Sedulur pernah mendengar istilah tanam paksa? Tanam paksa merupakan salah satu aktivitas yang sangat populer ketika masa kemerdekaan Indonesia. Saat itu, pemerintah kolonial Belanda menggunakan sistem tanam paksa, untuk mendapatkan hasil melimpah dari perkebunan. Ironisnya, masyarakat pribumi yang ditugaskan menjalankan tanam paksa. Jadi apakah tanam paksa itu?
Tanam paksa merupakan istilah populer di masa kolonial Belanda. Sistem tanam paksa merupakan sebuah sistem dan mengharuskan rakyat Indonesia menjalankan program penanaman tanaman ekspor. Dampak tanam paksa ini, membuat rakyat Indonesia kelaparan hingga menemui ajalnya.
Agar semakin memahami apa latar belakang tanam paksa diadakan dan di manakah tanam paksa itu dilaksanakan, yuk simak dan pahami artikel selengkapnya di bawah ini Sedulur.
BACA JUGA: Kisah & Sejarah Pangeran Diponegoro dalam Melawan Penjajah
Pengertian tanam paksa
Mungkin banyak pihak bertanya-tanya, apakah tanam paksa itu dan kenapa hal ini mesti terjadi? Sebenarnya tanam paksa diterapkan oleh pemerintah kolonial Belanda tepatnya di tahun 1830. Fungsinya adalah menggenjot hasil pertanian tanaman ekspor. Di masa penjajahan Belanda istilah sistem tanam paksa dinamakan dengan cultuurstelsel. Cultuurstelsel adalah sistem tanaman menggunakan teknik culture system ataupun cultivation system.
Namun dalam arti lain, cultuurstelsel adalah kewajiban masyarakat Jawa dalam menanam tanaman ekspor dan umumnya laku dijual di Benua Eropa. Masyarakat pribumi lalu mengartikan istilah kata cultuurstelsel sebagai kegiatan tanam paksa.
Latar belakang tanam paksa
Hampir 350 tahun Indonesia dijajah oleh Belanda dan selama kurun waktu tersebut, masyarakat Indonesia mengalami penyiksaan dan kekejaman. Salah satu bentuk kekejaman kolonial Belanda adalah masyarakat pribumi diharuskan mengikuti kegiatan tanam paksa. Aktivitas menanam tanaman ekspor ini dinamakan dengan cultuurstelsel.
Kondisi tersebut diperparah lagi dengan Belanda menghabiskan biaya banyak dalam peperangan di Eropa. Mulai dari perang kemerdekaan Belgia dan pemisahan antara Belgia dengan Belanda. Bahkan ketika perang melawan Pangeran Diponegoro, Belanda harus kehilangan biaya sebesar 20 juta golden.
Diketahui perang melawan Pangeran Diponegoro, merupakan perang paling fenomenal perlawanan rakyat terhadap penjajah. Perang ini berlangsung dari mulai tahun 1825-1830 dan menjadi salah satu perang paling panjang melawan penjajahan.
Siapa yang menerapkan tanam paksa ini yaitu Van den Bosch. Dia pun lantas mempopulerkan kata cultuurstelsel guna mengisi kas Belanda yang sempat kosong akibat peperangan. Sekaligus juga membayar utang-utang Belanda. Alhasil, Van den Bosch mendapat penghargaan dan dinobatkan sebagai Gubernur Jendral Hindia Belanda.
BACA JUGA: Perundingan Roem Royen: Sejarah, Tokoh, Isi & Dampaknya
Lokasi pelaksanaan sistem tanam paksa
Tanam paksa merupakan aktitivitas menaman tanaman ekpor dan dibebankan oleh masyarakat pribumi khususnya Jawa. Tujuannya tidak lain adalah mengisi kas Belanda dan membayar utang-utang Belanda selama peperangan. Mungkin di antara kita bertanya-tanya, di manakah tanam paksa itu dilaksanakan? Sistem tanam paksa ini banyak dilaksanakan di Pulau Jawa.
Tanaman yang ditanam oleh masyarakat pribumi mayoritas adalah tanaman ekspor dan salah satunya adalah tanaman tebu. Pemeritah kolonial lantas memberikan pinjaman kepada orang-orang baik masyarakat pribumi ataupun pengusaha agar membangun sebuah pabrik dan penggilingan tebu. Alhasil banyak pabrik-pabrik gula bermunculan di Indonesia. Mulai dari pabrik gula Gondang Winangoen di Klaten, Pabrik Gula Colomadu di Solo sampai dengan pabrik gula Madukismo.
Beberapa bangunan itu berguna dalam mengolah dan menggiling hasil pertanian tanaman ekspor seperti tebu yang laku di pasaran Eropa.
Ketentuan tanam paksa
Dalam beberapa kesempatan, sistem tanam paksa menghadirkan sebuah ketentuan-ketentuan yang wajib Sedulur tahu. Lantas apa saja ketentuan tersebut, yuk simak dan pahami ulasan artikel di bawah ini Sedulur.
Harus menyisihkan setidaknya sekitar 20 persen
Setiap desa di Indonesia harus memajibkan setidaknya 20 persen tanahnya, dijadikan lahan komoditas pertanian. Komoditas pertanian tersebut adalah tanaman ekspor seperti kopi, teh, dan tarum.
Tanam paksa tidak bayar pajak
Ketentuan lain adalah saat sistem tanam paksa yaitu tanah dibebakan dari pajak. Sebab, hasil tanamannya itu sudah dianggap merupakan bagian pembayaran pajak.
Jika gagal panen, maka pemerintah yang bertanggung jawab
Ketentuan memberatkan lainnya adalah ketika tanah untuk tanam paksa mengalami situasi gagal panen, maka tanggung jawab sepenuhnya ditanggung oleh pemerintah Belanda.
Harus selesai dalam waktu tiga bulan
Sistem tanam paksa merupakan kegiatan yang menyengsarakan masyarakat pribumi. Sebab, pekerja hanya diberikan waktu menyelesaikan sistem tanam paksa tanaman ekspor dalam kurun waktu tiga bulan saja. Apabila melebihinya, maka akan ada resiko kegagalan dan pemerintah Belanda akan mengalami kerugian cukup besar kembali.
Dampak tanam paksa
Melihat aktivitas sistem tanam paksa oleh pemerintah Belanda, kita tidak boleh langsung menyimpulkan ke arah negatif. Namun ada beberapa dampak yang cukup menguntungkan pihak Indonesia dan masyarakat Indonesia. Lantas apa saja dampak yang dirasakan, yuk simak dan pahami artikel di bawah ini.
Dampak positif.
Meski cukup menyengsarakan masyarakat pribumi, namun kegiatan ini justru membuat masyarakat Jawa menjadi lebih paham dengan teknik menanam aneka macam tanaman. Mereka mulai mengenal istilah tanaman dan tanaman apa yang pantas diekspor.
Dampak negatif
Beban masyarakat menjadi lebih berat, sebab mereka harus menyerahkan beberapa petak tanah kepada pihak Belanda. Rakyat menanggung kegagalan dalam proses panen dan mereka mengalami penyiksaan fisik dan mental secara tidak langsung.
Demikian ulasan mengenai apakah tanam paksa itu dari mulai sejarah, latar belakang sampai dengan ketentuannya. Semoga penjelasan di atas dapat memberikan pemahaman sejarah untuk kita Sedulur.
Mau belanja bulanan nggak pakai ribet? Aplikasi Super solusinya! Mulai dari sembako hingga kebutuhan rumah tangga tersedia lengkap. Selain harganya murah, Sedulur juga bisa merasakan kemudahan belanja lewat handphone. Nggak perlu keluar rumah, belanjaan pun langsung diantar. Yuk, unduh aplikasinya di sini sekarang!
Bagi Sedulur yang punya toko kelontong atau warung, bisa juga lho belanja grosir atau kulakan lewat Aplikasi Super. Harga dijamin lebih murah dan bikin untung makin melimpah. Langsung restok isi tokomu di sini aja!