerpen berisikan berbagai cerita menarik serta inspiratif, yang tentunya sangat menghibur. Salah satu jenis cerpen yang bisa ditemukan dalam berbagai literatur adalah cerpen pendidikan.
Temukan berbagai contoh cerpen pendidikan yang menarik, penuh motivasi serta pesan moral pada artikel ini.
BACA JUGA: Mengenal Ritual Santhara, Berpuasa Hingga Menuju Kematian
Apa itu cerpen?
Cerpen merupakan singkatan dari cerita pendek. Ia sendiri adalah salah satu bentuk karya sastra tulis yang mengisahkan sebuah cerita fiksi. Cerita tersebut kemudian dikemas secara singkat, padat, dan jelas. Isi cerita dalam cerpen biasanya berbentuk satu permasalahan atau satu momen dari tokohnya saja.
Selain disebut sebagai cerpen, beberapa orang juga ada yang merujuknya sebagai fiksi prosa. Hal tersebut dikarenakan ceritanya yang berfokus pada satu konflik, dimulai dari pengenalan tokoh, karakter, klimaks dari konflik, hingga penyelesaian konflik tersebut. Cerpen dapat dibagi menjadi tiga kategori berdasarkan panjang pendeknya; cerpen pendek, cerpen sedang, dan cerpen panjang.
BACA JUGA: Pengertian Konsinyasi Beserta Kelebihan dan Kekurangannya
Contoh cerpen pendidikan yang sarat akan pesan motivasi dan moral
Berikut ini adalah contoh cerpen pendidikan yang kaya akan pesan motivasi dan moral. Yuk, simak bersama-sama!
1. Mimpi Sang Dara
Dara, gadis yang hidup dengan sejuta mimpi di dalam sebuah rumah berdinding tinggi. Pagi menjelang saat Dara mulai menuang air untuk membuat segelas teh panas.
Dara merupakan gadis yang tumbuh di dalam keluarga berkecukupan, bahkan bisa dibilang sangat kaya raya. Namun sayangnya, Dara tidak bisa menopang tubuhnya sendiri tanpa menggunakan bantuan kursi roda, sehingga kerap merasa diacuhkan bahkan saat berada di istana mewah tersebut.
Kedua orang tua Dara selalu mengabaikannya karena merasa tidak ada yang bisa mereka harapkan dari gadis dengan kursi roda tersebut. Sementara kakaknya kemungkinan besar malu punya adik dengan kondisi seperti Dara.
Setiap hari, Dara hanya menghabiskan waktunya di dalam kamar dan sesekali mengarahkan kursi rodanya menuju arah taman. Gadis yang kini berusia 17 tahun itu sangat senang untuk menggambar di taman guna menghilangkan pikiran buruknya yang menyesali keadaannya.
Suatu pagi Dara jatuh dari kursi rodanya, tapi tidak ada seorangpun di dalam rumah tersebut mendekat untuk menolongnya. Rasa kecewanya terhadap hal tersebut membuat Dara memiliki kekuatan untuk menggerakan kursi rodanya ke arah taman kompleks dengan niatan untuk menenangkan diri.
Saat sedang terisak di taman, tiba-tiba Dara dihampiri oleh seorang gadis yang terlihat seperti seusianya dengan kondisi yang sama. Gadis tersebut mengulurkan tangan untuk Dara dan mulai menyebutkan namanya. “Hana,” katanya. Mereka berdua mudah sekali akrab, mungkin karena keduanya saling mengerti kondisi masing-masing.
Tiba-tiba Hana berkata, “Dara, ingatlah bahwa tidak ada seorangpun di dunia ini yang terlahir sia-sia. Mungkin kita tidak bisa berdiri tegak layaknya manusia lain. Tapi, kita masih punya hak untuk merasakan bahagia. Cobalah untuk menerima dirimu sendiri, Dara.”
Setelah berucap demikian, akhirnya gadis itu berpamitan pada Dara. Semenjak pertemuan di taman dengan Hana, Dara mulai merenungi kata-kata yang diucapkan oleh gadis tersebut. Dara mencoba mencerna perkataan dari Hana secara perlahan. Hal yang dipikirkan oleh Dara adalah bagaimana ia bisa mewujudkan mimpinya dengan kondisi tersebut.
Mimpi Dara adalah menjadi seorang pelukis yang karyanya bisa dipajang di pameran besar. Oleh karenanya, ia mulai rajin membuat lukisan. Kesibukan tersebut juga dilakukan Dara agar tidak memikirkan dirinya yang selalu diacuhkan dan mulai memahami perkataan Hana.
Perlahan, mimpi sang Dara mulai terwujud saat diam-diam ia sering mengunggah lukisannya melalui media sosial. Hingga suatu hari, ada seorang pria yang datang ke rumah Dara dan mencarinya guna mengajak Dara bergabung di sebuah pameran lukisan.
Keluarga Dara jelas terperangah mendengar ucapan pria tersebut, sebab tidak menyangka bahwa Dara si gadis kursi roda bisa menghasilkan karya lukisan yang indah. Dara hanya tersenyum melihat respon kedua orang tuanya dan memilih menerima tawaran pameran tersebut.
Hari pameran tiba. Orang tua Dara menghadiri pameran itu dan merasa terharu atas pencapaian putri yang selama ini diabaikan. Sementara itu, Dara merasa lega bisa menerima keadaan fisiknya dan memanfaatkan apa yang dimiliki.
BACA JUGA: Contoh Berita Acara & Cara Membuatnya untuk Berbagai Acara
2. Pendidikan yang Kutunggu
Pendidikan, satu kata yang seharusnya dapat dirasakan oleh setiap orang, terutama oleh anak-anak. Namun pada kenyataannya, tidak semua orang mampu merasakan pendidikan di sekolah, salah satu penyebabnya yakni karena harus mencari rezeki. Gilang, itulah nama panggilanku dan aku adalah satu dari sekian banyak anak yang tak bisa merasakan apa itu arti bersekolah.
Usiaku sekarang 10 tahun dan aku masih kelas 2 SD. Kata teman-temanku, seharusnya aku sudah duduk di kelas 4 atau 5 SD. Akan tetapi, karena keadaan ekonomi yang tidak mendukung, aku harus mencari rezeki agar bisa memenuhi kebutuhan hidup aku dan adikku yang masih berusia 5 tahun.
Aku dan adikku tinggal di rumah berukuran 4×4 meter persegi yang juga merupakan milik orang lain. Tak bisa terbayangkan oleh diriku jika tak ada rumah ini, mungkin aku dan adikku harus tidur di depan ruko yang setiap malam harus melawan dinginnya malam atau hujan. Suatu waktu, malam hari terasa lebih dingin, kami berdua tak memiliki selimut dan hanya mempunyai satu sarung, kemudian sarung itu kuberikan kepada adikku.
Orang tua kami sudah lama meninggal dunia karena kecelakaan. Waktu itu, motor yang dikendarai oleh ayahku jatuh saat hujan sedang turun dengan deras. Kedua orangtuaku sempat dibawa ke rumah sakit, tetapi apa hendak dikata, takdir Tuhan berkata lain.
Secercah harapan akhirnya kudapatkan di tahun ketiga, aku dan adikku mendapatkan pembiayaan sekolah sampai lulus SMA dari lembaga pendidikan pemerintah. Setelah mendengar kabar tersebut, aku tentu merasa senang karena bisa merasakan bersekolah dan bertemu dengan teman-teman baru. Terlebih, aku sangat merasa bahagia karena adikku tercinta bisa menempuh pendidikan yang layak dan kami berdua belajar dengan sungguh-sungguh.
Sejak saat itulah aku dan adikku mendapat banyak ilmu pengetahuan bermanfaat. Bahkan, aku juga berhasil melanjutkan pendidikan sarjana dengan beasiswa yang aku peroleh. Jadi, percayalah bahwa suatu saat, hal yang kita inginkan bisa tercapai dan kita bisa bahagia.
BACA JUGA: 4 Pilar Akhlak Mulia dalam Islam yang Perlu Ditegakkan
3. Seminar Motivasi
Namaku adalah Sinta, siswi kelas XII di salah satu SMA Negeri di Bekasi. Aku tinggal di Jakarta, namun aku lahir di Tanah Pasundan, Bandung. Sudah 10 tahun aku dan keluargaku pindah ke wilayah ini.
Hari ini adalah hari Rabu, akan diadakannya seminar alumni. Seminar ini akan diisi oleh lulusan terbaik sekolah kami, yaitu seorang mahasiswa kedokteran di salah satu universitas terbaik di Jakarta. Tujuannya adalah memberi inspirasi dan motivasi kepada anak kelas XII, sekaligus menyuarakan betapa pentingnya pendidikan dalam kehidupan. Aku dan teman-teman sudah tidak sabar menunggu kedatangan mereka.
Saat bel istirahat berbunyi aku bergegas menuju ruang seminar bersama temanku, Santi. Aku dan teman-temanku sudah berada didalam ruangan, kemudian kakak mahasiswa itu menuju ke arah depan dan langsung memperkenalkan diri, menyambut kehadiran mereka dengan senang hati.
Materi yang kakak mahasiswa itu berikan sangat memotivasi sekali, begitu pula mengenai pentingnya pendidikan dalam kehidupan dan masa depan. Dia juga memberi gambaran tentang generasi masa kini yang nasibnya kurang baik, karena besarnya rasa malas yang meradang.
Setelah materi selesai, di penghujung acara aku dan seluruh murid menyalami kakak tersebut dan berterima kasih padanya karena sudah membuatku semakin yakin bahwa setelah lepas dari SMA aku akan mengejar cita-citaku menjadi seorang dokter.
4. Shalat itu Kewajiban
Ketika adzan Subuh berkumandang di sekeliling rumah kecil di pinggiran desa, aku pun terbangun dengan mata yang masih mengantuk. Kusegerakan saja untuk mengambil air wudhu untuk mendirikan sholat. Dengan sunyi pagi buta itu, aku merasakan suasana sepi yang terjadi setiap harinya.
Ya, aku adalah anak yatim piatu yang tinggal di rumah kecil ini bersama dengan adik kecilku, kami selalu mencoba mencari pekerjaan dimana-mana seperti menjadi pembantu rumah tangga, mengamen, atau menjadi tukang cuci baju ketika tetangga-tetangga ku meminta tolong.
Hembusan angin dingin yang melewatiku menyentuh kulitku, tak kusadari adik kecilku yang bernama Awan terbangun “Kak, Awan pusing, Awan nggak shalat ya?” ucapnya sambil mengucek matanya. Aku tersenyum tipis “Awan, kita tidak punya siapa-siapa lagi, kita harus melaksanakan kewajiban kita harus tetap shalat dalam keadaan apapun karena hidup cuma sementara,” ucapku sambil membelai rambutnya.
5. Filosofi Pensil
Seorang anak laki-laki bernama Ray kesal karena dia mendapatkan nilai buruk dalam tes bahasa Inggrisnya. Dia sedang duduk di kamar ketika neneknya datang dan menghibur Ray. Neneknya duduk di samping dan memberinya sebuah pensil. Ray memandang neneknya dengan bingung, dan berkata bahwa dia tidak pantas mendapatkan pensil setelah nilai ujiannya yang jelek.
Neneknya menjelaskan, “Kamu bisa belajar banyak hal dari pensil ini karena sama seperti kamu. Dia mengalami penajaman yang menyakitkan, persis seperti kamu mengalami rasa sakit karena tidak berhasil dengan baik pada ujian. Namun, hal ini akan membantu kamu menjadi siswa yang lebih baik,”
Sama seperti semua kebaikan yang berasal dari pensil berasal dari dalam dirinya sendiri, kamu juga akan menemukan kekuatan untuk mengatasi rintangan ini. Dan akhirnya, sama seperti pensil ini akan membuat tanda pada permukaan apa pun, kamu juga harus meninggalkan tanda pada apapun yang kamu pilih.” Ray segera terhibur dan berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia akan melakukan yang lebih baik.
6. Mencontek
Waktu itu, saat aku masih duduk di bangku SMP, aku mengerti tentang apa itu kejujuran. Pilihan untuk berbohong dan jujur, hal itu yang aku hadapi saat aku menghadapi ujian sekolah. Saat ujian, teman sekelasku banyak yang mencontek dengan berbagai cara. Ada yang membawa catatan kecil hingga menyembunyikan buku di bawah meja.
“Zi, lo mau nyontek ga? Gue bawa contekan nih,” bisik Fadlan di sebelahku saat ujian berlangsung. “Wih! Boleh juga,” ucapku dengan mengambil kertas kecil darinya. Pada saat itu, aku masih belum percaya buah dari sebuah kejujuran. Aku akan mencontek jika menghadapi ujian matematika, fisika hingga kimia, karena aku kurang begitu suka dengan angka. Hingga akhirnya pengumuman kenaikan kelas pun tiba, aku dan teman-temanku begitu tegang saat menunggu nilai rapot yang akan diberikan.
Setelah ku terima raport dari wali kelas, lalu wali kelasku mengatakan bahwa aku naik kelas. Namun, saat aku membuka rapor itu aku melihat nilai pelajaran matematika, fisika serta kimia mendapat nilai yang kurang memuaskan bahkan kurang dari rata-rata. Saat itu aku merenung, bernostalgia di saat aku ujian dan mencontek di salah satu mata pelajaran tersebut, kemudian hasilnya mendapat nilai buruk.
Sedangkan mata pelajaran yang lain yang aku kerjakan dengan kemampuanku meraih hasil yang baik. Lalu, hal tersebut aku terapkan untuk menghadapi ujian di kelas berikutnya. Ketika ujian nanti, diriku niatkan untuk berusaha jujur dalam mengerjakan soal yang diberikan, sesulit apapun. Kali ini materi yang telah aku pelajari dan yang diajarkan guruku di kelas semuanya keluar. Tanganku menuliskan jawaban di lembar jawab dengan tenang tanpa suatu keraguan.
Hingga akhirnya pelaksanaan ujian pun selesai, kini hanya tinggal menunggu hasilnya. Hari pembagian rapot pun tiba. Aku kembali tegang dengan hasil yang akan aku dapat nanti. Kemudian ibu wali kelas membacakan satu per satu para siswa yang meraih peringkat lima besar paralel hingga tepat pembacaan siswa yang meraih peringkat pertama “Siswa yang meraih peringkat pertama adalah,” ucap ibu wali kelas, semua siswa begitu tegang menunggu kelanjutan ucapan dari ibu wali kelas tersebut.
“Gozi Faziano!” ucapnya sambil mengarahkan matanya padaku. Diiringi bahagia dan harus atas kerja kerasku belajar selama ini tidak sia-sia. Kemudian semua teman memberi selamat padaku, lalu ibu wali kelas mengatakan padaku bahwa peraih peringkat pertama akan mendapat beasiswa sekolah di SMA. Diriku begitu senang mendengarnya. Anggapanku tentang kejujuran itu memang benar, kalau jujur itu membawa bahagia walau awalnya itu sulit.
7. Beasiswa ke Turki
Ragil merupakan siswa teladan yang sudah memasuki tahap semester akhir sekolah SMA, yang tandanya dia akan mulai menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi. Sedangkan Nada ialah sahabatnya yang kini selalu menemani Ragil saat belajar dan mereka belajar di perpustakaan, bukan untuk belajar bersama, tapi dia lebih memilih untuk bercengkrama dengan ibu perpus. Ujian Nasional pun sudah berakhir. Ragil, Nada, dan juga beberapa kawannya berjalan melewati lorong sekolah untuk menuju kelasnya.
Setelah tiba di kelas, maka anak-anak kelas XII IPA sudah lebih dahulu berada di bangku masing-masing, menunggu wali kelasnya untuk membagikan amplop dengan berisi surat kelulusan. Ragil dan Nada yang saling berpelukan di bangku untuk mereka, saling mendoakan. Namun Ragil kini mendapatkan dua amplop dengan secara bersamaan. Setelah seluruh siswa memperoleh amplopnya masing-masing, dengan secara bersamaan siswa XII IPA membuka amplop yang tersebut.
Kegugupan, ketegangan dan juga kekhawatiran saat itu telah pecah. Seluruh siswa lulus, wali kelas pun kini ikut bahagia dengan kelulusan seluruh siswa. “Alhamdulillah, aku lulus,” ucap Ragil pada saat membuka amplop yang pertama. “Iya aku juga telah lulus, Gil,” sahut Nada. Dengan wajah yang penasaran Ragil membuka kembali amplop yang kedua tersebut. Dengan tangan yang sangat gemetar dia membaca isi amplop yang didapat tersebut. Ternyata isinya merupakan surat diterimanya dia sebagai penerima beasiswa kuliah yang ada di Turki.
Nada yang tadinya itu hanya asik dengan bahagianya sendiri, turut ikut bahagia setelah mengetahui bahwa sahabatnya telah memperoleh beasiswa kuliah ke Turki. Nada yang mengetahui kalau sahabatnya ini merupakan orang yang sangat giat belajar. Setiap kali jam istirahat yang pertama berbunyi, dia memilih untuk ke dalam perpustakaan daripada untuk ke kantin. Menurutnya ke kantin dengan jam istirahat kedua pun bisa. Ternyata benar, tidak ada untuk usaha yang sia-sia di Bumi ini, semuanya sudah ada hasilnya, besar atau kecil.
8. Bersih-bersih Kos
Seluruh penghuni Kos Biru sudah berkumpul di depan musala, untuk merumuskan konsep gotong royong besok sore. Mulai dari peralatan yang harus digunakan hingga pembagian tugas tiap masing masing orang. “Dikarenakan musim kemarau yang berkepanjangan sedang terjadi di daerah kita, halaman Kos Biru beberapa pekan ini penuh dengan sampah dedaunan kering hingga sampah ranting yang berjatuhan memenuhi halaman,”.
“Untuk itu, besok sore ibu meminta kalian bergotong royong membersihkan semua sampah itu, ya!”, buka ibu kos. Setelah itu, ibu kos membagi kami menjadi beberapa kelompok, serta pembagian area mana saja yang akan dibersihkan. Tidak lupa beliau mengingatkan kepada kita bahwa kegiatan ini semata-mata untuk kenyamanan bersama.
Keesokan harinya selepas Ashar, semua telah berkumpul di lokasi yang ditentukan. Pekerjaan pun dimulai, sampah mulai dibersihkan dan diangkut ke pembuangan akhir. Aku berada satu regu dengan kawanku yang bernama Sita. Kita membersihkan halaman depan bangunan A, tepat di depan kamarku dan kamarnya. “Sit, kamu haus? Aku mau beli minum nih di warung depan, mau nitip?” tanyaku pada Sita. “Nggak deh, di kamar masih ada minuman dingin, kok,” balas Sita.
Bersih-bersih pun selesai, semua berkumpul lagi, kemudian ibu kos membuka percakapan kembali. “Terima kasih saya ucapkan untuk semuanya yang sudah berpartisipasi pada gotong royong ini, tanpa kalian semua, mungkin pekerjaan kita tidak akan selesai secepatnya ini,” ucap ibu kos.
Di sela rasa lelah yang menggerogoti badan, aku bergumam dalam hati. “Ternyata, suatu pekerjaan yang dikerjakan bersama-sama, akan bisa menghemat waktu dan tenaga, terlebih lagi pendidikan non-formal seperti inilah yang penting untuk mendidik diri sendiri agar senantiasa hidup bersosial dengan lingkungan sekitar,” ujarku sambil tersenyum menghela napas.
9. Pengembara yang Cerdik
Pada suatu hari, ada seorang raja mengajukan pertanyaan di istananya yang membuat semua orang di ruang sidang bingung. Ketika mereka semua mencoba mencari tahu jawabannya, seorang pengembara berjalan masuk dan bertanya ada apa. Mereka mengulangi pertanyaan itu kepadanya. Pertanyaannya adalah, “Ada berapa banyak gagak di kota ini?”. Dia mengumumkan jawabannya, “Katanya ada dua puluh satu ribu lima ratus dua puluh tiga gagak di kota,”.
Ketika ditanya bagaimana dia tahu jawabannya, orang itu menjawab, “Minta anak buahmu untuk menghitung jumlah gagak. Jika ada lebih banyak, maka kerabat gagak harus mengunjungi mereka dari kota terdekat. Jika jumlahnya lebih sedikit, maka gagak dari kota kami harus mengunjungi kerabat mereka yang tinggal di luar kota,”. Senang dengan jawaban itu, sang raja memberi pengembara itu rantai rubi dan mutiara.
10. Susahnya Mencari Kerja
Aji berusia 17 tahun, ia berasal dari keluarga sederhana. Ia ingin mewujudkan cita-citanya dengan harapan ia mampu membuat kedua orang tuanya bangga kepadanya. Aji lulus SMA di usianya yang menginjak 16 tahun. Keinginannya untuk melanjutkan ke perguruan tinggi harus tertunda lantaran ia tidak mempunyai biaya untuk melanjutkan pendidikan.
Demi mewujudkan harapannya, ia rela berusaha keras memperjuangkan cita-citanya tersebut. Dengan kondisi keluarga yang pas-pasan, sulit bagi Aji untuk meminta orang tua untuk membiayai pendidikannya di perguruan tinggi.
Satu-satunya cara agar tetap bisa melanjutkan pendidikanya adalah dengan mencari biayanya sendiri. Di usianya yang masih muda dan belum memiliki pengalaman kerja, tentunya sulit bagi Aji untuk bisa mendapatkan pekerjaan.
Namun, tidak membuat Aji patah semangat. Ia terus berusaha memperjuangkan keinginannya. Ia sadar bahwa pendidikan sangat penting. Ia terus berusaha untuk mencari pekerjaan dengan kondisinya yang kurang mendukung. Sudah berbulan-bulan mencari pekerjaan, namun belum menuai hasil. Akan tetapi, ia tetap gigih dalam mendapatkan pekerjaan. Sudah hampir memasuki satu tahun ia mencari kerja, ternyata ia belum mendapatkannya.
Walaupun begitu, Aji adalah sosok remaja yang tangguh dan tidak kenal lelah. Terus berusaha dan mencari peluang. Setiap berita yang dia dapat langsung dimanfaatkan. Meski hasil yang didapat belum sesuai harapan, namun ia tetap berusaha. Kegigihan Aji selama hampir setahun mencari pekerjaan akhirnya terbayar sudah. Ia lantas mendapatkan telepon dari sebuah perusahaan dimana tiga hari sebelumnya ia memasukkan lamaran. Informasi lowongan kerja itu ia dapat dari koran.
Pekerjaan yang selama ini ia nantikan akhirnya selangkah lagi ia dapatkan. Aji mendapatkan panggilan interview. Hampir 35 menit sesi tanya jawab dengan kepala bagian personalia tersebut. Walaupun ia belum memiliki pengalaman kerja, Aji tetap bisa menjawab dengan baik setiap pertanyaan yang diajukan oleh kepala bagian personalia tersebut. Besoknya, kabar gembira pun datang. Ia mendapat kabar, bahwa ia diterima di perusahaan tersebut.
Aji pun langsung diperintahkan masuk kerja pada keesokan harinya setelah mendapat konfirmasi diterima sebagai karyawan baru di perusahaan tersebut. Sebulan ia bekerja bertepatan dengan pendaftaran mahasiswa baru. Ia pun mendaftarkan diri ke sebuah kampus swasta dan mengambil kelas malam karena siangnya ia pergi bekerja. Akhirnya ia pun berhasil merealisasikan cita-citanya untuk melanjutkan ke perguruan tinggi.
Nah Sedulur, demikian ulasan singkat mengenai 10 contoh cerpen pendidikan yang sarat akan motivasi serta moral bagi kita semua. Semoga informasi di atas dapat bermanfaat bagi Sedulur, ya!